Homili 16 Juli 2015

Hari Kamis, Pekan Biasa XV
Kel. 3:13-20
Mzm. 105:1,5,8-9,24-25,26-27
Mat. 11:28-30

Merasakan kehadiran Tuhan

Fr. JohnAda seorang ayah selalu mengingatkan putranya: “Jangan pernah takut, Tuhan bersamamu!” Ketika putranya mengikuti camping sekolah di luar kota, ibunya merasa takut namun anaknya tidaklah demikian. Dia malah bertanya kepada ibunya mengapa ia kelihatan takut? Ia mengaku tidak merasa takut karena ayahnya selalu mengatakan kepadanya: “Jangan pernah takut, Tuhan bersamamu!” Anak itu merasa bahagia karena bertumbuh dan merasakan kasih Tuhan. Banyak orang lupa menyadari kehadiran Tuhan. Mereka hidup dalam ketakutan, pesimis seakan tidak memiliki masa depan. Jiwa kristiani bukanlah pesimis melainkan optimis karena Tuhan Yesus Kristus, sang Imanuel sudah memenangkan segalanya. Ia telah menderita, wafat dan bangkit dari kematian. Dia sendiri berjanji untuk menyertai Gereja-Nya hingga akhir zaman (Mat 28:20).

Tuhan Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan berkeliling dan berbuat baik. Ia berkuasa untuk mengampuni dosa manusia, melepaskan segala sakit penyakit dan kelemahan manusia. Ia datang untuk mencari manusia yang tersesat supaya mereka juga memperoleh keselamatan. Yesus berkata, “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Mat 11:27). Bapa juga menyerahkan kita semua kepada Yesus Putra-Nya. Di dalam Injil Yohanes, Yesus berkata, “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.” (Yoh 6:44).

Pada hari ini, Penginjil Yohanes membuka wawasan kita untuk menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup yang nyata. Setelah menyatakan syukur-Nya kepada Bapa, Ia memandang para murid-Nya dan berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” (Mat 11:28-30). Tuhan Yesus menyadari perutusan-Nya ke dunia untuk meringankan beban hidup manusia dan menyelamatkan mereka. Ia adalah Juru Selamat, mengajak kita semua untuk datang kepada-Nya. Benar, anda dan saya adalah orang yang letih lesu dan berbeban berat. Hanya Yesus saja, Dialah jawaban hidup kita. Kita datang kepada-Nya dan menyerahkan keletihan dan kelesuhan hidup, sakit penyakit, beban-beban ekonomi, pendidikan anak, relasi sebagai suami dan istri, dengan para mitra kerja dalam dunia kerja. Kita merasa jenuh merasakannya sendiri dan mau berbagi dengan Tuhan.

Apa artinya kuk yang mau dipasang oleh Tuhan Yesus kepada kita? Orang-orang Yahudi memakai istilah kuk untuk mengekspresikan ketaatan manusia sebagai anak-anak kepada Allah sebagai Bapa. Mereka sering mengungkapkan kata-kata ini: kuk hukum, kuk perintah-perintah, kuk kerajaan, dan kuk Allah. Tuhan Yesus mengatakan bahwa kuk-Nya itu enak. Kuk yang dipasang itu enak berarti kuk itu dipasang dengan baik dan tepat pada tempatnya. Dalam kaitan dengan peternakan, biasanya ada tali kekang yang berfungsi untuk menyeimbangkan mereka kalau berjalan bersama atau saat membajak sawah. Yesus mengajak kita untuk menyatu dengan kuk-Nya, menyatukan hidup kita dengan hidup-Nya, menyatukan kehendak kita dengan kehendak-Nya, menyatukan hati kita dengan hati-Nya. Untuk menyatu dengan kuk bersama dengan Yesus, berarti kita dipanggil dan ditentukan untuk bersatu dengan Yesus dalam suatu relasi kasih, kepercayaan dan ketaatan.

Tuhan Yesus juga mengasihi kita dengan memikul segala kelemahan kita. Semua orang yang datang kepada-Nya memiliki pergumulan dan persoalan hidup. Cobalah kita membayangkan, setiap hari Minggu kita pergi ke Gereja. Kita dengan membawa berbagai beban dan persoalan hidup pribadi, keluarga dan pekerjaan untuk menyampaikannya kepada Tuhan dalam suasana doa. Ketika kita tidak diterima dengan baik, Sabda Tuhan tidak menyapa diri kita maka akan mudah sekali di antara kita yang meninggalkan gereja. Oleh karena itu Gereja harus benar-benar menghadirkan Tuhan Allah yang mahapengasih dan penyayang, yang bisa meringankan persoalan hidup kita.

Penyertaan Tuhan juga dirasakan oleh Musa dan umat Israel. Setelah Musa menyaksikan belukar menyala tanpa terbakar, Tuhan mengingatkannya untuk melepaskan sandalnya karena tempat di mana ia berdiri adalah tempat yang kudus. Musa sebagai pemimpin harus memiliki kemampuan untuk melepaskan hidup lamanya supaya bisa menerima hidup baru dan perutusannya untuk membebaskan Israel dari tangan Firaun dan orang-orang Mesir. Kini kita mendengar kisah tugas perutusan Musa yang diberikan Tuhan. Ia berkata kepada Tuhan Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? Apakah yang harus kujawab kepada mereka?” (Kel 3:13). Tentu saja Musa harus mengetahui identitas sang ilahi sehingga bisa mempertanggungjawabkan imannya ini kepada mereka.

Tuhan dengan sabar mendidik Musa untuk mengenal jati diri-Nya sebagai Allah nenek moyang mereka yakni Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia menjelaskan nama-Nya kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” (Kel 3:14). Wah nama sang Ilahi, Allah nenek moyang mereka ini sangat sulit untuk dipahami Musa hanya mendengar dan merasakan penyertaan-Nya. Dia mengingatkan Musa untuk mengumpulkan para tua-tua Israel untuk menyampaikan rencana pembebasan mereka secara misterius. Semua penderitaan sudah ketahui Tuhan maka Ia memiliki rencana dan kuasa untuk membebaskan mereka dari tangan Firaun.

Tuhan sendiri mengingatkan Musa bahwa mereka akan mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan Firaun, namun Tuhan akan melakukan yang terbaik bagi orang-orang Ibrani. Inilah janji Tuhan: “Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju ke negeri orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Aku akan mengacungkan tangan-Ku dan memukul Mesir dengan segala perbuatan yang ajaib, yang akan Kulakukan di tengah-tengahnya; sesudah itu ia akan membiarkan kamu pergi.” (Kel 3:17.20).

Sabda Tuhan pada hari ini mengingatkan kepada kita pada wajah seorang Allah yang penuh kasih. Ia memperhatikan beban kehidupan manusia. Umat Ibrani di Mesir mengalami perbudakan dan Ia membebaskan mereka. Para murid Yesus memiliki aneka pergumulan hidup dan Tuhan memasang kuk yang baik. Mereka menjadi bagian dari hidup Kristus sendiri. Tuhan Yesus membebaskan dosa dan salah kita. Kerajaan-Nya adalah kasih, damai dan sukacita. Biarkanlah dirimu dipimpin oleh Tuhan. St. Petrus berkata, “Serahkanlah kekuatiranmu kepada Tuhan, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1Ptr 5:7). Apakah anda juga merasakan kehadiran Tuhan?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply