Food For Thought: Membiarkan diri dicintai Tuhan

Biarkanlah dirimu dicintai Allah

Pada sore hari ini saya membaca kembali buku Seruan Apostolik Paus Fransiskus yakni Gaudete et Exultate. Saya berhenti sejenak dan merenung lebih dalam lagi perkataan Sri Paus berikut ini: “Jangan takut menetapkan pandanganmu lebih tinggi, membiarkan dirimu dicintai dan dibebaskan oleh Allah. Jangan takut membiarkan dirimu dibimbing oleh Roh Kudus. Kekudusan tidaklah menjadikan anda kurang manusiawi, sebab kekudusan merupakan perjumpaan antara kelemahan anda dan daya rahmat Allah.” (GE, 34). Saya lalu bertanya dalam hati apakah saya sudah mencapai tahap seperti ini? Ternyata saya masih dalam perjalanan menuju ke sana. Saya masih berusaha untuk membiarkan diri saya dicintai dan dibebaskan oleh Allah. Saya masih berusaha supaya dibimbing oleh Roh Kudus. Saya menyadari bahwa kekudusan memang merupakan perjumpaan antara kelemahan dan daya rahmat Allah di dalam diri saya.

Saya mengingat kembali sosok Yakub dalam dunia Perjanjian Lama. Ia terlibat ‘penipuan’ untuk mendapatkan berkat kesulungan dari Ishak ayahnya. Di mata manusia menipu itu dosa dan patut dicemooh. Di mata Tuhan ternyata berbeda. Ia memiliki rencana yang luhur yang dapat mempertemukan kelemahan dan daya rahmat Tuhan Allah. Sebab itu mimpinya di Betel tentang tangga yang menghubungkan langit dan bumi merupakan awal yang baik untuk sebuah perjumpaan antara kelemahan dan daya rahmat Allah. Di sinilah Tuhan menunjukkan diri-Nya sebagai kasih yang tiada berkesudahan. Berkatnya mengalir kepada Yakub dan keturunannya. Kita bersyukur karena Tuhan Allah tidak memperhitungkan dosa manusia tetapi melihat iman dan anak-anak-Nya. Iman itulah yang menyelamatkan manusia.

Iman menyelamatkan menjadi nyata dalam mukjizat yang dilakukan Yesus dalam Injil hari ini. Tuhan Yesus menyembuhkan seorang wanita yang sakit pendarahan selama duabelas tahun karena wanita itu mengimani Yesus. Baginya dengan hanya menyentuh ujung jumpai jubahnya saja maka dia sembuh. Iman yang teguh sungguh menyelamatkan. Iman seorang kepala rumah ibadat membangkitkan anak perempuannya yang berusia dua belas tahun yang barusan wafat. Tuhan menyelamatkan melalui orang-orang kesayangan Allah. Boleh dikatakan bahwa Yakub, wanita yang sakit pendarahan dan anak perempuan yang sudah meningga dan dibangkitkan Yesus benar-benar menunjukkan bahwa mereka membiarkan dirinya dicintai Tuhan.

Apakah anda juga membiarkan diri supaya dikasihi Tuhan? Kasih sejati membawa kepada kekudusan. Kekudusan merupakan perjumpaan yang bermakna antara kelemahan manusiawi dengan daya rahmat Allah Yang Maharahim. Bahagia itu sederhana ketika Tuhan hadir dan mengasihi kita apa adanya.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply