Homili 26 Oktober 2015

Hari Senin, Pekan Biasa XXX
Rm. 8:12-17
Mzm. 68:2,6-7ab,20-21
Luk. 13:10-17

Berilah dirimu dipimpin oleh Roh Kudus

imageRoh Kudus adalah pribadi ilahi yang sering dilupakan. Banyak orang katolik selalu berdoa kepada Bapa dan Putera, tetapi Roh Kudus lupa disapa. Kita juga tidak menemukan patung Roh Kudus, hanya ada lukisan dan ikon burung merpati sebagai salah satu lambang Roh Kudus. Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan bahwa “Roh Kudus” adalah nama Dia, yang kita sembah dan kita memuliakan bersama Bapa dan Putera. Gereja menerima nama ini dari Tuhan dan mengucapkan-Nya waktu Pembaptisan anak-anaknya yang baru (Mat 28:19).

Ungkapan “Roh” sepadan dengan kata Ibrani “Ruakh” yang berarti, napas, udara, angin. Yesus memakai lambang yang mengesankan ialah angin, supaya membuat Nikodemus merasakan kenyataan baru, ialah napas Allah, Roh ilahi sebagai Pribadi (Yoh 3:5-8). Di pihak lain “roh” dan “kudus” adalah sifat ilahi, yang sama-sama berlaku untuk ketiga Pribadi ilahi. Kitab Suci, liturgi, dan bahasa teologi, menggabungkan kedua istilah itu, untuk dapat menyebut Pribadi Roh Kudus-yang tidak dapat diungkapkan dalam kata-kata itu – tanpa terjadi pencampuran dengan penggunaan yang lain dari kata “roh” dan “kudus”. (KGK, 691). Katekismus Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa, simbol-simbol dari Roh Kudus adalah angin, api, air, urapan (minyak), tiang awan, meterai, jari tangan dan burung merpati. (KGK, 694-701).

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, konsisten membuat pembedaan yang tajam antara hidup dalam daging dan hidup dalam Roh. Hidup dalam daging akan membawa kita kepada kematian, sebaliknya hidup dalam Roh akan membuat kita hidup. Hidup dalam daging merupakan gambaran hidup orang yang masih berkeinginan untuk merasakan kenikmatan-kenikmatan dunia, harta yang dimiliki di mana orang itu melekat padanya, nafsu-nafsu seksual, pornografi dan lain sebagainya. Hidup dalam Roh berarti hidup dalam kasih Tuhan. Hidup dalam kasih berarti menjadi anak-anak Allah. Roh Kuduslah yang menjadikan kita sebagai anak-anak Allah. Paulus berkata: “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15).

Roh Kudus bersaksi bahwa kita semua adalah anak-anak Allah. Paulus menyadarinya dan berkata: “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” (Rm 8:17). Paulus membantu kita untuk sadar diri bahwa kita semua adalah orang-orang berdosa. Karena itu kita butuh pengampunan yang berlimpah dari Tuhan. Menurut Paulus, Roh Kuduslah yang akan mengampuni. Rohlah yang menjadikan kita sebagai anak-anak Allah. Maka kita perlu berdoa dengan iman yang mantap kepada Bapa.

Kita adalah anak-anak Allah karena Ia mengasihi kita apa adanya.Kasih itu ditunjukkan sendiri oleh Tuhan Yesus Kristus. Ketika masih berada di dunia, Ia senantiasa melawati orang-orang sakit untuk menjamah dan menyembuhkan mereka. Ia juga tidak memilih hari-hari tertentu, tetapi semua waktu kehidupan adalah waktu keselamatan. Waktu penebusan berlimpah. Yesus membuktikannya dengan menyembuhkan seorang wanita pada hari Sabat. Wanita itu sudah delapan belas tahun mengalami kerasukan roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Yesus penuh dengan Roh Kudus maka ketika berjumpa dengan roh jahat, Ia bereaksi untuk menyelamatkan wanita itu. Yesus memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.” Ia menyembuhkan wanita itu dengan cara meletakkan tangan atas perempuan itu, artinya memberkatinya. Wanita itu sembuh dan memuliakan Tuhan karena rahmat kesembuhan yang diterimanya.

Perbuatan baik yang dilakukan Yesus pada hari Sabat berlawanan dengan keinginan kaum legalis atau mereka yang berpegang pada hukum tetapi lalai dalam kasih dan keadilan. Kepala rumah ibadat adalah orang yang legalistis. Ia berkata kepada Yesus: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” (Luk 13:14). Yesus mendengarnya, kemudian mengecamnya dengan berkata: “Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman? Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?” (Luk 13:15-16). Dikisahkan bahwa para lawan Yesus menjadi malu karena perkataan Yesus itu, lagi pula banyak orang yang melihat mukjizat itu memuliakan Allah.

Tuhan Yesus menghendaki agar semua orang menjadi anak-anak dari Bapa yang sama. Menjadi anak-anak dari Bapa yang sama berarti siap untuk merasakan keselamatan kekal. Tuhan Yesus mengharapkan supaya semua yang diberikan Bapa kepada-Nya, tidak ada satu pun binasa melainkan memperoleh hidup kekal. Untuk itu kita semua harus hidup di dalam Roh Kudus. Hidup dengan merasakan kasih karunia dari Tuhan sendiri.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply