Homili 24 Juli 2015

Hari Jumat, Pekan Biasa XVI
Kel. 20:1-17
Mzm. 19:8,9,10,11
Mat. 13:18-23

M3B: Mendengar, Mengerti, Melakukan dan Berbuah!

Fr. JohnAda seorang ibu bercerita tentang suasana bathinnya. Ia merasa kesal dengan anaknya karena sudah seminggu lebih bermalas-malasan, lebih akrab dengan gadget-nya, kelihatan secara fisik ia hadir di rumah tetapi jiwanya di luar rumah. Ibu itu bersama suaminya bingung dan memeriksa bathin, apa yang menjadi kesalahan mereka dalam parenting sampai anaknya berubah perilaku demikian. Mereka menemukan kelemahan tertentu dalam hidup sebagai orang tua yakni belum cukup mendengar, mengerti dan melakukan yang terbaik bagi anak mereka sehingga buahnya belumlah menjadi buah yang terbaik. menyadari kelemahan ini, mereka mulai berbenah diri. Mereka memiliki waktu yang cukup untuk ada bersama anaknya, mendengar dan mengerti kehidupan anaknya. Mereka juga melakukan segala sesuatu yang mereka bicarakan. Dalam waktu yang cukup lama, mereka baru bisa mengubah kehidupan anak mereka. Perubahan itu bermula dari diri sendiri dan dengan sendirinya akan mengubah kehidupan orang lain. Orang tua ini hebat!

Sabda Tuhan pada hari ini membuka totalitas hidup kita untuk mampu mendengar, mengerti dan melakukan Sabda Tuhan sehingga bisa menghasilkan buah yang berlimpah. Di dalam bacaan pertama, kita mendengar tentang bagaimana Tuhan mengikat perjanjian-Nya dengan Bangsa Israel dengan perantaraan Musa, sahabat-Nya. Ketika itu Musa naik ke atas punak gunung Sinai untuk menerima hukum-hukum dari Allah. Ada dua kumpulan hukum, kumpulan pertama lebih singkat berisi sepuluh perintah Allah (decalog). Kumpulan kedua lebih panjang ditulis sesudah zaman Musa oleh orang-orang Israel setelah menetap di tanah Kanaan (kumpulan hukum yang disebut Peraturan Perjanjian (Kel 20:22-23:30).

Tuhan mula-mula menyatakan diri-Nya kepada umat Israel dengan berkata: “Akulah Tuhan Allahmu.” (Kel 20:2). Dia adalah Allah yang berkuasa mengeluarkan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Tuhan Allah menghendaki supaya mereka hidup sebagai orang merdeka di tanah yang sudah diberikan-Nya kepada nenek moyang mereka. Hukum-hukum dasariah dari Tuhan Allah ini harus dilakukan supaya menghindarkan mereka dari perbudakan untuk kedua kalinya di Mesir.

Dalam dekalog atau sepuluh perintah Allah ini Tuhan mengingatkan kita melalui Sabda-Nya supaya mengakui-Nya sebagai satu-satunya Allah yang kudus dan cemburu (Kel 19: 3-11). Inilah perkataan Tuhan yang harus selalu mereka ingat: “Janganlah ada allah-allah lain di hadapanku” (Kel 20:3). Tuhan Allah kita bukanlah dewa-dewi. Dia adalah Allah yang cemburu yang tidak menghendaki supaya ada allah-allah lain untuk disembah. Hanya Dia satu-satunya yang patut disembah. Bangsa-bangsa asing memiliki dewa-dewi lain dan mereka juga mengijinkan dewa-dewi lain untuk disembah.

Sebagai Allah yang cemburu, Ia mengatakan akan menghukum anak-anak sampai keturunan ketiga dan keempat karena dosa-dosa nenek moyang mereka memberontak melawan Aku (Kel 20: 5). Mereka juga dilarang membuat patung ukiran yang bisa menyaingi Allah yang benar. Pada waktu itu orang-orang Kanaan menghormati dewa-dewi mereka dengan prostitusi suci, berhala-berhala dan imoralitas berjalan bersama-sama. Nah, meskipun ada larangan untuk membuat patung, Kitab Suci juga mengatur supaya Tabut Allah diapiti oleh patung-patung: dua kerub atau malaikat yang menutup Tabut dengan sayap-sayap mereka (1Raj 6:23-28). Nah, kelihatan ada pertentangan namun kita harus mengerti bahwa kerub-kerub itu bukanlah dewa-dewi, mereka tidak menuntut sembah bakti sendiri. Mereka adalah roh-roh pelayan dari Allah. Dengan pemikiran yang sama, gereja juga membuat patung-patung para kudus, bukan untuk disembah dan dihormati. Patung-patung itu tidak sama dengan dewa dan dewi melainkan patung para hamba Allah yang esa. Hanya Allah saja yang baik (Luk 18:19) dan dari pada-Nya berasal segala sesuatu yang baik (Yak 1:17).

Tuhan berkata, “Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.” (Kel 20: 7). Apa saja yang selalu dilakukan manusia: Bersumpah atas nama Allah dan tidak memenuhi sumpah (Sir 23:9; Mat 5:33). Monghojat nama Tuhan, menghina nama Tuhan yang mendatangkan hukuman mati (Im 24:10), Menyebut dan menyerukan nama Allah tanpa satu alasan penting. Perintah ketiga adalah menguduskan hari Sabat. Hari Sabat adalah hari di mana Tuhan beristirahat. Kita pun dipanggil untuk menguduskan hari Tuhan dengan beribadat, menyembah dan memuliakan Allah. Ketiga perintah dalam loh batu pertama ini mau mengatakan bahwa kita harus mendengar dan melakukannya sebagai tanda cinta kasih kita kepada Allah Yang Esa. Mengasihi Allah dengan seluruh totalitas hidup kita.

Loh batu kedua berisikan perintah-perintah Tuhan untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri sendiri. Ketujuh perintah yang lain adalah menghormati ayah dan ibu, jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan memberi kesaksian dusta melawan sesamamu, jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengini istrinya, hamba-hambanya, lembu-lembu dan keledainya (Kel 20: 12-17).Semua perintah ini menjadi konkret dalam membangun relasi yang baik dengan sesama. Ini adalah perintah Tuhan maka kita harus melakukan-Nya dengan segenap hati. Nah tugas kita adalah M3B: mendengar dengan baik, mengerti dengan logis, melakukan dengan rajin sehingga bisa menghasilkan buah dalam ketekunan.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil menjelaskan makna perumpamaan tentang penabur. Kita menemukan empat tipe manusia, atau empat tipe umat Allah berhadapan dengan sikap dalam menerima Sabda Tuhan. Sang Penabur itu menabur sesuai dengan seleranya maka benih-benih juga jatuh di tempat-tempat istimewa. Semuanya menggambarkan hidup kita dihadirat Tuhan dan sikap untuk mendengar Sabda.

Ada empat tipe manusia dalam mendengar, mengerti dan melakukan Sabda hingga menghasilkan buah:

Pertama, benih yang jatuh di pinggir jalan adalah tipe manusia yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu (Mat 13:19). Manusia seperti ini tidak memiliki minat apa pun tentang Sabda yang sudah mereka terima, lebih bersifat egois. Bisa juga mereka tidak mengarahkan hati dan pikirannya kepada Sabda.

Kedua, Benih yang jatuh di tempat berbatu. Tipe manusia ini adalah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. (Mat 13:20-21). Manusia ini bermental bekicot. Kalau ingin sukses maka bisa murtad dan pindah agama. Mereka tidak berani menghadapi tantangan, mudah putus asa. Hal yang kita takuti adalah mereka mudah “terbakar” dengan situasi. Kalau ada issue tertentu, merekalah yang selalu menyulut situasi.

Ketiga, Benih yang ditabur di antara semak berduri. Manusia tipe ini adalah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (Mat 13:22). Mereka adalah orang beriman, tetapi buah-buah yang dipanen di jalan yang sulit, tampaknya tidak memuaskan. Mereka mau menyelamatkan kehidupan, melayani Allah dan mamon pada saat yang sama. Mereka diberatkan oleh tujuan mereka untuk mencapai sukses material dan berharap pada Kerajaan Allah menjadi hasrat yang lemah bagi mereka.

Keempat, Benih yang jatuh di tanah yang subur. Manusia tipe ini adalah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. (Mat 13:23). Manusia tipe ini sungguh-sungguh M3B: mereka mendengar dengan baik, mengertinya, melakukannya di dalam hidup sehingga menghasilkan buah yang berlipat ganda.

Dari keempat tipe manusia ini, anda termasuk tipe yang mana? Renungkalah dan mintalah pengampunan atau bersyukurlah kepada Tuhan karena kasih dan kebaikan-Nya berlimpah bagimu.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply