Homili Hari Minggu Biasa ke-XVII/B – 2018

Hari Minggu, Pekan Biasa ke-XVII/B
2Raj. 4:42-44
Mzm. 145:10-11,15-16,17-18
Ef. 4:1-6
Yoh. 6:1-15

Jangan takut menjadi miskin!

Seorang sahabat membagi pengalaman masa kecilnya dalam sebuah pertemuan. Ia mengakui berasal dari sebuah keluarga yang super sederhana. Mereka tidak memiliki banyak harta seperti teman-teman sebayanya. Banyak kali ia bertanya kepada ayahnya mengapa hidup mereka biasa-biasa saja. Ayahnya hanya menarik nafas panjang dan mengatakan kepadanya untuk menerima kenyataan hidup yang ada. Meskipun hidup mereka di dalam keluarga super sederhana tetapi hal yang mengagetkan adalah ayahnya selalu berbagi dengan orang lain yang kiranya jauh lebih sederhana dari keluarga mereka. Ayahnya selalu mengingatkannya: “Jangan takut menjadi miskin. Berbagilah kepada sesama dan Tuhan akan mencukupkan hidupmu.” Kata-kata ini selalu dipegangnya hingga saat ini. Ia rajin berbagi dan tidak pernah merasa berkekurangan.

Saya mendengar sharing pengalaman ini dengan penuh perhatian. Saya sempat berpikir bahwa banyak orang justru memiliki prinsip yang berbeda. Mereka akan takut untuk menjadi orang miskin, sebab itu mereka cenderung takut berbagi. Mereka lebih suka menimbun kekayaan mereka di dalam rumahnya. Mungkin orang-orang seperti ini memiliki iman yang kecil dan berpikir bahwa merekalah yang mencukupkan kebutuhan mereka sendiri bukan Tuhan. Kalau saja mereka percaya bahwa Tuhan Allah adalah satu-satunya yang mencukupkan kebutuhan mereka maka mereka akan murah hati untuk berbagi dengan sesamanya. Kita senantiasa berjumpa dengan pribadi-pribadi seperti ini. Mungkin saja kita adalah satu dari mereka saat ini yang sulit untuk berbagi karena takut menjadi miskin. Padahal kita akan berbahagia kalau memberi dari sedikit yang kita miliki.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini sangat inspiratif bagi kita. Tuhan mengajak kita untuk rendah hati, lemah lembut dan sabar supaya dapat berbagi dengan sesama dari kekurangan yang kita miliki. Dikisahkah dalan bacaan pertama ada seseorang dari Baal-Salisa datang membawa roti hulu hasil yakni dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantong bagi Elisa. Elisa menyuruh abdi itu untuk memberi makanan itu kepada banyak orang yang ada bersama mereka. Namun sang abdi itu keberatan sebab jumlahnya sangat terbatas. Orang yang hendak makan berjumlah seratus orang. Elisa menyuruh abdi itu untuk memberi mereka makan sebab Tuhan sendiri telah berjanji bahwa mereka akan makan sampai kenyang dan masih ada sisanya. Janji Tuhan menjadi nyata. Ternyata hanya sekantong makanan dapat memberi makan kepada seratus orang dan masih ada sisanya.

Pengalaman Elisa dalam bacaan pertama kiranya mirip dengan pengalaman Yesus dan para murid-Nya dalam bacaan Injil. Ketika itu Tuhan Yesus bersama para murid-Nya berangkat ke seberang danau Galilea. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti mereka sebab mereka tahu tempat tujuan Yesus dan para murid-Nya. Lagi pula pengalaman akan mukjizat yang Tuhan Yesus lakukan di depan dan bagi mereka. Sebab itu mereka mengikuti Yesus sebagai satu gerombolan besar. Tuhan Yesus memanggil Filipus supaya menyampaikan teman-temannya untuk memberi makan kepada orang banyak itu. Filipus merasa bahwa uang kas di tangan mereka hanya dua ratus dinar maka tidaklah cukup untuk membeli makanan bagi orang banyak. Andreas saudara Simon mengatakan bahwa ada seorang anak yang membawa iima roti jelai dan dua ikan kecil. Sekali lagi melihat jumlah uang yang terbatas dan jumlah roti dan ikan ini maka kelihatan para rasul masih berpikir panjang untuk berbagi dengan orang banyak itu. Ini menjadi kesempatan bagi Yesus untuk mengajar para murid-Nya memiliki sikap batin murah hati dan pandai berbagi dengan sesama yang membutuhkan.

Yesus mengajar mereka dengan berekaristi bersama mereka. Ia menyuruh mereka duduk dengan tenang sambil melihat Yesus berekaristi. Ia mengambil roti, mengucap syukur dan membagi-bagikan roti dan ikan kepada mereka semua. Mereka semua makan samoai kenyang dan masih ada sisa duabelas bakul. Jumlah orang yang makan kima ribu laki-laki, belum terhitung perempuan dan anak-anak. Mukjizat ini membangkitkan rasa heran kepada Yesus. Mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.” (Yoh 6:14). Rasa kagum semakin bertambah ketika mereka berniat untuk mengangkat-Nya menjadi raja.

Berangkat dari bacaan pertama dan bacaan Injil, kita semua diarahkan pada point-point berikut ini: Pertama, Tuhan sedang mengajar kita untuk berani berbagi meskipun kita memiliki keterbatasan tertentu dalam hal harta. Sedikit yang kita miliki janganlah membuat kita pelit. Tuhan yang akan melakukannya melalui kita bagi orang lain. Itulah mukjizat yang menjadi nyata dalam hidup kita. Berbagi adalah salah satu wujud nyata kemurahan hati. Tuhan selalu murah hati sehingga memberi anak-Nya yang tunggal kepada kita. Mari kita juga bermurah hati. Janganlah takut menjadi miskin sehingga tidak berani membantu sesama. Kedua, Tuhan mengajar kita untuk selalu bersyukur meskipun sedikit yang kita miliki. Tuhan bersyukur atau berekaristi sehingga mukjizat terjadi karena syukur tanpa henti. Ia mengambil roti, dan ikan, mengucap syukur dan membagi-bagikannya. Apakah kita pernah bersyukur atas sedikit yang kita miliki dan mampu berbagi kepada sesama?

Untuk setia dalam hidup kristiani maka St. Paulus dalam bacaan kedua mengajak kita untuk sebagai orang Kristen terbaik. Kita sadar diri sebagai orang yang dipanggil oleh Tuhan. Untuk mewujudkan panggilan supaya berbagi dan bermurah hati maka Paulus mengajak kita untuk selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar, saling membantu dalam kasih. Pengikut Kristus juga berusaha untuk memelihara kesatuan Roh. Hanya dengan demikian kita menjadi satu tubuh dan satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa. Kita mengikuti Yesus dari dekat untuk bersatu dengan-Nya dan dengan sesama manusia.

Pada hari ini kita bersyukur atas mukjizat kehidupan dan Ekaristi yang kita rayakan bersama. Mari kita belajar berbagi dan bermurah hati kepada semua orang. Jangan pelit, jangan takut menjadi miskin. Tuhan akan melakukan segalanya di dalam hidup ini. Ia mencukupkan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita sukai. Maka hari-hari hidup kita selalu ada mukjizat yang nyata.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply