Homili 1 April 2015 (Bacaan Pertama dan Mazmur Tanggapan)

Hari Rabu, Pekan Suci
Yes. 50:4-9a
Mzm. 69:8-10,21bcd-22,31,33-34

Ketaatan Seorang Hamba!

P. John SDBAda seorang sahabat menceritakan pengalaman kebersamaan dengan seorang pengasuh anaknya. Inang pengasuh itu bekerja sejak anaknya masih berusia 6 bulan. Hingga saat ini ia sudah bekerja selama dua puluh lima tahun. Anak yang dilayaninya sudah selesai kuliah, bekerja dan sudah menikah, tetapi inang pengasuhnya masih setia melayani. Kunci kesetiaannya adalah pada ketaatan kepada majikannya. Mengapa ia setia kepada majikannya? Satu alasan yang penting adalah Ia merasa dikasihi dan diterima apa adanya. Ia taat dan setia karena mengasihi dan dikasihi.

Kita mendengar kisah ketiga tentang Hamba Tuhan yang menderita dalam Kitab nabi Yesaya. Apa yang menjadi kekhasan dari Hamba yang menderita ini?

Pertama, Tuhan memberikan hambaNya kehidupan sebagai seorang murid. Kekhasan sebagai murid adalah anugerah Tuhan berupa lidah untuk berbicara dan telinga untuk mendengar. Lidah yang Tuhan berikan itu untuk memberi semangat kepada orang yang letih lesu. Telinga sang hamba selalu dipertajam supaya memiliki kemampuan untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan Allah juga membuka telinga sang hamba, ia tidak memberontak dan berpaling ke belakang.

Kedua, sang Hamba taat kepada Tuhan dan siap untuk menderita. Ia siap untuk memberi punggungnya kepada orang-orang yang memukulnya, dan pipi kepada orang-orang yang mencabut janggutnya. Mukanya dinodai dan diludahi. Ia tidak membuka mulutnya ketika mendapat aneka penganiayaan

Hal yang masih menguatkan sang Hamba adalah, dalam keadaan yang sulit, Ia tetap menunjukkan iman-nya kepada Tuhan. Ia tidak mengorbankan imannya untuk mencari popularitas dan harta milik. Ia justru mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan orang lain. Oleh karena itu dengan bangga Ia berkata: “Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.” (Yes 50:7). Tuhan tetaplah menjadi penolong sejati bagi kita semua.

Pemazmur mengalami penderitaan yang besar seperti hamba Tuhan yang menderita. Ia berkata: “Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam. Biarlah jamuan yang di depan mereka menjadi jerat, dan selamatan mereka menjadi perangkap.” (Mzm 69:21-22). Penderitaan menjadi indah karena ketaatan kepada Tuhan. Tuhan Yesus adalah Hamba Tuhan yang menderita, inspirator kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply