Homili 17 Oktober 2018

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXVIII
Peringatan Wajib St. Ignatius dr Antiokhia
Gal. 5:18-25
Mzm. 1:1-2,3,4,6
Luk. 11:42-46

Roh Kudus Memimpin Kita

St.Ignatius dari Antiokhia adalah salah satu dari para Bapa Apostolik atau Bapa Gereja. Beliau adalah seorang uskup dan Martir yang menjalani hidupnya dengan meneladani Tuhan Yesus Kristus. Ia dikenal dan dikenang sebagai Uskup Antiokhia ketiga sesudah Santo Petrus dan St. Evodius. Sejarahwan Eusebius mencatat bahwa St.Ignatius menggantikan St. Evodius setelah Petrus sendiri yang menunjuk Ignatius untuk menjabat sebagai uskup Antiokhia. Sebutan lain untuk dirinya adalah Teoforus yang berarti “Pemanggul Tuhan”. Menurut tradisi gereja, St.Ignatius seperti juga Santo Polikarpus adalah murid-murid dari Rasul Yohanes. Ia ditangkap dan diadili namun menjalani hukuman dkota i Roma. Ketika Ignatius tiba di Roma, ia dijebloskan kedalam penjara bersama para umat Kristiani yang sudah ditahan sebelumnya, lalu dilemparkan ke arena pertunjukan. Dua ekor singa ganas menerkamnya. St. Ignatius wafat sekitar tahun 107. Ia mewariskan kepada kita kesaksian hidup Kristiani serta surat-suratnya yang indah.

Dalam perjalanannya untuk menjalani hukuman di Roma, beliau menulis banyak surat yang menghibur semua jemaat yang pernah dilayaninya. Ia sempat menulis kepada jemaat di Roma: “ …. dari Suriah bahkan sampai Roma aku berhadapan dengan binatang-binatang buas, di darat dan laut, di malam dan siang hari, terbelenggu di tengah-tengah sepuluh ekor macan tutul, dan bersama sekelompok serdadu, yang akan berkelakuan semakin buruk bilamana diperlakukan dengan sopan..” Dalam suratnya kepada jemaat di Filadelfia, ia menasihati mereka: “Janganlah tersesat, saudara-saudaraku, jika ada yang ikut turut serta dalam skisma (menciptakan atau menghasut perpecahan) ia tidak akan mewarisi Kerajaan Allah. Siapa pun yang berjalan di jalan sesat, ia telah berada di luar dari kasih dan pengorbanan Yesus. Berhati-hatilah, dan cermatlah mengamati prosesi Ekaristi. Karena hanya ada satu daging, daging dari Tubuh Tuhan kita Yesus Kristus, dan satu cawan yang berisikan Darah-Nya yang menyatukan kita menjadi satu, dan satu Altar, sama halnya ada satu Uskup bersama dengan pastor dan diakon, beserta umat. Dengan cara seperti itu lah untuk semua apa pun yang kamu lakukan adalah sejalan dengan kehendak Tuhan.”

Perlu juga kita ingat bahwa St. Ignasius dari Antiokhia adalah penulis Kristen yang untuk pertama kali menyebut Gereja sebagai “Katolik”, atau “universal”. Dimana Yesus Kristus ada, disitu ada gereja Katolik”, katanya. Ia memiliki visi yang spektakuler tentang adanya persatuan kita dengan Kristus. Artinya kita bersatu atau berkonfigurasi dengan Kristus dan hidup di dalam-Nya. Kita juga mendedikasikan diri bagi gereja-Nya, dalam hal ini persekutuan dengan Uskup dan semangat melayani dengan murah hati kepada komunitas dan kepada dunia. Semua yang digambarkan tentang St. Ignasius ini berkaitan langsung dengan kehidupan kita sebagai jemaat di dalam Roh Kudus. Ignasius sendiri dipimpin oleh Roh Kudus maka Ia juga membaktikan Gereja Kristus kepada Roh Kudus dan membiarkan Roh Kudus memimpinnya.

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia mengajak kita untuk bersedia supaya dipimpin oleh Roh Kudus yang dianugerahkan Yesus kepada kita. Artinya kalau kita hidup dan dipimpin oleh Roh maka dengan sendirinya kita tidak akan menjadi orang yang legalis atau tidak hidup di bawah hukum Taurat. Orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat belum dipimpin oleh Roh sehingga hidupnya jauh dari kehendak Tuhan. Mereka akan hidup dan melakukan perbuatan-perbuatan daging yaitu: “Percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.” (Gal 5:19-21). Hal-hal menyangkut kedagingan ini melekat dalam diri manusia. Setiap orang memiliki konkupisensa untuk melakukannya. Dengan demikian kita butuh Roh Kudus untuk menjauhkan dari semua kedagingan kita. Kalau kita hidup dalam kedagingan maka kita tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Surga.

Sesungguhnya hidup dalam Roh akan menghasilkan buah-buah Roh Kudus. St. Paulus menghendaki agar dalam hidup kita sebagai pengikut Kristus, kita memiliki buah Roh yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” (Gal 5:22-23). Apa yang harus kita lakukan supaya benar-benar di pimpin oleh Roh Kudus? St. Paulus berkata: “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.” (Gal 5:24-25).

Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil hari ini mengoreksi kaum Farisi dan para ahli Taurat yang juga sangat legalis tetapi lupa melakukan kasih dan keadilan. Mereka hanya hidup di bawah hukum Taurat dan tidak membuka dirinya dalam Roh Kudus. Tuhan Yesus mengecam mereka dengan kata celakalah bukan berbahagialah sebab mereka legalis dengan membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Mereka juga suka suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Kaum Farisi itu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda sehingga orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya. Tuhan Yesus juga mengecam para ahli Taurat yang legalis sebab mereka meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang lain, tetapi mereka sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun.

Siapakah kaum Farisi dan para ahli Taurat zaman now? Anda dan saya dapat saja masuk kategori ini. Kita tidak dapat menutup mata dengan kelemahan manusiawi kita, ketika lebih banyak menuntut orang lain untuk melakukan kasih dan keadilan, sementara kita sendiri tidak melakukan kasih dan keadilan. Kita tidak mampu mengasihi karena terlalu egois. Kita tidak berlaku adil terhadap sesama sebab mudah mencuci tangan dan memindahkan beban kepada mereka. Mengapa kita bersikap demikian? Karena kita tidak membiarkan diri dipimpin oleh Roh Kudus. Maka pada hari ini kita mencoba lagi, memulai lagi untuk membiarkan diri kita dipimpin oleh Roh Kudus.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply