Homili 25 Februari 2019

Hari Senin, Pekan Biasa ke-VII
Sir. 1:1-10
Mzm. 93:1ab,1c-2,5
Mrk. 9:14-29

Doa mengubah hidup kita

Pada pagi hari ini saya merasa terpesona karena menemukan kata-kata yang sangat menguatkan dari seorang sosok yang saya kagumi selama ini yakni Mahatma Gandhi. Ia pernah berkata begini: “Berdoa bukanlah meminta. Itu adalah keinginan jiwa. itu adalah pengakuan akan kelemahan seseorang. Lebih baik berdoa dengan hati namun tanpa kata kata daripada berdoa dengan kata kata namun tanpa hati.” Banyak orang selalu berpikir bahwa kalau kita berdoa maka perlu kata-kata yang indah dan panjang. Kalau doa itu dibacakan maka perlu nada suara tertentu biar lebih mantab di hadirat Tuhan dan sesama manusia. Ada yang mengerti doa sebagai saat untuk meminta-minta kepada Tuhan dan lupa untuk bersyukur kepada-Nya. Sebenarnya berdoa berarti mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan. Ini berarti hati dan pikiran yang terarah hanya kepada Tuhan dapat mengubah seluruh hidup kita. Kita berdoa karena kita membutuhkan Tuhan supaya Ia mengubah hidup kita menjadi semakin serupa dengan-Nya.

Kita mendengar sebuah kisah Injil yang bagus pada hari ini. Tuhan Yesus dengan ditemani tiga murid inti barusan turun gunung, setelah Ia menampakkan kemuliaan-Nya kepada mereka. Orang-orang yang melihat Yesus dan ketiga murid terpilih itu merasa tercengang-cengang dan bergegas untuk menyambut-Nya. Ada sebuah persoalan yang sedang dihadapi saat itu yakni para murid Yesus tidak mampu menyembuhkan seorang anak yang kerasukan roh dan membisukan. Kuasa roh jahat pad anak itu seperti: “Setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang.” (Mrk 9:18). Sebab itu ketika melihat Yesus, perhatian semua orang diarahkan kepada-Nya. Dialah satu-satunya harapan akan keselamatan bagi anak yang kerasukan itu.

Pada saat yang sama Tuhan Yesus mau menunjukkan kuasa-Nya di hadapan mereka bahwa Dialah satu-satunya keselamatan. Dia melihat betapa lambannya pikiran manusia di hadapan-Nya. Mereka juga masih belum percaya kepada-Nya. Sebab itu Ia meminta supaya anak yang kerasukan itu didekatkan pada-Nya. Sang ayah berani berkata kepada Yesus: “Tolonglah kami dan kasihanilah kami.” (Mrk 9:22). Sang ayah berkata kepada Yesus: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Mrk 9:24). Setelah berdialog sesaat dengan sang ayah dari anak itu maka Tuhan Yesus menyembuhkannya. Hal lain yang Tuhan Yesus lakukan adalah menyadarkan para murid untuk berdoa sebelum mengusir roh jahat. Doa adalah nafas hidup orang beriman. Maka apapun kesulitan dan tantangan, kejahatan akan tetap dilawan dan dihancurkan. Semua ini dapat dilakukan hanya bersama dengan Tuhan dalam doa.

Doa mengubah seluruh hidup kita. Hanya melalui doa maka kuasa apapun di dunia ini tidak akan mampu melawan kuasa Tuhan. Roh jahat ketika berhadapan dengan Yesus, perilakunya benar-benar berubah. Di hadapan manusia ia menunjukkan keperkasaannya dengan membanting, menggoncang, menggulingnya ke tanah hingga mulut berbusa. Namun di hadapan Tuhan Yesus, ia tidak berdaya. Tuhan Yesus menegur roh jahat dengan kerasnya: “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!” (Mrk 9:25). Roh jahat menyerah, dia keluar dan anak itu lepas dari ikatan dengan roh jahat.

Ada tiga hal penting yang membantu kita untuk tekun dalam doa supaya menghindari kuasa roh jahat: Pertama, selalu bersatu dengan Tuhan. Persekutuan dengan Tuhan berarti kita membuka diri kita supaya Tuhan benar-benar tinggal bersama kita. Persekutuan dengan Tuhan adalah kekudusan sesuai dengan rencana Tuhan sendiri. St. Yohanes Paulus II selalu mengatakan kepada kaum muda: “Jangan takut untuk menjadi kudus!” Orang yang mengikuti jalan kekudusan akan jauh dari kejahatan karena ia selalu berdoa dengan tekun. Kedua, peran orang tua dan keluarga sangatlah penting dalam membantu pertumbuhan iman anak-anaknya. Orang tua bertanggung jawab untuk membawa anak-anaknya lebih dekat dan akrab dengan Tuhan. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan teladan yang baik, dalam hal-hal rohani maupun dalam hal-hal jasmani. Ketiga, Kita membutuhkan Tuhan Yesus dalam setiap saat kehidupan kita. Dia adalah Imanuel, selalu menyertai kita dalam semua saat dan peristiwa hidup kita.

Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip Maya Angelou. Sang penyair kulit hitam Amerika itu pernah berkata: “Aku tahu ketika aku berdoa, sesuatu yang hebat terjadi. Tidak hanya kepada orang yang selalu aku doakan, tapi hal itu juga terjadi padaku. Aku bersyukur karena aku didengar.” Sesuatu yang hebat terjadi adalah bahwa doa itu dapat mengubah segala sesuatu di dalam hidup ini.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply