Homili Hari Raya Pentakosta – 2017

Hari Raya Pentakosta
Kis 2:1-11
Mzm 104: 1ab+24ac-30.31+34
1Kor 12:3b-7.12-13
Yoh 20:19-23

Roh Kudus mempersatukan kita

Kita mengawali perayaan syukur kita pada hari ini dengan sebuah Antifon Pembuka, bunyinya: “Roh Tuhan memenuhi seluruh dunia. Dialah yang menyatukan segala sesuatu dan memahami segala tutur bahasa, Alelluia.” (Keb 1:7). Perkataan “Roh Tuhan memenuhi seluruh bumi”, mengingatkan kita pada kisah awal penciptaan dunia dan isinya. Di dalam Kitab Kejadian dikatakan: “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutup samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air” (Kej 1:2). Artinya sejak awal penciptaan, Roh Tuhan sudah memenuhi seluruh muka bumi. Dengan demikian segala ciptaan yang ada di atas dunia ini menerima Roh Kudus Allah untuk dapat hidup. Tuhan menciptakan manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kej 2:7). Manusia menerima Roh Allah supaya dapat hidup. Ingatan kita juga tertuju kepada Credo Konsili Nikea-Konstantinopel, di mana para Bapa Gereja membantu kita untuk mengakui iman kita begini: “Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.” Perhatian kita terfokus pada Roh Kudus sebagai Tuhan yang menghidupkan kita semua.

Bacaan-bacaan liturgi pada Hari Raya Pentakosta ini mengarahkan kita untuk memahami peranan Roh Kudus yang berasal dari Bapa dan Putera untuk mempersatukan setiap pribadi. St. Lukas dalam Kisah Para Rasul mengisahkan tentang peristiwa Pentakosta. Ia mengisahkan bahwa semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus sedang berkumpul di satu tempat. Ketika itu Roh Kudus turun menyerupai bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka sedang duduk. Mereka melihat lidah-lidah seperti nyalah api bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Pada saat itu juga para Rasul penuh dengan Roh Kudus sehingga mereka berani keluar dari dalam rumah dan berkata-kata tentang perbuatan-perbuatan Allah.

Apa yang terjadi ketika para Rasul Yesus penuh dengan Roh Kudus? Mereka berani keluar dari dalam rumah dan berkata-kata dalam bahasa Galilea namun semua perkataan itu dapat dimengerti dengan baik oleh orang-orang Yudea dan orang-orang dari bangsa-bangsa lain. Hal ini tentu mengherankan banyak orang di Yerusalem saat itu. Anugerah bahasa Roh di dalam tubuh Gereja perdana ini mampu mempersatukan pribadi-pribadi yang berbeda menjadi satu kesatuan. Semua orang mengatakan bahwa para Rasul Yesus sedang berbicara dengan bahasa mereka tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh Allah. Roh Kudus memampukan para Rasul untuk berbahasa Roh dan mempersatukan semua orang yang berbeda-beda. Mereka menjadi satu karena karya Roh Kudus.

St. Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan kita semua tentang kehadiran Roh Kudus yang kita terima melalui Sakramen Pembaptisan. Ia mengingatkan jemaat di Korintus bahwa hanya dengan adanya kuasa Roh Kudus maka kita semua  mengakui Yesus sebagai Tuhan. Ia juga mengatakan bahwa ada rupa-rupa karunia tetapi hanya ada satu Roh. Ada rupa-rupa pelayanan tetapi hanya ada satu Tuhan. Ada banyak perbuatan ajaib tetapi Allah adalah satu. Dialah pencipta kita. Jadi, Tuhan menganugerahkan Roh kepada setiap pribadi.

Selanjutnya, Paulus menjelaskan tentang salah satu sifat khas dari Gereja yakni satu. Diumpamakan dengan tubuh manusiawi kita, di mana terdapat banyak anggota yang berbeda-beda tetapi tetap membentuk satu tubuh yang utuh. Tuhan Yesus adalah satu dan sama. Ia membentuk Gereja-Nya dengan rupa-rupa anggota. Sakramen pembaptisan telah mempersatukan setiap pribadi untuk membentuk Tubuh Mistik Kristus. Semua orang yang dibaptis menerima Roh Kudus atau dengan bahasanya St. Paulus, “kita semua diberi minum dari satu Roh”. Roh Kudus sungguh-sungguh bekerja untuk mempersatukan kita di dalam satu gereja dan mempersatukan kita dalam kasih Bapa dan Putera.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil menunjukkan kehadiran-Nya di tengah-tangah para murid-Nya yang sedang merasa ketakutan. Ia menyapa mereka dengan salam damai-Nya. Sebelumnya, Ia pernah mengatakan bahwa Damai yang diberikan-Nya itu tidak sama dengan apa yang dunia berikan kepada kita (Yoh 14:27). Damai adalah anugerah, titipan istimewa dari Tuhan. Kita membawa damai berarti kita menjadi anak-anak Allah. Damai adalah buah Roh Kudus yang dianugerahkan secara cuma-cuma kepada kita. Selanjutnya, Ia menunjukkan diri-Nya untuk membangkitkan iman dan kepercayaan para Rasul. Ia mengutus para murid-Nya untuk mewartakan Injil. Ia menganugerahkan Roh Kudus-Nya dengan berkata: “Terimalah Roh Kudus”. Roh Kudus berperan untuk mengampuni dosa dan salah kita.

Apa yang harus kita lakukan saat ini di dalam Gereja? Tuhan Yesus menjanjikan Roh Kudus sebagai Paraclitus atau Penghibur. Tuhan menganugerahkan Roh Kudus-Nya kepada kita dengan cuma-cuma, maka tugas kita adalah menghidupi dan menghasilkan buah-buah Roh Kudus: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan dan kesetiaan (Gal 5:22). Buah-buah Roh ini mempersatukan kita sebagai pribadi dan sebagai satu Gereja. Apakah hidupmu juga diliputi oleh Roh Kudus dan berusaha untuk membagikanbuah-buah Roh kepada sesama?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply