Homili 9 Oktober 2017

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXVII
Yun 1:1-17.2:10
MT (Yun) 2:2-4.7
Luk 10: 25-37

Kasih Allah itu sungguh nyata!

Seorang sahabat pernah mengatakan bahwa kasih itu bukanlah sebuah teori karena semua orang bisa berteori tentang kasih. Kasih itu haruslah sebuah perbuatan yang nyata sehingga langsung dialami oleh sesama manusia. Saya mendengar dengan penuh perhatian perkataan ini sambil mengingat kembali perkataan St. Yohanes dalam suratnya yang pertama: “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (Yoh 3:18). Banyak orang suka mengobral kata-kata tentang kasih sehingga membuat orang lain terlena dalam kata-kata tetapi mengalami kekecewaan setelah kata-kata itu tinggal kata-kata kosong saja. Ada juga orang yang merasa bahwa kasih itu sungguh-sungguh menjadi daging (berinkarnasi) sehingga dapat dialami oleh orang-orang di sekitarnya.

Tuhan Allah berjanji untuk mengasihi manusia sepanjang zaman. Ia tidak hanya berjanji tetapi kasih-Nya menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus. Tuhan Yesus berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Perkataan ini membuktikan bahwa kasih Allah itu sungguh nyata bagi manusia. Ia memberi Anak-Nya yang tunggal sebagai tebusan bagi banyak orang. Hidup kekal adalah jaminan kasih Allah bagi manusia.

Pada hari ini Tuhan Yesus memberi sebuah perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati. Kisah orang Samaria yang murah hati membuktikan bahwa kasih Allah itu sungguh nyata kepada orang baik dan benar dan juga kepada orang-orang berdosa. Kasih Allah itu universal sebab itu kita pun dipanggil untuk mengasih Tuhan Allah dengan seluruh totalitas hidup kita sebagai manusia dan mengasihi sesama sama seperti kita mengasihi diri sendiri. Kita tidak hanya mengasihi orang yang mengasihi kita, musuh sekalipun harus dikasihi. Perintah kasih ini sudah ada di dalam Kitab Taurat dan menjadi sempurna dalam diri Yesus Kristus.

Kita semua mengenal kisah orang Samaria yang murah hati. Konon ada seorang Yahudi tanpa nama turun dari Yerusalem ke Yerikho. Ia melewati padang gurun yang menakutkan karena selalu ada penjahat yang merampok orang lain. Dan benar terjadi. Ada penjahat yang merampoknya habis-habisan dan membiarkan dia tergeletak tanpa daya di pinggir jalan. Ada tiga orang yang lewat di jalan yang sama dan melihat orang Yahudi yang sedang sekarat ini. Orang pertama adalah seorang imam Yahudi yang siang dan malam melayani Tuhan di dalam Rumah Tuhan di Yerusalem. Ketika melihat orang Yahudi yang berdarah-darah itu, ia hanya melewati begitu saja. Ia tahu bahwa Hukum Taurat sudah mengaturnya bahwa tubuhnya tidak boleh menyentuh darah sebab itu menajiskan tubuhnya. Sebab itu baginya bukanlah dosa kalau tidak membantu manusia yang sedang sekarat itu. Orang kedua adalah seorang Lewi. Dia juga keturunan imam dan melewati begitu saja orang Yahudi yang sekarat dengan alasan yang sama dengan sang imam sebelumnya. Datanglah orang ketiga yakni seorang Samaria, musuh dari orang-orang Yahudi di Yerusalem. Ia mengetahui hukum Taurat bahwa dengan menyentuh darah itu najis bagi tubuhnya, lagi pula si Yahudi itu musuhnya. Tetapi apa yang terjadi?

Orang Samaria tanpa nama ini menunjukkan dirinya sebagai sesama manusia yang benar. Ia tidak memandang darah yang menajiskan tubuhnya, dan bangsa Yahudi sebagai musuhnya. Ia melihat orang Yahudi sebagai sesama manusia yang harus dikasihinya. Ia tidak berteori tentang kasih tetapi melakukan perbuatan kasih dengan mendekatinya, membalut luka-lukanya sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Ia menaikan orang Yahudi itu ke atas keledai tunggangannya sendiri dan membawanya ke penginapan dan merawatnya. Ia masih menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan dan masih berjanji, sekiranya ada biaya yang lebih maka ia akan menggantinya ketika kembali dalam perjalanannya. Orang Samaria ini sungguh-sungguh sesama manusia! Menjadi sesama manusia berarti memiliki rasa belas kasih kepada sesama yang lain. Menjadi sesama manusia berarti berempati dengan sesama yang lain, tidak hanya sekedar bersimpati.

Dalam perumpamaan tentang orang Samaria ini Yesus hendak menunjukkan dua hal. Pertama, Kasih itu universal, tanpa memandang sahabat, kenalan, kerabat, keluarga bahkan musuh sekalipun patut dikasihi. Mengapa? Karena Allah adalah kasih. Allah mengasihi semua orang dan mengampuni dosa-dosa mereka. Kedua, Orang Samaria sebenarnya adalah Yesus Kristus sendiri. Dia datang ke dunia untuk menunjukkan kasih Allah yang tiada batasnya kepada manusia yang berdosa dan menyelamatkannya. Dosa itu musuh Tuhan Yesus dan Ia menghancurkannya. Tuhan Yesus Kristus benar-benar menunjukkan wajah kerahiman Allah kepada manusia. Kita pun dipanggil Tuhan Yesus untuk menjadi sesama bagi yang lain dengan menunjukkan belas kasih Allah kepada mereka.

Kita perlu siap selalu untuk membantu sesama kita supaya mereka juga mengalami belas kasih Tuhan Allah melalui pertobatan. Sikap Yunus dalam bacaan pertama menggambarkan hidup kita di hadirat Allah yang mudah membelot dari rencana Allah. Kita masih kesulitan untuk mematuhi rencana Allah untuk mempertobatkan sesama yang lain. Yunus diutus untuk mempertobatkan orang-orang Ninive, tetapi mengabaikan perutusan dari Allah. Ia menyembunyikan diri dari kuasa Allah. Apa yang dialami Yunus ketika menjauh dari rencana Allah? Ia masuk dalam perut ikan selama tiga hari dan tiga malam. Di dalam perut ikan itu hanya ada kotoran yang bau amis. Yunus belajar dari pengalaman ini sehingga akhirnya ia bersedia untuk menyerukan pertobatan kepada orang-orang Ninive.

Adalah tugas kita saat ini untuk ikut mewartakan belas kasih Allah kepada sesama. Kita belajar dari pengalaman Yunus yang membelot akhirnya taat pada kuasa Allah. Tuhan menjadikan anda dan saya untuk mewartakan belas kasih Allah kepada semua orang. Orang berdosa bertobat, orang baik dibenarkan. Dengan demikian semua orang akan mengalami kasih Allah yang sungguh nyata dalam hidupnya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply