Homili 27 Juni 2016

Hari Senin, Pekan Biasa XIII
Am 2:6-10.13-16
Mzm 50:16bc-17.18-19.20-21.22-23
Mat 8:18-22

Memurnikan Motivasi Panggilan

imageTuhan Yesus memang luar biasa! Ia adalah Tuhan yang membutuhkan manusia untuk terlibat aktif dalam menghadirkan Kerajaan Allah dan kerahiman-Nya. Untuk tugas ilahi ini, Ia memanggil orang-orang pilihan-Nya dan mengutus mereka untuk pergi dan mewartakan Injil Kerajaan Allah. Tugas panggilan yang sama juga menjadi tugas dan panggilan gereja masa kini. Artinya kita semua tidak hanya sekedar dibaptis dan selesai namun harus menyadari diri sebagai pengikut Kristus. Kita menjadi Kristus yang lain. Kita mengikuti Kristus dari dekat, meniru teladan hidup dan ikut serta menghadirkan Kerajaan Allah dan kerahiman-Nya bagi semua orang. Nah untuk dapat menjadi seorang utusan yang baik, butuh motivasi yang jelas. Apa yang mendorong anda dan saya untuk ikut terlibat dalam menghadirkan kerahiman Allah di dunia? Apakah kita mau mencari kenyamanan dan popularitas dalam hidup? Kita sering berada dalam motivasi yang baik dan benar, dan motivasi yang keliru.

Pada hari ini kita mendengar penginjil Matius mengatakan: “Pada suatu hari banyak orang mengerumuni Yesus” (Mat 8:18). Nah, ada banyak orang, tanpa ada nama yang jelas begitu terpesona dengan Yesus dan mengerumuni-Nya. Mereka memiliki motivasi yang jelas dan keliru dalam mengerumuni Yesus. Mereka yang memiliki motivasi yang jelas akan mendengar dan melakukan semua pengajaran-Nya. Mereka yang memiliki motivasi yang keliru hanya sekedar mengerumuni Yesus. Mungkin banyak orang adalah kita semua yang masih ikut ramai, tanpa ada motivasi yang jelas untuk ikut mengerumuni Yesus.

Pada kesempatan ini Penginjil Matius menghadirkan seorang ahli Taurat. Ia berjanji untuk mengikuti Yesus dari dekat. Maka ia berkata: “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi” (Mat 8: 19). Yesus bereaksi: “Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang, Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya” (Mat 8: 20). Tentu saja ahli Taurat ini mengenal dan mengagumi Yesus. Ia mengenal Yesus sebagai Mesias di dalam Kitab Suci dan kini melihat-Nya secara nyata. Sebab itu ia berniat untuk mengikuti Yesus, kemana saja Yesus pergi”. Namun Yesus tidak hanya mau mendengar ungkapan hasrat untuk mengikuti Yesus. Hal yang penting di sini adalah komitmen untuk mengikuti Yesus dari dekat. Komitmen untuk setia mengikuti jejak Kristus, menyerupai-Nya dalam segala hal. Banyak orang hanya mau mengikuti Yesus tetapi tidak memiliki komitmen yang jelas.

Di kisahkan juga bahwa ada seorang murid mendekati Yesus untuk memohon ijin: “Tuhan, izinkan aku pergi dahulu untuk menguburkan ayahku” (Mat 8:21). Mengikuti Yesus secara radikal berarti berani untuk meninggalkan segalanya dan bersatu dengan-Nya. Tuhan Yesus sendiri menjanjikan hidup kekal sebagai upah yag besar di surga. Berkaitan dengan ini, Tuhan Yesus pernah berkata: “Sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada masa yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (Mrk 10:29-30). Sebab itu Yesus mengatakan kepada murid-Nya itu: “Ikutlah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang mati mereka” (Mat 8:22). Ia bahkan lebih ekstrim meminta kita untuk memiliki sikap lepas bebas terhadap segala yang kita miliki termasuk orang tua. Ia berkata: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk 14:26).

Tuhan Yesus membuka wawasan kita pada hari ini untuk memikirkan kembali, merenungkan lebih mendalam lagi motivasi kita untuk mengikuti-Nya dari dekat. Kita semua memiliki panggilan umum untuk mengikuti Yesus Kristus saat dibaptis yakni untuk menjadi kudus. Panggilan umum untuk menjadi kudus juga menjadi misi Yesus selama berada di dunia ini. Ia memanggil kita untuk menjadi kudus dengan melakukan segala pekerjaan-Nya. Ia pernah berkata: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang” (Yoh 6:37). Kita semua datang kepada Yesus karena Ia sangat mengasihi kita semua.

Tuhan Yesus menghendaki agar kita semua terlibat dalam menghadirkan kerahiman Allah bagi semua orang. Kita tidak hanya mengerumuni-Nya, mengagumi-Nya tetapi berani untuk meninggalkan segalanya dan mengikuti-Nya dari dekat. Keberanian untuk mengikuti Yesus merupakan sebuah komitmen kasih. Komitmen untuk menunjukkan kasih dan kerahiman Allah.

Hidup kita sebagai pengikut Kristus itu tidak jauh berbeda dengan pengalamana Bangsa Israel sebagaimana di kemukakan nabi Amos dalam bacaan pertama. Orang-orang Israel berpikir bahwa mereka adalah status quo keselamatan. Namun Tuhan sendiri merasa kecewa dengan semua perbuatan jahat yang sudah dilakukan oleh orang-orang Israel. Mereka memperlakukan orang-orang benar secara tidak adil dengan menjual mereka, menginjak kepala orang-orang lemah ke dalam debuh, membelokkan jalan orang sengsara. Mereka menyembah berhala dan melupakan Allah yang benar. Padahal Allah sendiri menunjukkan kasih dan kerahiman-Nya kepada mereka semua. Karena ketegaran hati mereka maka Tuhan menunjukkan murka-Nya dengan mengguncangkan Israel. Bangsa Israel memiliki motivasi yang lemah dalam mengikuti Tuhan.

Apa yang harus kita lakukan?

Tuhan menyadarkan kita dengan berkata: “Hari ini, janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah suara Tuhan.”

Marilah kita semua membaharui dan memurnikan motivasi kita untuk mengikuti Yesus dari dekat.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply