Food For Thought: Kita masih membutuhkan Yohanes Pembaptis

Kita masih membutuhkan Yohanes Pembaptis!

Pada malam hari ini saya melihat-lihat kembali file-file di komputerku. Saya melihat nama file Martin Luther King, maka saya teringat pada kata-kata inspiratif beliau yang ikut mempengaruhi gaya berpikirku saat ini. Salah satu kalimat inspiratif yang masih tersimpan di file adalah: “Kekerasan dalam hal mencapai keadilan ras merupakan hal yang tidak berguna dan tidak bermoral. Aku tahu bahwa seringkali kekerasan memberikan hasil sementara. Bangsa-bangsa sudah sering kali memenangkan kemerdekaan mereka melalui perang. Tetapi itu hanyalah kemenangan yang sementara, kekerasan tidak pernah memberikan perdamaian abadi.” Saya lebih focus pada perkataannya bahwa kekerasan tidak pernah memberikan perdamaian abadi. Kekerasan hanya menimbulkan luka yang turun temurun dan susah untuk mengobati dan menyembuhkannya.

Pada hari kita merayakan kemenangan Yohanes Pembaptis. Saya mengatakan kemenangan sebab ia menumpahkan darahnya demi kebenaran dan keadilan. Ada krisis moral atau degradasi moral para penguasa zamannya. Dalam situasi seperti ini sangat dibutuhkan orang yang dapat bersuara keras untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Tentu saja kekerasan tidak pernah memberikan perdamaian yang didambakan manusia.

Yohanes Pembaptis menunjukkan suara keras kenabiannya kepada pemimpin yang tidak hanya korup tetapi pemimpin yang tidak bermoral. Ketika itu Herodes Antipater alias Herodes Antipas. Ia lahir sekitar tahun 20 sebelum Kristus lahir dan meninggal sekitar tahun 39 setelah Kristus lahir. Ia berkuasa di daerah Galilea dan Perea. Ia sudah menikahi Phasaelis, putri dari raja Aretas IV dari Nabatea. Tetapi Herodes Antipas ini rela menceraikannya dan menikahi Herodias yang adalah istri saudara tiri Herodes Philipus. Ini tentu sebuah tindakan yang tidak elok, apalagai dari seorang raja. Tindakannya bukanlah sebuah perkawinan levirate, tetapi menceraikan istri yang sah dan mengambil istri saudara tirinya. Ini bukan soal apakah saudara kandung, saudara tiri atau saudara sepupu, tetapi bagaimana seorang pemimpin mampu mengontrol dirinya terhadap nafsu-nafsu sebab dia adalah panutan banyak orang.

Apa yang dilakukan Yohanes pembaptis? Ia menegur Herodes dengan mengatakan bahwa tidaklah elok kalau seorang pemimpin melakukan tindakan yang tidak bermoral. Dalam hal ini ia menceraikan istrinya, lalu menikahi istri dari saudaranya. Masalahnya Herodes segan dengan personalitas Yohanes Pembaptis, sedangkan Herodias luka bathin karena Yohanes menegur raja Herodes perihal hubungan yang tidak layak ini. Bayarannya mahal! Yohanes mati sebagai martir.

Mari kita membuka mata kita. Di sekitar kita, secara terang-terangan para pemimpin kita memiliki moralitas yang absurd. Para pemimpin tertentu dapat mengontrol kekuasaannya tetapi tidak mampu mengontrol nafsu seksualnya. Sebab itu mereka entah pria dan wanita melakukan perselingkuhan di mana-mana. Orang tidak lagi memiliki rasa malu! Para pemimpin tertentu memiliki istri di mana-mana. Para pemimpin perempuan memiliki suami di mana-mana. Yang namanya poligami dan polianri sedang menguasai hidup para pemimpin. Herodes Antipas zaman now masih banyak! Memalukan dan tidak bermoral.

Bukan hanya para pemimpin seperti Herodes Antipas. Ada keluarga-keluarga tertentu yang sudah tidak memiliki skala moral karena skandal sex tertentu. Adik merebut istri atau suami kakak, kakak merebut suami atau istri adik. Banyak pebinor-pebinor dan pelakor-pelakor. Semua ini adalah pendukung fanatic kehancuran keluarga orang lain. Ini memang tidak elok di mata Tuhan dan sesama. Hanya saja orang sudah tidak punya rasa malu sehingga hobinya pebinor dan pelakor. Maka kita masih butuh suara keras Yohanes pembaptis.

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply