Homili 21 Juli 2015

Hari Selasa, Pekan Biasa XVI
Kel. 14:21-15:1
MT Kel. 15:8-9,10,12,17
Mat. 12:46-50

Merasakan Keberpihakan Tuhan

Fr. JohnKetika para peziarah Yahudi memasuki Bait Suci di Yerusalem, mereka memanjatkan doa bergantian di hadapan Tuhan dengan berkata: “Tuhan di pihakku, aku tidak akan takut karena Dia yang menolong aku.” (Mzm 118:6-7). Doa para peziarah ini merupakan ungkapan iman mereka kepada Yahwe karena penyertaan-Nya dalam perjalanan dari rumah mereka ke Yerusalem, untuk merasakan kehadiran Tuhan di dalam bait suci-Nya. Mereka merasakan suatu kegembiraan yang luar biasa karena berjumpa dengan Tuhan Allah yang memihak sekaligus menolong mereka sehingga mereka tidak takut. Perasaan tidak takut bisa dirasakan oleh orang yang selalu berada di hadirat Tuhan. Berbagai persoalan boleh datang silih berganti tetapi karena Tuhan ada dan hadir maka emua persoalan bisa diatasi.

Pada hari ini kita mendengar kisah lanjutan perjalanan umat Israel dan campur tangan Tuhan untuk menyelamatkan mereka di laut merah. Tuhan membutuhkan manusia untuk menyelamatkan manusia yang lain. Tuhan sudah memanggil dan menentukan Musa supaya memimpin umat Israel keluar dari perbudakan Mesir. Ketika mereka terdesak karena dikejar-kejar oleh Firaun dan pasukannya, Tuhan meminta Musa untuk mengarahkan mereka masuk ke dalam laut merah. Dikisahkan dalam Kitab Keluaran bahwa Tuhan meminta Musa untuk mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu Tuhan menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. (Kel 14:21-22).

Orang-orang Mesir tergiur untuk mengejar orang-orang Israel. Mereka menggunakan kuda dan kereta lengkap, mengejar orang Israel semalaman. Pada pagi harinya, Tuhan di dalam tiang api dan awan mengacaukan tentara Mesir. Caranya adalah: membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: “Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir.” (Kel 14:25). Dalam situasi tegang di pihak orang Israel dan Mesir, Tuhan meminta Musa untuk mengulurkan tangannya ke atas laut. Air laut pun berbalik ke posisi semula dan menghanyutkan semua orang Mesir di tengah-tengah laut.

Pada waktu itu Tuhan menyelamatkan orang-orang Israel. Mereka berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. Pengalaman ini memang menakutkan bangsa Israel karena kuasa-Nya menghanyutkan orang-orang Mesir. Mereka pun menjadi percaya kepada Tuhan dan Musa hamba-Nya. Diceritakan bahwa pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini bagi Tuhan yang berbunyi: “Baiklah aku menyanyi bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut.” Tuhan melakukan karya besar bagi umat Israel.

Kisah indah ini mau mengatakan tentang betapa Tuhan memihak umat kesayangan-Nya. Ia dengan berbagai cara mau menyelamatkan mereka dari kuasa orang-orang Mesir. Peristiwa Ia mencampakkan balatentara Mesir di laut Merah menunjukkan tindakan penyelamatan yang luar biasa. Orang-orang Mesir dihancurkan, orang-orang Israel diselamatkan. Peristiwa laut merah selalu menjadi kenangan bagi umat kristiani karena mengingatkan tentang sakramen pembaptisan. Melalui sakramen pembaptisan, kita juga memperoleh keselamatan dalam Yesus Kristus. Kita diluputkan dari kematian kekal. Karya besar dilakukan Tuhan bagi setiap orang yang percaya dan merasakan keberpihakan Tuhan di dalam dirinya.

Tuhan Yesus juga hadir dan menyelamatkan banyak orang. Ia bersabda dan melakukan karya-karya ajaib untuk menyelamatkan manusia. Tentu saja tidak ada peristiwa laut merah lagi tetapi orang-orang yang datang kepada Yesus sangat membutuhkan belas kasih-Nya. Semua orang yang mendengar-Nya menjadi bagian dari kehidupan Yesus sendiri. Mereka bisa menjadi saudara-saudara Yesus karena kesediaan untuk mendengar dan melakukan sabda-Nya.

Pada suatu kesempatan Yesus berbicara dengan orang banyak. Ibu dan saudara-saudara-Nya mau menjumpai-Nya. Ada seorang yang berkata kepada-Nya bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya hendak menemui-Nya. Reaksi Yesus terungkap dalam pertanyaan ini: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (Mat 12:48-50). Jadi semua orang yang hadir dan mendengar Sabda Yesus serta melakukan kehendak Bapa di surga akan menyatu dengan Yesus. Keluarga bukan lagi menjadi ikatan darah melainkan ikatan baru karena melakukan kehendak Bapa.

Sabda Tuhan pada hari ini mengingatkan kita bahwa persoalan kehidupan tidak akan berlari dari hidup kita. Selagi kita masih hidup maka gelombang pencobaan akan datang silih berganti. Mari kita kembali kepada Allah yang senantiasa memihak kepada hidup kita. Mari kita kembali kepada Yesus yang senantiasa mencari dan menyelamatkan kita. Dia selalu memandang anda dan saya sebagai saudara-Nya. Apakah anda sudah merasakan keberpihakan Tuhan Allah dalam hidupmu? Apakah anda juga merasakan kepeduliaan Allah di dalam dirimu?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply