Homili 8 Juli 2019

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XIV
Kej. 28:10-22a
Mzm. 91:1-2,3-4,14-15ab
Mat. 9:18-26

Merasakan Penyertaan Tuhan Selamanya

Saya barusan ber-chating ria dengan Eric, seorang sahabat nun jauh di sana. Sudah cukup lama kami tidak saling menyapa maka saya menanyakan tentang keadaan keluarga dan pekerjaannya. Ia mengatakan rasa sukacitanya kepada Tuhan melalui Bunda Maria karena banyak pengalaman yang mendewasakan imannya. Banyak kesulitan, sakit dan penyakit juga sedang dialami istrinya. Sebagai seorang beriman, ia mengaku begini: “Romo, Tuhan Yesus punya rencana yang belum dapat kami pahami, namun saya percaya bahwa Tuhan pasti menyelamatkan. Dalam hal usaha, kami pun belum pulih selayaknya harapan manusiawi kami namun kami tetap merasakan mukjizat setiap hari yang membuat kami tetap bertahan hidup. Satu hal yang pasti adalah kami tidak pernah dipermalukan sebab Tuhan Yesus tidak pernah mengecewakan. Ombak demi ombak dalam badai bahtera rumah tangga kami lalui dan tetap bertahan dalam komitmen pernikahan katholik.” Saya membacanya beberapa kali dan merasa bangga memiliki sahabat yang beriman dan kuat dalam hidupnya. Saya hanya menulis singkat kepadanya pada bagian akhir chating kami: “Maju terus sebab Tuhan menyertaimu.” Ini benar-benar pengalaman iman yang luar biasa. Masing-masing orang pasti mengalami keindahan penyertaan Tuhan dalam situasi apa saja.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk mengalami penyertaan Tuhan yang abadi, selama-lamanya. Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah hidup Yakub. Setelah peristiwa ibunya Rebeka membantunya untuk membohongi ayahnya Ishak untuk mendapatkan berkat kesulungan, maka ia mesti meninggalkan rumahnya karena kuatir dengan Esau saudaranya yang sebenarnya memiliki hak kesulungan. Yakub berangkat meninggalkan Bersyeba dan pergi ke Haran. Karena hari sudah malam maka ia bermalam dalam perjalanannya ini. Ia mengambil batu untuk meletakan kepalanya saat tidur. Pada malam itu juga ia bermimpi sedang melihat tangga yang didirikan di atas bumi dengan ujungnya sampai di langit. Orang selalu menyebutnya Tangga Yakub atau dalam bahasa Ibrani: סולם יעקב, Sulam Yaakov. Ia melihat para malaikat Allah turun dan naik di tangga ini.

Selanjutnya Yakub dalam mimpinya ini melihat Tuhan Allah berdiri di sampingnya. Tuhan Allah menunjukkan penyertaan-Nya kepada Yakub dengan pesan-pesan yang baik kepadanya.Tuhan Allah berkata kepada Yakub: “Akulah Tuhan, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.” (Kej 20:13-15). Tuhan tetap menyertai Yakub dengan berkat-berkat melimpah, seperti tanah dan keturunannya yang berlimpah.

Yakub sadar diri dan merasakan kehadiran Tuhan di tempat di mana ia sedang berpijak. Ia membangun sebuah tugu peringatan akan perjumpaannya dengan Tuhan. Ia pun menamakan tempat itu Betel. Yakub memang merasa takut namun ia percaya kepada Tuhan. Ia pun bernazar begini: “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka Tuhan akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.” (Kej 28: 20-22). Yakub benar-benar menjadikan Tuhan sebagai Allahnya.

Dalam bacaan Injil kita mendengar dua kisah berupa mukjizat yang menjadi tanda penyertaan Tuhan Yesus kepada orang yang hidup dan mati. Dikisahkan bahwa ada seorang kepala rumah ibadat yang meminta Yesus untuk memberi berikat kepada anak perempuannya yang barusan meninggal dunia. Ia berharap bahwa Yesus akan membangkitkannya dari kematian. Yesus bangun dan berjalan menuju ke rumah sang kepala rumah ibadat itu. Dalam perjalanannya Yesus berjumpah dengan seorang wanita yang sudah duabelas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah Yesus. Ia berkata dalam hatinya: “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” (Mat 9:21). Tuhan Yesus melihat betapa kuat iman wanita itu dan menyembuhkannya. Demikian juga anak perempuan yang sudah meninggal dunia itu hidup kembali sebab iman dari ayahnya kepada Yesus.

Iman membantu kita untuk merasakan dan mengalami penyertaan Tuhan. Setiap kali kita merayakan Ekaristi, imam selalu mengajak kita dengan seruan: “Tuhan bersamamu” dan kita selalu menjawab “Dan bersama Roh mu”. Yakub percaya pada kasih dan pengampunan Tuhan maka ia pun menerima berkat yang berlimpah dari Tuhan. Kepala rumah ibadat dan wanita yang selama dua belas tahun sakit merasakan mukjizat kebangkitan orang mati dan kesembuhan dari penyakit yang lama sebagai tanda penyertaan Tuhan kepada orang yang hidup dan mati. Mari kita menyadari dan bersyukur atas penyertaan Tuhan di dalam hidup kita.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply