Homili 30 Juni 2018

Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-XII
Rat. 2:2,10-14,18-19
Mzm. 74:1-2,3-5a,5b-7,20-21
Mat. 8:5-17

Keselamatan bagi semua orang

Saya pernah menemukan tulisan tangan dari seorang siswa di sekolah, bunyinya: “Tuhan Yesus menyelamatkan semua orang. Yes, saya percaya ini.” Saya membacanya beberapa kali sambil tersenyum dan bangga dengan siswa ini. Sebab di usianya yang masih remaja, ia sudah menunjukkan pertumbuhan imannya kepada Yesus Tuhan Yesus Kristus. Ya, benar bahwa Tuhan Yesus menyelamatkan semua orang. St. Petrus pernah mengakui imannya di hadapan para pemimpin Yahudi dengan berkata: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus) sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita diselamatkan.” (Kis 4:12). Saya secara pribadi semakin diteguhkan oleh tulisan siswa ini untuk semakin percaya dan mencintai Yesus, satu-satunya keselamatan kita.

Pada hari ini kita mendengar tiga kisah di dalam Injil yang menunjukkan bahwa Tuhan Yesus benar-benar menjadi pokok keselamatan kita. Pertama, Tuhan Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira yang sakit lumpuh dan sangat menderita. Perwira Romawi itu bukan seorang Yahudi, namun ia percaya bahwa Tuhan Yesus pasti menyembuhkan hambanya yang sedang sakit. Permohonan sang perwira adalah sebuah doa. Yesus memahaminya dan bersedia untuk pergi langsung ke rumahnya. Namun, sang perwira tanpa nama ini mengenal dirinya. Ia dengan rendah hati memohon supaya Yesus mengucapkan kata-kata penyembuhan saja dan itu sudah cukup bagi hambanya untuk memperoleh penyembuhan.

Lihatlah bahwa sang perwira percaya pada kata-kata Yesus. Ya, Yesus adalah Sabda, Logos yang memiliki daya menyembuhkan yang luar biasa. Kata-kata Yesus “Aku akan datang menyembuhkan” benar-benar memiliki daya menyembuhkan kelumpuhan rohani dan lahiria hamba sang perwira. Yesus melakukan mukjizat jarak jauh karena melihat iman sang perwira, meski dia bukan seorang Yahudi. Keselamatan benar-benar bagi semua orang. Orang bukan Yahudi pun dapat menjadi perantara keselamatan. Tuhan Yesus sendiri memuji iman sang perwira dengan mengatakan iman seperti yang dimiliki sang perwira belum ditemukan-Nya di Israel. Penyembuhan jarak jauh pun terjadi! Mukjizat itu nyata.

Kedua, Yesus menyembuhkan mertua Simon Petrus. Ibu mertua Simon Petrus, tanpa nama ini sedang sakit demam. Tuhan Yesus memegang tangannya, menghardik demam dan lenyaplah demam itu. Ibu Mertua Petrus menyatakan syukurnya dengan melayani Yesus. Ini adalah sebuah penyembuhan jarak dekat. Tuhan Yesus menghardik demam bukan menghardik manusianya. Kata-kata Tuhan Yesus memiliki daya menyembuhkan. Ini benar-benar berbeda dengan manusia zaman now. Berapa banyak para dokter dan perawat yang malpraktik sehingga mengurbankan nyawa orang yang seharusnya sembuh? Mungkin saja mereka keliru atau atau sengaja. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

Ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan banyak orang yang kerasukan setan. Penyembuhan dilakukan di soreh hari, menuju ke gelapnya malam. Ini adalah sebuah symbol penting bahwa banyak orang yang dikuasai setan pasti berada dalam kegelapan. Maka kehadiran Yesus di soreh menjelang malam untuk menerangi hidup mereka. Roh-roh jahat diusirnya, semua orang lain yang sakit menjadi sembuh.

Tuhan Yesus menyembuhkan dan menyelamatkan semua orang yang datang kepada-Nya dengan perkataan-Nya. Perkataan atau Sabda-Nya menyembuhkan dan menyelamatkan manusia. Semua yang dilakukan Yesus ini menggenapi perkataan nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita, dan menanggung penyakit kita.” Perkataan ini sekaligus menegaskan bahwa Yesus adalah satu-satunya penyelamat kita.

Apa yang harus kita lakukan untuk memperoleh keselamatan?

Bacaan Injil hari ini membuka wawasan kita bahwa Tuhan Yesus datang untuk menyembuhkan semua orang. Ia tidak memilih dan memilah tetapi menyelamatkan semua orang sesuai kehendak-Nya. Kita pun dipanggil untuk terbuka dan menerima semua orang sebagai saudara dan sahabat. Segala perbedaan hendaknya bukan menjadi penghalang bagi kita untuk bersatu dengan sesama manusia. Tuhan juga menunjukkan kekuatan kata-kata yang diucapkan-Nya. Kata-kata yang diucapkan Yesus memiliki daya menyembuhkan. Konsekuensinya, kata-kata yang keluar dari mulut kita janganlah menjadi kata-kata yang menyakitkan atau membunuh karakter sesama. Kebiasaan berkata kasar dan bergosip lebih menyakitkan dan sangat tidak kristiani.

Bacaan pertama dari Kitab Ratapan memanggil kita untuk bertobat. Realita menunjukkan bahwa sebagai manusia, kita pasti memiliki banyak kelemahan. Banyak di antara kita yang masih jatuh ke dalam dosa yang satu dan sama. Usaha untuk bertobat masih sia-sia saja sebab kenikmatan dosa selalu menghantui pribadi manusia. Kita mendapat gambaran bagaimana para gadis Yerusalem yang jatuh pingsan. Para nabi sebagai pemimpin juga masih berdusta dan mengajar kesesatan. Maka pertobatan adalah jalan untuk menyelamatkan manusia. Tanpa pertobatan manusia akan tetap hidup dalam kegelapan. Bertobatlah dan baharuilah hidupmu sebab Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan anda, saya dan kita.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply