Homili 16 April 2019

Hari Selasa, Pekan Suci
Yes. 49:1-6
Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15,17
Yoh. 13:21-33,36-38;

Sang Pengkhianat dan Penipu!

Kita sering berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini: Apakah anda pernah berkhianat? Bagaimana rasanya saat anda berkhianat dan mendapat label sang pengkhianat? Orang-orang yang bekhianat biasanya merasa puas seketika, bangga, tertawa di atas penderitaan orang lain dan akhirnya menyesal setelah sadar bahwa berkhianat itu tidak baik. Pertanyaan lain: Bagaimana rasanya dikhianati? Tentu saja ada perasaan sedih, tidak nyaman, merasa diri tidak berguna lagi dan aneka perasaan sedih lainnya. Semuanya ini kita sudah alami: berkhianat dan dikhianati. Apakah anda pernah menipu dan ditipu? Semua perasaan pasti sama dengan yang kita alami sebagai penipu dan ditipu.

Berkhianat selalu dikaitkan dengan ketidaksetiaan. Orang yang berkhianat pasti menunjukkan ketidaksetiaan kepada seseorang atau kepada lembaga atau institusi tertentu. Benar sekali perkataan ini: “Pengkhianatan itu ibarat lumut yang tumbuh di sela-sela bebatuan, menyelusup dan tumbuh, lalu secara perlahan, menghancurkan.” Benar-benar sangat berbahaya. Berkhianat itu menghancurkan hidup sesama manusia dan lembaga di mana kita berpijak dan berkarya. Teman dari pengkhianat adalah penipu. Para penipu suka menipu sesamanya.Mereka lupa bahwa yang ditipu adalah sesama manusia.

Dalam pekan suci ini, kata sang penkhianat dan penipu muncul kembali dan menjadi bagian penting permenungan kita. Mari kita membayangkan komunitas Yesus. Setiap hari Yesus bersama para murid-Nya berkeliling dan berbuat baik. Para murid merasakan kasih Yesus dalam kata dan karya. Namun para murid-Nya adalah orang-orang rapuh yang tetap membutuhkan kekuatan dari Tuhan Yesus sendiri. Tidak semua murid Yesus itu bersih. Yudas Iskariot, dialah sang pengkhianat. Dia adalah satu-satunya rasul Yesus yang berasal dari Yudea, dipercayakan sebagai bendahara. Namun sayang sekali karena dia tidak jujur dalam hal keuangan, seolah-olah memperhatikan orang miskin padahal bukan, ia bahkan menjual Yesus sang Guru seharga tiga puluh perak. Ia benar-benar pengkhianat dan penipu!

Tuhan Yesus memiliki rasul-rasul lain yang juga mempunyai banyak kelemahan. Petrus menyangkal Yesus tiga kali, Thomas kurang percaya, Yohanes dan Yakobus memiliki ambisi untuk berkuasa dan para rasul lainnya memiliki kelemahan-kelemahan. Tuhan Yesus menguatkan dan mengubah hidup mereka menjadi baru.

Para rasul Yesus adalah gambaran hidup kita sebagai Gereja masa kini. Ada di antara kita yang menjadi Yudas Iskariot. Hobinya berkhianat sana sini. Orang seperti ini kelihatan sudah hilang perasaan bersalah. Ada yang mirip Petrus. Bedanya, Petrus hanya tiga kali menyangkal Yesus, kita berkali-kali menyangkal Yesus. Kita selalu mengulangi dosa yang sama. Urat malu kita sudah putus atau hilang. Ada yang punya ambisi untuk berkuasa maka ia menggunakan banyak kesempatan untuk berbuat baik dan berbuat jahat. Berbohong itu selalu menjadi sahabat orang yang gila kuasa.

Pada hari ini kita harus bertekad untuk berubah. Jangan lagi menjadi pengkhianat dan penipu! Semoga pekan ini benar-benar menjadi pekan suci kita. Bersama Yesus, kita pasti bisa.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply