Homili Hari Minggu Palma- Injil sebelum Perarakan Palma – 2018

Hari Minggu Palma-B
Sebelum Perarakan
Mrk 11:1-10 atau
Yoh 12:12-16

Hosana, Diberkatilah!

Saudari dan saudara terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita mengawali Minggu Suci ini dengan perayaan Hari Minggu Palma untuk mengenang sengsara Tuhan Yesus Kristus. Apa yang menarik perhatian kita pada hari Minggu ini? Umat, terutama penanggungjawab perayaan paskah tahun ini, mulai sibuk sejak hari Minggu yang lalu untuk menyiapkan daun-daun palma hingga ribuan lembar yang diperuntukan bagi umat yang tidak sempat membawa daun palma. Hal lain seperti perarakan daun-daun palma sambil menyanyikan lagu Hosana, pembacaan atau petugas yang menyanyikan kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus adalah seorang raja yang diarak, dipuja dan dipuji sebelum menderita, wafat dan bangkit dengan mulia. Ia mendahului semuanya dengan Hosana, mengalami sengsara dan mengakhiri semuanya dengan kebangkitan-Nya yang mulia.

Saya mengingat pertanyaan seorang umat dalam acara pendalaman iman di paroki begini: “Mengapa pada perayaan hari Minggu Palma, kita menggunakan daun palma bukan daun dari pohon yang lain seperti daun pisang?” Saya hanya tersenyum dan mengatakan bahwa kalau dahulu orang menggunakan daun pisang maka kita akan mengenang hari Minggu Pisang bukan Minggu Palma. Namun untuk tidak membingungkannya maka saya berusaha untuk menjelaskan bahwa kisah daun palma ini hanya ditemukan dalam tulisan-tulisan Yohanes, bukan dalam tradisi Injil Sinoptik yakni Matius, Markus dan Lukas.

Dalam Injil Sinoptik kita menemukan beberapa ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan perayaan Suci hari ini yakni: “Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan” (Mat 21:8). Perhatikan juga penginjil Markus: “Banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang menyebarkan ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang” (Mrk 11:8). Pada Injil Matius dan Markus kita menemukan kisah bahwa ada banyak orang yang menghamparkan pakaiannya di jalan. Namun demikian kedua penginjil ini tidak menceritakan bahwa orang banyak itu memegang daun palma. Hal lainnya adalah orang-orang yang memegang ranting-ranting pohon itu tidak memegang dan melambaikannya melainkan menyebarkannya di atas jalan yang dilewati Tuhan Yesus Kristus. Hal lain diceritakan oleh Lukas dalam Injilnya: “Dan sementara Yesus mengendarai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan” (Luk 19:36). Di sini, Lukas juga tidak menceriterakan bahwa para murid Yesus yang mengiringi-Nya dengan menyebarkan ranting-ranting hijau dan memegang daun palma. Mereka justru menghamparkan pakaian mereka di jalan.

Lalu dari mana tradisi daun palma itu? Saya sudah mengatakan sebelumnya bahwa tradisi menggunakan daun palma hanya ada dalam tulisan-tulisan Yohanes. Mari kita perhatikan kutipan-kutipan berikut ini: “Orang banyak mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru: Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” (Yoh 12:13). Orang banyak itu tidak menghamparkan pakaian atau dedaunan lain di jalan yang dilewati Tuhan Yesus. Mereka mengambil daun palem dan menyongsong Yesus dengan sukacita. Di bagian lain Yohanes menulis: “Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!” (Why 7:9-10). Kedua tulisan Yohanes ini yang menjadi dasar bagi kita untuk menggunakan kata palma dalam perayaan untuk mengenang sengsara Tuhan Yesus.

Berdasarkan tulisan Yohanes ini, apa kiranya makna dari daun palem bagi kita dalam perayaan untuk mengenang sengsara Tuhan Yesus ini? Daun Palma itu warnanya hijau sehingga menunjukkan sukacita yang besar dari manusia di hadirat Tuhan yang mahakudus. Setiap orang yang memegang daun palma menunjukkan sukacitanya bagi Tuhan dan sesama. Daun palma menunjukkan pujian dan syukur kita sebagai anak-anak Allah. Kita bersyukur karena Tuhan sungguh baik bagi kita. Kita bersyukur karena Tuhan membaharui janji-Nya untuk mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya melalui Yesus Kristus Tuhan kita. Daun palma menunjukkan kemuliaan Tuhan yang menyelimuti kita sebagai anak-anak-Nya. Kemuliaan yang menguduskan kita. Daun palma melambangkan kemenangan sebagai anak-anak Allah. Tuhan Yesus memenangkan segalanya, dosa dan penderitaan, maut dikalahkan Yesus. Dalam kuasa Yesus kita juga mengalami kemenangan. Daun palma menunjukkan damai. Tuhan Yesus sendiri adalah damai kita. Dialah yang mendamaikan kita sebagai orang berdosa dengan Bapa di surga. Ini juga menjadi alasan mengapa daun palma yang diberkati tetap disimpan dan nantinya dibakar untuk menjadi abu dan kita terima kembali pada hari Rabu Abu.

Di samping daun-daun palma yang menjadi kekhasan dari perayaan Hari Minggu Palma ini, seekor hewan yakni keledai juga muncul dalam kisah injil ini. Keledai adalah hewan yang memikul beban, simbol kebodohan dan kemiskinan. Tuhan Yesus memilih keledai muda yang belum pernah ditunggangi orang lain. Keledai menjadi simbol Yesus sebagai Anak Allah yang rela menjadi abdi bagi manusia yang berdosa. Anak Allah merelakan diri serendah mungkin, berkenosis atau mengosongkan diri demi manusia yang berdosa. Keledai menjadi simbol kelemahan manusiawi tetapi karena Yesus maka kelemahan manusiawi menjadi kekuatan yang dahsyat di hadirat Tuhan. Keledai tidak bersuara, dia hanya membawa Kristus sang Raja mulia untuk memasuki kota Yerusalem, kota damai. Kota yang menjadi saksi bisu bagi penderitaan Anak Manusia.

Kata-kata Hosana adalah kata-kata optimisme dari mulut anak-anak Allah yang lemah dan akan dikuatkan oleh Yesus sendiri. Kata Hosana berasal dari bahasa Ibrani HOSYI’ AH NA. Ada dua kata penting di sini: “YASHA” berarti “Menyelamatkan” dan “NA” berarti “Permohonan doa”. Maka Hosana berarti “Aku berdoa, selamatkanlah aku sekarang juga” (Mzm 118:2; Mat 21:9). Kita semua berseru Hosana, memohon keselamatan yang datang dari Tuhan melalui Yesus Kristus. Dialah satu-satunya keselamatan kita. Kita berseru: ‘Hosana! Diberkatillah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan Bapa kita Daud! Hosana di tempat yang mahatinggi!”. Kita mengiringi Tuhan kita untuk memasuki Yerusalem. Di sanalah kita semua diselamatkan oleh Tuhan Yesus Kristus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply