Food For Thought: Bekas luka sebagai guru kehidupan

Bekas Luka sebagai guru kehidupan

Pada sore hari ini saya memperhatikan seorang pemuda yang lengannya penuh dengan bekas luka bakar, yang dalam proses penyembuhan. Mulanya saya merasa tidak nyaman untuk menanyakannya tentang Lukas bakar yang ada dilengannya itu. Tetapi saya memiliki rasa ingin tahu, merasa kasihan kepadanya dan beranilah saya bertanya kepadanya. Ia tersenyum dan mengatakan kepada saya: “Romo John, dari luka-luka bakar di sekeliling lengan ini saya belajar untuk mengerti bahwa cinta kasih berarti berkorban untuk kebaikan sesama. Tetangga kamu barusan kena musibah kebakaran dan saya berusaha menyelamatkan anak bungsu yang sedang lalap di kamar. Hasilnya adalah anak bungsu itu selamat dengan luka-luka bakar ringan sedangkan saya seperti ini. Namun proses penyembuhannya rasanya sangat cepat. Tuhan sungguh baik denganku.”

Saya merasa bangga dan terharu dengan sikap heroik pemuda ini. Dikalangan rekan-rekannya dia bukan siapa-siapa. Ia selalu dibully rekan-rekan seusianya bahwa dia seorang pemalas, tidak punya masa depan dan lain sebagainya. Tetapi ternyata dia dapat menjadi seorang pahlawan yang berjuang untuk menyelamatkan nyawa sesamanya. Benar, kasih sejati itu penuh pengurbanan. Kasih sejati penuh dengan penyerahan diri. Tetangga memang bukanlah saudara kandung, namun mereka akan bertindak melebihi saudara kandung di saat-saat yang sangat mendesak. Inilah warna-warni kehidupan kita sebagai manusia, makhluk sosial.

David J. Schwartz, adalah seorang motivator kenamaan dari Amerika Serikat. Ia pernah berkata: “Setiap pemenang penuh dengan bekas luka, hidup berarti perjuangan selalu ada rintangan dan saingan, setiap sukses harus diperjuangkan.” Pemenang sejati itu penuh dengan bekas luka, dan dari bekas luka itu orang belajar untuk setia dalam mengasihi. Seorang ibu merasa bahagia ketika melihat bekas jahitan luka di perutnya sambil memandang anaknya yang bertumbuh sehat dan bahagia. Ibu adalah pemenang utama yang memiliki bekas luka di dalam keluarga. Itu juga merupakan perjuangannya. Hal yang sama juga pernah dikatakan oleh Khalil Ghibran seperti ini: “Akhir dari penderitaan menghasilkan jiwa yang kuat; karakter terkuat ditandai oleh bekas luka.” Bekas luka selalu menjadi guru kehidupan kita.

Permenungan ini saya akhir dengan sebuah kutipan dari John Patrick, seorang dramawan berkebangsaan Inggris, yang sangat menginspirasikan saya hari ini: “Kesakitan membuat anda berpikir. Pikiran itu membuat anda menjadi bijaksana. Kebijaksanaan itu dapat membuat anda bertahan dalam hidup.”

Sekarang pandanglah bekas luka di tubuhmu. Pandanglah bekas luka di tanganmu ketika nyaris terpotong karena menyiapkan lauk bagi keluargamu. Lihatlah bekas luka di lututmu ketika anda terjatuh karena hendak menyelamatkan seseorang dari bahaya. Lihatlah bekas lukamu dan biarkanlah dia berbicara kepadamu. Bekas luka adalah sang guru kehidupan yang membuatmu menjadi pribadi yang bijaksana.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply