Food For Thought: Berbagi penderitaan

Berbagi Penderitaan

Semua mata tertuju kepada Yesus. Ini adalah pengalaman para murid Yesus zaman doeloe. Kita pada zaman now juga sedang memasuki pekan suci ini dengan mata tertuju pada Tuhan Yesus, yang menderita demi menyelamatkan kita semua. Kita semua ikut mengatakan dengan sukacita Hosana, terberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Kata-kata indah yang ditujukkan kepada Raja dari segala raja sebelum Ia sendiri wafat di kayu salib yang kasar. Semua ini menggambarkan penderitaan Yesus bagi kita semua.

Saya mengingat Mahatma Gandi. Ia pernah berkata: “Cinta tidak pernah meminta, ia senantiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta, disitu ada kehidupan. Berbeda dengan kebencian yang membawa kepada kemusnahan.” Perkataan ini diucapkan  oleh seorang Hindu yang mengagumi perkataan Yesus dalam Sabda Bahagia. Saya sepakat dengan perkataan ini: cinta berarti memberi. Cinta sejati itu tidak pernah menghitung berapa yang sudah anda berikan dan berapa yang sudah anda terima. Cinta sejati itu pemberian diri secara total bukan setengah-setengah. Cinta membawa penderitaan tetapi tidak pernah membalas dendam. Berapa kali kita memilih untuk membalas dendam dan tertawa di atas penderitaan orang lain. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan. Kita tidak akan hidup kalau tidak ada cinta. Cinta itu segalanya! Semua perkataan ini sangat Kristiani.

Kita memasuki pekan suci ini dengan bangga dan berkata kepada Tuhan: “Tuhan, terima kasih karena cinta kasih berarti memberi. Engkau sendiri memberi Yesus, Putera-Mu kepada kami.” Kita perlu mengungkapkan rasa syukur kita kepada Tuhan. Ia memberi segalanya bagi kita.

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Saya mengutip perkataan Paulo Coelho ini: “Katakan pada hatimu, rasa takut akan penderitaan justru lebih menyiksa daripada penderitaan itu sendiri, dan tak ada hati yang menderita saat mengejar impian-impiannya, sebab setiap detik pencarian itu bisa diibaratkan pertemuan dengan Tuhan dan keabadian.” Mengapa kita lebih memilih berhenti di zona penderitaan? Berusahalah untuk keluar dari penderitaan.

Mari berbagi penderitaan bersama Tuhan Yesus. Selamat memasuki pekan suci.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply