Homili 5 September 2018 (Injil untuk Daily Fresh Juice)

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXII/B
St. Theresia dari Kalkuta
1Kor. 3:1-9
Mzm. 33:12-13,14-15,20-21
Luk. 4:38-44

Aku harus memberitakan Injil Allah

Pada hari ini kita semua mengenang kembali St. Theresia dari Kalkuta. Orang kudus modern ini dilahirkan pada tanggal 26 Agustus 1910 di Skopje, Albania. Ia membaktikan seluruh hidupnya bagi kaum papa dan miskin di India hingga wafatnya pada tanggal 5 September 1997. Paus Fransiskus mengumumkan beliau menjadi Santa pada tanggal 4 September 2016. St. Theresia dari Kalkuta mewartakan Injil Allah dengan hidupnya. Ia mencintai apa yang dicintai Tuhan Yesus yaitu kaum miskin. Ia mengasihi mereka di Kalkuta tanpa membedakan siapakah dia yang sedang dilayani. Ia menatap kaum miskin sama seolah-olah ia sedang menatap Yesus sang pencinta kaum miskin.

Wujud kepeduliannya bagi kaum miskin adalah mendirikan kongregasi Misionaris Cinta Kasih yang disahkan Takhta Suci pada tanggal 7 Oktober 1950. Kongregasi ini memiliki misi untuk merawat orang-orang “yang lapar, telanjang, tunawisma, orang cacat, orang buta, penderita kusta, semua orang yang merasa tidak diinginkan, tidak dicintai, tidak diperhatikan seluruh masyarakat, orang yang telah menjadi beban bagi masyarakat dan dihindari oleh semua orang.” Ia konsisten dengan kasih sayangnya kepad kaum miskin. Dalam suatu wawancara, Bunda Theresia berkata: “Aku melihat orang sekarat, aku menjemputnya. Aku menemukan seseorang yang lapar, aku memberinya makanan. Dia bisa mencintai dan dicintai. Aku tidak melihat warnanya, aku tidak melihat agamanya. Aku tidak melihat apa-apa. Setiap orang apakah dia Hindu, Muslim atau Budha, ia adalah saudaraku, adik saya.” Sungguh, ia memberitakan Injil Allah dengan hidupnya.

Dari manakah St. Theresia dari Kalkuta menimba pengalaman iman yang begini kaya? Pengalaman imannya berasal dari pangalamannya bersama Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus yang setia mewartakan Injil Allah kepada segenap makhluk. Kita mendengar dalam bacaan Injil hari ini bahwa Ia barusan meninggalkan Sinagoga di Kapernaun. Ia dijemput untuk menengok ibu mertua Simon (tanpa nama) yang sedang sakit demam keras. Tuhan Yesus berdiri di samping wanita itu, menghardik demam, demam meninggalkan wanita itu. Sesudah sembuh wanita itu melayani Yesus dengan sukacita. Pada mukjizat ini kita melihat bahwa kata-kata Yesus memang penuh kuasa dan wibawa. Ia tidak menghardik wanita yang adalah mertua Petrus, tetapi menghardik penyakit demam yang keras. Penyakit demam lenyap seketika. Melayani adalah tanda syukur terbaik. Selain mertua Petrus, Tuhan Yesus juga melakukan penyembuhan masal. Ia meletakkan tangan-Nya ke atas mereka dan seketika itu juga mereka sembuh. Setan-setan juga taat pada Yesus. Mereka mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Mereka juga mengenal-Nya sebagai Mesias.

Selain Tuhan Yesus bertindak dengan melakukan penyembuhan yang menakjubkan, Ia juga berkeliling untuk mewartakan Injil Allah. Jadi Ia tidak hanya focus pada tindakan menyembuhkan tetapi hal kedua ini sangat penting yakni mewartakan Injil Allah kepada semua makhluk di tempat yang berbeda. Ia berkata: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” (Luk 4:43). Hal yang Tuhan Yesus lakukan adalah mewartakan Injil ke suatu wilayah yang luas dan berbeda. Penginjil Lukas bersaksi bahwa Yesus mewartakan Injil dalam rumah-rumah ibadat dari Galilea hingga ke Yudea. Secara geografis daerah Galilea dan Yudea memang sangat luas, namun ini adalah sebuah rencana keselamatan dari Tuhan Allah sendiri.

Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk ikut serta mewartakan Injil Allah, bukan hanya dengan kata-kata melainkan hidup yang nyata kepada segenap makhluk. Tuhan Yesus mewartakan Injil dengan tindakan menyembuhkan orang-orang sakit dan mengusir setan-setan. Tuhan Yesus menghendaki agar kita memiliki harapan yang pasti kepada Tuhan. Jangan pernah kehilangan harapan! Ia setia menolong dalam segala waktu dan kesempatan. St. Theresia dari Kalkuta mengalaminya sendiri. Ia percaya bahwa Tuhan nenyertainya sampai keabadian. Ia tidak pernah berhenti berbuat baik. Ia pernah berkata: “Hal yang baik yang anda lakukan hari ini mungkin saja akan dilupakan besok. Sekalipun begitu berbuat baiklah apapun yang terjadi.” Mari kita mewartakan Injil Allah dengan kebaikan bukan dengan kejahatan. Wartakanlah Injil Allah dalam perkataan dan perbuatanmu.

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply