Food For Thought: Menderita dan ditolak

Banyak menderita dan ditolak

Ada pertanyaan-pertanyaan umum yang sering kita hadapi di dalam hidup ini: “Apakah anda pernah menderita dan mengalami penolakan di dalam hidupmu? Bagaimana anda memaknainya?” Sambil merenung tentang penderitaan dan pengalaman penolakan, saya selalu mengingat perkataan Khalil Gibran ini: “Akhir dari penderitaan menghasilkan jiwa yang kuat; karakter terkuat ditandai oleh bekas luka.” Kita semua pasti pernah menderita. Setiap kali mengalaminya kita merasa tidak enak dan terluka. Pengalaman pernah menderita dan mengalami penolakan ini memang laksana luka di tubuh kita. Ketika kita memandang luka yang sudah sembuh dan tinggal bekas lukanya saja, kita pasti bersyukur dan merasa kuat karena pengalaman itu telah lewat dalam hidup kita.

Mari kita perhatikan contoh-contoh tertentu dalam keluarga dan lingkungan kita. Misalnya, seorang ibu yang melahirkan bayinya dengan operasi Caesar. Ia memang sangat menderita, namun akan merasa bahagia ketika melihat bayinya lahir dan dalam keadaan sehat. Ia bahkan dapat melupakan penderitaannya. Seorang suami yang mengalami penolakan dari keluarga istrinya karena status sosialnya berbeda. Ia akan berusaha melupakan pengalaman penolakan itu ketika sebagai suami dan istri mereka setia satu sama lain dan tetap berbahagia sebagai pasangan. Seorang anak yang mengalami penolakan di dalam keluarga. Ini memang menyakitkan ketika ayah atau ibu tidak mengakuinya sebagai anak dari darahnya sendiri. Ketika ia dapat mengolahnya dan menjadi berkat maka ia akan Bahagia di sisa hidupnya. Bagi saya, bekas luka akibat penderitaan dan penolakan memang menguatkan kita sepanjang hidup ini.

Apakah kita harus berputus asa dan merasakannya sebagai luka bathin berkepanjangan? Saya kira tidak perlu bersikap seperti itu. Prinsip kita adalah badai pasti berlalu. Tuhan sendiri tidak akan meninggalkan kita ketika menderita dan mengalami penolakan. Apalagi apa yang kita alami sudah lebih dahulu dialami oleh Tuhan Yesus sendiri. Mari kita perhatikan kesaksian santu Lukas berikut ini: “Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.” (Luk 17:25). Dia adalah Anak Allah saja masih menanggung banyak penderitaan dan ditolak. Angkatan ini adalah anda, saya, kita yang merupakan Gereja yang hidup. Segala dosa dan salah yang kita lakukan secara sadar dan tidak sadar dalam pikiran, perkataan dan perbuatan di hadapan Yesus adalah cara kita menambah penderitaan dan penolakan terhadap Yesus.
Yesus mengalami banyak penderitaan dan penolakan dari kita sebagai Gereja. Ketika kita tidak melakukan perbuatan-perbuatan belas kasih kepada orang yang lapar, haus, tidak berpakaian, orang asing, orang sakit, orang yang berada di dalam penjara dan menguburkan orang-orang mati. Yesus mengatakan bahwa kita melakukan perbuatan belas kasih itu untuk Yesus sendiri (Mat 25:40). Pada wajah orang-orang yang menderita kita menemukan wajah Kristus sendiri. Dia telah menderita dan mengalami penolakan dari kita karena dosa-dan salah kita. Pada Yesus kita belajar untuk menderita dan ditolak karena yang ada adalah kemenangan dan kebahagiaan kekal.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply