Aku ingin melihat Tuhan!
Saya mengenal seorang Bruder Salesian yang kudus, namanya Josef Kusy. Saya berjumpa dengannya untuk pertama kali pada tahun 1989, saat memulai panggilan saya dalam Kongregasi Salesian. Beliau menghabiskan sebagian hidupnya di Komunitas Salesian Fatumaca dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan dan pelayanan sebagai seorang bruder. Ketika memasuki usia senja, ia selalu berdoa dan berharap supaya Tuhan cepat memanggilnya. Pada suatu saat ia sakit dan harus dirawat dengan intensif. Dia berpikir bahwa ini adalah saat terakhir baginya, tetapi ternyata Tuhan menyembuhkannya. Ketika sembuh ia berkata: “Tuhan, saya ingin melihat Engkau, tetapi mengapa Engkau tidak memanggil aku sekarang ini?” Ia meminta terus menerus tetapi Tuhan memberinya usia panjang hingga mendekat seratus tahun.
Hal yang menarik perhatian banyak orang yang mengenalnya adalah Bruder Kusy memiliki keinginan besar untuk melihat Tuhan, namun semakin ia meminta dan merindukan Tuhan, Tuhan semakin menambah usia hidupnya. Ini memang kebesaran Tuhan yang mestinya dialami oleh setiap pribadi yang percaya kepada-Nya. Semakin merindukan Tuhan, semakin lama usia hidup. Luar biasa! Saya mengingat pengalaman rohani St. Teresa Avilla. Ia pernah berkata: “Aku ingin melihat Tuhan, dan untuk melihat-Nya, aku harus mati.” Ya, kita merindukan Tuhan berarti kita pasti mati. Kita kembali kepada-Nya sebagai Pencipta kita. Mengapa anda masih takut mati?
Ada seorang sahabat mengingat rumusan doa pemberkatan jenasah. Dalam doa pemberkatan jenasah biasanya pelayan liturgi mengucapkan sebuah kalimat yang berbunyi: “Hidup dan pengabdiannya di dunia ini telah dianggap cukup oleh Tuhan”. Ia berkomentar: “Secara manusiawi kita melihat bahwa Tuhan memang kelihatan tidak adil. Saya menyaksikan sendiri opa dan oma yang berusia 99,9 tahun, tetapi Tuhan belum memanggil mereka karena hidup dan pengabdian mereka belum dianggap cukup oleh Tuhan. Wow, satu abad masih belum cukup juga. Sementara itu ada bayi yang masih berada di dalam kandungan ibunya, hidup dan pengabdiannya sudah dianggap cukup sehingga Tuhan langsung memanggilnya. Namun kesan bahwa Tuhan tidak adil ini perlahan-lahan hilang dalam pikiran saya sebab saya percaya bahwa Tuhanlah yang memiliki kehidupan. Karena itu sebagai manusia, perlu berpasrah selamanya kepada Tuhan”. Saya hanya tersenyum dan berkata dalam hati: “Semua ini adalah urusan Tuhan bukan urusan kita sebagai manusia”.
Aku ingin melihat Tuhan. Ini adalah kerinduan semua orang beriman yakni datang, melihat dan tinggal bersama-Nya selama-lamanya. Melihat Tuhan berarti mengasihi dan melayani Tuhan dengan hati yang tidak terbagi. Melihat Tuhan dengan mata kepala sendiri berarti kita harus meninggal dunia. Kita kembali kepada-Nya sebagai pencipta supaya mengasihi dan melayani-Nya sampai tuntas. Apakah anda ingin melihat Tuhan? Ya, menunggu saat terbaik supaya anda meninggalkan dunia ini. Latihlah dirimu terus menerus supaya dapat melihat Tuhan sekarang juga dalam misteri iman kita, melihat Tuhan yang hadir secara pribadi dalam hidup ini, melihat Tuhan yang hadir dalam diri sesama manusia.
PJSDB