Food For Thought: Komitmen

Kembali ke komitmen awal

PJSDBUskup Fulton J. Sheen, pernah menulis dalam bukunya “The Priest is not His Own”: “Seorang imam itu bagaikan seorang pendaki gunung. Roh Kudus menantangnya untuk naik lebih tinggi, namun di bawahnya ada jurang yang sangat dalam. Apa yang Roh Kudus lakukan di dalam jiwa seorang imam bukan saja untuk membuat ia lebih menyadari konflik yang ada di dalam dirinya, namun juga untuk membuat dia lebih menyadari akan dosa. Rahmat ilahi tidak akan mencegah seseorang sedemikian rupa sehingga absen dalam membuat dosa, namun Roh mengeluarkan kesenangan-kesenangan yang menimbulkan dosa. Tidaklah mungkin bagi seorang imam untuk mencintai manusia dengan kekuatan penuh dari jiwa karena ia telah jatuh cinta kepada Kesempurnaan, yaitu Yesus Kristus melalui Roh-Nya. Seluruh cinta yang lainnya tidak memuaskan dan terasa pahit.”

Semakin mendaki ke atas gunung tinggi, jurang dalam menakutkan juga semakin menarik untuk jatuh ke dalamnya. Aneka godaan dan tawaran dunia sangat menggiurkan, yang bisa menghalangi untuk setia dalam komitmen awal. Dalam hidup doa, khususnya brevir harian, banyak kali ada jurang yang menggoda untuk tidak menyentuh dan mendoakannya. Hanya ada pembenaran diri: sibukan, pelayanan dan lainnya. Merayakan Ekaristi, kadang semuanya berjalan begitu saja karena sudah bertahun-tahun menjadi imam. Ketika kembali ke komitmen awal untuk mempersembahkan seluruhnya bagi Tuhan maka “seluruh cinta yang lainnya tidak memuaskan dan terasa pahit.”

Yohanes Pembaptis memiliki prinsip yang sama yakni kembali ke komitmen awal. Ia berseru: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” (Luk 3:3). Komitmen ini dipegangnya untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Ia berani melawan arus demi kebaikan, pertobatan. Hanya Herodes yang gagal! Bagaimana dengan komitmen hidupmu?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply