Apakah engkau tertarik kepada Allah?
Ada seorang misdinar yang masih remaja, bertanya kepada saya di dalam sakristi gereja: “Romo, apakah anda tertarik kepada Allah?” Pertanyaan ini memang sederhana dan mudah di jawab, tanpa refleksi sekalipun. Namun momennya saat itu adalah saya dalam keheningan, sedang menyiapkan diri untuk merayakan misa harian. Saya terdiam sejenak dan mengatakan kepadanya: “Tanpa suatu keraguan apapun saya tertarik kepada Allah. Dialah yang menjadi alasan pertama dan terutama, mengapa saya seperti sekarang ini sebab Dia sendirilah yang memanggil aku, menarik aku dan memilih aku bagi-Nya.” Dia memandangku sambil tersenyum, memegang tanganku dan menciumnya dan berkata: “Terima kasih Romo, saya merasa dikuatkan.”
Jawaban saya tentu bukan tanpa alasan. Tuhan Yesus sendiri sudah mengatakan dalam Injil-Nya: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jika ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6:44). Banyak kali kita berpikir secara manusiawi bahwa kitalah yang datang kepada Tuhan. Kita sudah keliru. Tuhanlah yang selalu memiliki inisiatif pertama untuk mendekati manusia, menyapanya dengan kasih dan menarik manusia kepada kasih itu sendiri. Hanya Tuhan saja yang lebih dahulu mengasihi kita. Maka wajar saja kalau dikatakan bahwa kita tertarik kepada Allah sebab Allah sendiri yang lebih dahulu menarik kita kepada Anak-Nya.
Para murid Yesus pernah mengalami ditarik oleh Allah Bapa kepada Yesus Putera-Nya. Ketika itu Yohanes Pembaptis memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah. Mereka memandang-Nya dan ditarik kepada-Nya. Mereka datang dan melihat di mana Ia tinggal dan mereka pun tinggal bersama-Nya. Filipus orang Betsaida dalam Injil Yohanes, dikisahkan bertemu dengan Natanael dan berkata: “Kami telah menemukan Dia yang disebut oleh Musa dalam Kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.” (Yoh 1:45). Natanael memang masih ragu dan berkata: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh 1:46). Filipus tidak mengatakan Ya atau tidak tetapi mengajaknya suoaya datang dan melihat serta mengalami langsung siapakah Yesus itu. Yesus sendiri mengenal Natanael sebagai orang Israel tanpa kepalsuan. Dialah yang sudah duduk di bawah pohon sambal mencari kebijaksanaan dan kini ia berjumpa dengan kebijaksanaan sejati. Natanael datang kepada Yesus karena ditarik dan diubah oleh Tuhan sendiri.
William A. Barry, SJ dalam bukunya Praying the Truth menulis: “Saya sendiri percaya bahwa dambaan Allahlah yang menciptakan kita dan memelihara kita sehingga tetap ada. Allah selalu mencoba untuk menarik kita agar lebih dekat lagi dalam persahabatan bersama-Nya. Ketika kita terkejut akan sesuatu seperti pada malam bulan purnama, kita merasakan dambaan akan Allah. Mungkin engkau ingat akan pengalaman semacam ini juga di dalam hidupmu.”
Tuhan menarik kita kepada-Nya. Doa raja Daud dapatlah menjadi doa kita pada hari ini: “Seperti rusa mendambakan sungai yang berair, jiwaku merindukan Engkau, ya Allah” (Mzm 42:1). Pertanyaan untuk refefleksi selanjutnya: Apakah anda merindukan Allah dalam hidupmu? Apakah anda juga tertarik kepada Allah?
P. John Laba, SDB