Homili 23 Juli 2015

Hari Kamis, Pekan Biasa XVI
Kel. 19: 1-2,9-11,16-20b
MT Dan. 3:52,53,54,56
Mat. 13:10-17

Menyadari Kehadiran Tuhan

Fr. JohnKisah tentang perjalanan Bangsa Israel menuju ke tanah Kanaan berlanjut. Pada bulan ketiga setelah mereka keluar dari Mesir, tibalah mereka di Padang gurun Sinai. Mereka tiba di tempat itu dari Rafidim dan di padang gurun Sinai itu mereka berkemah. Satu hal penting yang perlu kita ingat adalah bahwa orang-orang Israel sudah mengenal Allah baik dalam situasi pembebasan mereka dan dalam aneka pencobaan di padang gurun dengan perantaraan Musa (Kel 3:12). Kini Tuhan berjanji melalui Musa untuk berjumpa dengan mereka secara langsung. Tuhan berkata kepada Musa: “Sesungguhnya Aku akan datang kepadamu dalam awan yang tebal, dengan maksud supaya dapat didengar oleh bangsa itu apabila Aku berbicara dengan engkau, dan juga supaya mereka senantiasa percaya kepadamu.” (Kel 19:9). Tentu saja Musa menyadari maksud Tuhan dan menyampaikannya kepada bangsa Israel. Tuhan Juga berkata: “Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya. Menjelang hari ketiga mereka harus bersiap, sebab pada hari ketiga Tuhan akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di gunung Sinai.” (Kel 19:10-11).

Di sini kita mendapat gambaran tentang Tuhan Allah yang begitu dekat dengan manusia. Ia memiliki inisiatif untuk membuat perjanjian yang indah bersama manusia. Ia berjanji untuk datang kepada Musa dan berbicara dalam awan yang tebal supaya bisa didengar oleh seluruh umat Israel. Dengan demikian umat Israel juga bisa merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka. Harapan Tuhan adalah kekudusan diri di hadirat-Nya. Tuhan kita tidak jauh, Dia dekat dengan umat-Nya karena Dia adalah Imanuel (Allah menyertai umat-Nya).

Selanjutnya, Tuhan menunjukkan diri-Nya dalam tanda-tanda alam. Pada saat itu terjadi guntur dan kilat dan awan tebal menutupi gunung Sinai. Ada juga bunyi sangkakala yang dahsyat. Ada suasana tegang, ketakutan besar menghantui mereka. Namun Musa menguatkan dan mengingatkan mereka supaya jangan takut. Musa mengatakan kepada mereka untuk keluar dari perkemahan mereka supaya bisa berjumpa dengan Tuhan Allah di kaki gunung. Ada suasana yang menegangkan seperti ini: “Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena Tuhan turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. Bunyi sangkakala kian lama kian keras.” (Kel 19:18-19). Bangsa Israel tentu ketakutan menyaksikan semua ini karena hanya Musa dan Tuhan yang berkomunikasi.

Musa dan seluruh Bangsa Israel merasakan kehadiran Tuhan dalam tanda-tanda alam. Hanya orang beriman kuat seperti Musa bisa melihat Allah dalam tanda-tanda itu dan berbicara kepada-Nya. Tuhan selalu hadir dalam tanda-tanda kehidupan kita. Ia pun bisa berbicara kepada kita melalui tanda-tanda zaman. Masalahnya adalah apakah kita terbuka terhadap tanda-tanda itu? Banyak kali mungkin kita menutup diri dengan Tuhan, ketakutan lebih menguasai hidup kita dari pada iman dan kepercayaan kepada-Nya. Mari kita memohon rahmat istimewa untuk bisa menyadari tanda-tanda zaman dalam hidup kita.

Para murid Yesus juga merasakan hal-hal yang mirip dengan bangsa Israel di kaki gunung Sinai. Mereka juga merasa heran dengan semua tanda yang dilakukan Yesus sebagai Musa baru. Ia memiliki kebiasaan berbicara dengan menggunakan perumpamaan-perumpamaan. Misalnya Yesus memberi perumpamaan tentang seorang penabur yang menaburkan benih sesuai keinginannya. Ada benih yang jatuh di pinggir jalan, di antara bebatuan, di antara semak duri dan di tanah yang subur. Benih itu akan bertumbuh sesuai mediumnya dan tentu yang jatuh di tanah yang subur akan memberi hasil berlipat ganda.

Para murid lalu bertanya mengapa Yesus menggunakan perumpamaan dalam setiap pengajaran-Nya. Bagi Yesus, para rasul itu mendapat anugerah khusus untuk memahami segala rahasia Kerajaan Surga sedangkan mereka yang lain tidak merasakannya. Para rasul adalah orang-orang yang bisa membuka dirinya bagi rencana keselamatan dalam Yesus Kristus. Hal ini berbeda dengan orang-orang lain yang tidak memiliki motivasi yang jelas dalam mengikuti Yesus. Yesus mengumpamakan mereka sebagai pribadi-pribadi yang mempunyai mata namun tidak melihat, mempunyai telinga tetapi tidak mendengar. Sebaliknya para rasul disapa-Nya berbahagialah “matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.” (Mat 13:16). Bagi Yesus, para rasul adalah “Limited edition” karena “Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.” (Mat 13:17).

Tentu saja Yesus mengoreksi cara pandang dan cara berelasi dengan-Nya. Banyak orang mengikuti Yesus tetapi belum bisa membuka dirinya secara utuh bagi Tuhan. Dalam dunia Perjanjian Lama bangsa Israel merasakan kasih Tuhan ketika Ia mengeluarkan mereka dari perbudakan Mesir namun masih ada ketakutan yang menghantui hidup mereka. Para murid boleh mengikuti Yesus namun belum sepenuhnya melihat dan mendengar Yesus. Marilah kita selalu menyadari kasih dan kebaikan Tuhan bersyukur atas semua anugerah yang Tuhan limpahkan kepada kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply