Food For Thought: mengulangi dosa yang sama

Mengapa anda selalu jatuh dalam dosa yang sama?

P. John SDBPada suatu hari saya mendengar dialog dua pemuda di bawah pohon sebelum mereka mengaku dosa. Mereka sedang berbicara tentang manfaat sakramen pengakuan dosa. Ada seorang yang mengatakan kebiaaannya untuk jatuh dalam dosa yang sama. Pemuda yang satunya mengatakan bahwa ia pernah berusaha untuk keluar dari ikatan dosa itu, hanya sesekali jatuh lagi dalam dosa yang sama. Dalam pengakuan dosa, orang tidak hanya mengingat dosa, mengatakannya dan menyesal. Pertobatan yang benar tidak berhenti pada penyesalan  dan bermetanoia.

Hari ini, saya mengingat Uskup Agung Fulton Sheen. Ia berkata, ”Sesal terhadap dosa adalah tujuan untuk mengabaikan ego. Ini sulit dilakukan. Terkadang hal tersebut seperti  dikuliti hidup-hidup, mengupas dosa dan membuangnya, mengambil tujuan perbaikan diri yang teguh. Saya percaya bahwa sebagian besar orang menyesal terhadap dosa mereka bukan karena mereka sangat takut kehilangan surga dan takut akan neraka, melainkan karena mereka telah melukai Tuhan kita. Kendati demikian, Saliblah yang menunjukkan dimensi dosa. Tak ada seorangpun yang melihat dosa dengan seksama dalam ketelanjangannya sampai ia memahami tentang penebusan.”

Orang menikmati dosa sebagaimana adanya. Mereka boleh menyesal tetapi hanya sebentar saja karena akan mengulangi dosa yang sama. Anak-anak muda, baik pria dan wanita sudah tidak malu-malu lagi mengatakan terus terang kebiasaan mereka untuk beronani. Kebiasaan buruk ini tetap ada karena orang tidak punya perasaan malu dengan dirinya dan sesama. St. Paulus berkata, ”Aku mengatakan hal ini secara manusia karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan” (Rm 6:19). Ia mengharapkan: “Kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.” (Rm 6:19). Upah dosa adalah maut!

Banyak orang tidak menghargai tubuhnya dan tubuh sesama. Perselingkuhan adalah satu ketidaksetiaan dalam perkawinan kudus, pelecehan seksual terhadap diri dan sesama. Apakah ada yang salah di dalam hidup ini sehingga orang suka mengulangi dosa yang sama? Hati nuraninya tumpul, rasa malu sudah hilang di hadapan Tuhan dan sesama.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply