Homili Peringatan Bunda Maria dari Fatima – 2017

Perayaan Bunda Maria dari Fatima
Kis 1: 12-14
Mzm 40:7-8a.8b-9.10.11
Luk 2:41-52

Bunda Maria sebagai inspirator kekudusan kita

Pada hari istimewa ini kita semua mengenang kembali Bunda menampakkan dirinya kepada tiga anak gembala yakni Jacinta, Francisco dan Lucia, pada tanggal 13 Mei 1917. Konon setahun sebelumnya, seorang malaikat pernah menampakkan diri kepada mereka seraya berkata: “Jangan takut, aku adalah malaikat perdamaian, marilah berdoa bersamaku.” Mereka bersama-sama Malaikat berdoa: “Tuhanku aku percaya, aku menyembah dan mencintai-Mu”. Doa sederhana ini senantiasa diucapkan oleh ketiga anak gembala ini. Selanjutnya, pada tanggal 13 Mei 1917, Bunda Maria menampakkan diri-Nya kepada mereka dan berkata: “Aku datang dari surga. Aku mengajak kalian untuk datang ke sini selama enam bulan setiap tanggal 13 pada jam yang sama.” Bunda Maria bertanya kepada mereka: “Apakah kalian mau mempersembahkan diri kepada Allah untuk menanggung penderitaan sebagaimana dikehendaki Allah supaya memulihkan dosa-dosa mereka yang melawan Allah serta memohon pertobatan bagi orang-orang berdosa?” Lucia mewakili kedua saudaranya mengatakan kesanggupannya. Bunda Maria lalu berkata: “Kalian akan menanggung banyak penderitaan, tetapi rahmat Allah akan menyertai kamu”. Ini kira-kira situasi pada hari pertama penampakkan Bunda Maria 13 Mei 1917.

Perbincangan-perbincangan menarik di dalam Gereja Katolik adalah menyangkut tiga pesan Bunda Maria kepada tiga anak gembala. Pada umumnya pesan pertama dan kedua menggambarkan penglihatan tentang neraka, devosi kepada Hati Maria yang tak bernoda, tentang perang dunia kedua, dan prediksi tentang kerusakan yang dapat diperbuat oleh Rusia kepada umat manusia dengan penolakan terhadap iman Kristiani dan penerapan totalitarianisme dan komunisme. Pesan pertama kedua ini memang merupakan wahyu pribadi tetapi hampir semuanya menjadi nyata dan sudah terjadi. Sedangkan pesan ketiga dari Bunda Maria adalah memperingatkan akan apa yang terjadi sekiranya manusia tidak bertobat dan mengindahkan pesannya, maka Rusia akan menyebarkan faham sesatnya tentang Komunisme. Sr. Lucia mengatakan bahwa akan terjadi penghukuman yang disebabkan oleh manusia sendiri yang terus hidup dalam dosa, kebencian, balas dendam, ketidakadilan, pelanggaran hak-hak manusia, pemerosotan moral dan kekerasan. Pesan ketiga ini masih aktual hingga saat ini. Tembok Berlin sudah runtuh dan komunisme Rusia pun hancur.

Apa makna ketiga pesan dari Bunda Maria di Fatima bagi kita saat ini? Ada satu kata kunci yang penting yakni kekudusan. Bunda Maria menjadi inspirator bagi kekudusan kita. 100 tahun yang lalu ia memilih untuk menunjukkan dirinya kepada ketiga anak gembala yang miskin dan mengatakan bahwa ia berasal dari surga. Surga adalah shekina, tempat Tuhan dan para kudusnya bersemayam. Bunda Maria datang dari surga untuk menunjukkan kekudusan Allah bagi kita. Ketiga anak gembala mengingatkan kita pada para gembala miskin yang menjadi saksi-saksi kelahiran Yesus Kristus di Betlehem. Mereka adalah orang-orang kudus yang melihat bayi Yesus yang lelap di dalam palungan bersama Bunda Maria dan St. Yusuf.

Bunda Maria tetaplah menjadi inspirator kekudusan bagi kita semua. Para Paus yang memiliki andil besar terhadap pesan-pesan atau rahasia Fatima sudah menjadi orang Kudus di dalam Gereja. Kita mengingat kembali pesan Bunda Maria dari Fatima yang pertama dan kedua ini ditulis oleh Sr. Lucia pada tanggal 31 Agustus 1941, kemudian terbitkan untuk umum. Pesan ketiga ditulis oleh Sr. Lucia pada tanggal 3 Januari 1944 atas perintah Uskup Leiria. Pesan ketiga ini dibawa ke hadapan Paus Yohanes XXIII pada tahun 1959, namun beliau memutuskan untuk tidak menyatakan secara publik, demikian juga Paus Paulus VI. Paus Yohanes ke-XXIII sudah menjadi Santo di dalam Gereja Katolik demikian Paus Paulus ke-VI juga sudah menjadi Beato. Paus Yohanes Paulus II memiliki andil untuk menerbitkan pesan ketiga dan kini menjadi St. Yohanes Paulus II. Tentu saja semua ini bukan faktor kebetulan tetapi merupakan rencana Tuhan sendiri.

Pada hari ini tanggal 13 Mei 2017, menjadi hari yang lebih istimewa lagi sebab Paus Fransiskus mengkanonisasikan Francisco dan Jacinta sebagai Santo dan Santa bukan martir yang paling muda di dalam Gereja Katolik. Fransisco dan Jacinta sudah dibeatifikasi pada tahun 2000 yang lalu oleh St. Yohanes Paulus II. Fransisco dan Jacinta menginspirasikan banyak anak-anak muda dan remaja untuk menjadi kudus. Kita pun ikut terinspirasi hari ini untuk membangun semangat baru supaya menjadi orang kudus di dalam Gereja Katolik masa kini.

Sabda Tuhan pada hari ini menghadirkan sosok Bunda Maria yang tidak lepas dari Yesus Puteranya. Lukas dalam bacaan pertama melukiskan bagaimana Bunda Maria senantiasa hadir bersama para murid Yesus untuk menerima kehadiran Roh Kudus pada hari Raya Pentakosta. Maria adalah mempelai Roh Kudus, senantiasa hadir untuk menginspirasikan kekudusan Gereja. Kita selalu berdoa dan memohon: “Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati”. Doa ini mengingatkan kita akan kehadirannya sebagai Bunda bagi kita semua, bunda bagi Gereja.

Dalam bacaan Injil, Bunda Maria hadir dalam kehidupan Yesus sendiri. Ketika Yesus hilang di dalam bait Allah, Yusuf dan Maria kembali ke Yerusalem. Mereka mencari Yesus hingga hari ketiga mereka menemukan-Nya di dalam bait Allah. Maria berkata: “Anak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku cemas mencari Engkau” (Luk 2:48). Selanjutnya Lukas menulis: “Maria menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya” (Luk 2:51). Maria menginspirasikan para orang tua untuk menjadi orang tua yang kudus. Kekudusan orang tua terletak pada sikap mereka untuk cemas mencari yang terbaik bagi anak-anak mereka, pada waktu untung dan malang.

Kita bersyukur karena memiliki Bunda Maria, sang inspirator kekudusan kita. Semoga Santo Fransiskus dari Fatima dan Santa Yasinta dari Fatima menginspirasikan banyak anak dan remaja masa kini untuk menjadi kudus. St. Yohanes Paulus II selalu mengatakan: “Jangan takut menjadi kudus”. Maka hari ini kita juga boleh berani berkata: “Menjadi kudus, siapa takut?”

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply