Selalu memiliki rasa syukur
Saya memulai hari baruku ini dengan mendapat sebuah perkataan yang dibroadcast seorang sahabat, bunyinya: “Mari kita bangun dan bersyukur: walau kita tidak belajar banyak hari ini, setidaknya kita belajar sedikit; jika tidak belajar sedikit, setidaknya kita tak sakit; dan jika ternyata kita sakit, setidaknya kita tak mati. Karena itu marilah bersyukur.” Apakah anda sudah bersyukur karena masih bangun dan menikmati hari yang baru? Pada pagi hari ini saya sendiri bersyukur karena Tuhan memberi hari baru. Sebuah hari yang akan saya gunakan untuk kebaikan banyak orang dalam karya pelayananku. Ini bukan karena kehendakku sendiri melainkan kehendak Tuhan bagiku untuk melayani. Saya merasa yakin bahwa anda juga demikian, yakni menggunakan waktu dan hidupmu bagi orang lain.
Satu hal yang menantang kita pada setiap hari baru adalah, apakah kita bersyukur kepada Tuhan? Ada banyak orang yang tidak atau lupa bersyukur pada setiap hari baru sebab mereka merasa bahwa semuanya itu mekanik saja. Artinya setiap hari pasti ada hari baru maka untuk apa disyukuri? Ada yang bahkan berpikir bahwa tidak ada hari baru, karena yang ada hanyalah pengulangan hari sebelumnya. Nama hari boleh berbeda tetapi hidup kita sama saja. Kalau kita mendengar perkataan-perkataan ini maka nyatalah bagi kita betapa banyak orang yang pesimis bagi dirinya dan juga bagi Tuhan yang menciptakan segala sesuatu.
Penulis Kitab Kebijaksanaan membuka pikiran kita untuk bersyukur kepada Tuhan Allah kita yang tidak kelihatan. Ada di antara kita yang mengaku beriman tetapi sesungguhnya mereka tidak mengenal Allah di dalam hidupnya. Banyak orang yang tidak bersyukur kepada sang Pencipta karena mereka tidak mengenal-Nya. Ini merupakan tantangan besar bagi manusia modern di hadapan sang Pencipta. Lebih jelas ini perkataan keras yang kita temukan dalam Kitab Kebijaksanaan hari ini: “Sungguh tolol karena kodratnya semua orang yang tidak mengenal Allah sama sekali; dan mereka tidak mampu mengenal Dia yang ada dari barang-barang yang kelihatan, dan walaupun berhadapan dengan pekerjaan-Nya mereka tidak mengenal Senimannya. Sebaliknya, mereka mengganggap sebagai allah yang menguasai jagat raya ialah api atau angin ataupun udara kencang, lagipula lingkaran bintang-bintang atau air yang bergelora ataupun penerang-penerang yang ada di langit.” (Keb 13:1-2). Lebih lanjut kita membaca: “Jika mereka mampu mengetahui sebanyak itu, sehingga dapat menyelidiki jagat raya, mengapa gerangan mereka tidak terlebih dahulu menemukan Penguasa kesemuanya itu?” (Keb 13:9).
Perkataan-perkataan dari Kitab kebijaksanaan hari ini menelanjangi hidup kita yang tidak mengenal kasih Allah, tidak tahu bersyukur kepada-Nya tetapi hanya mamu meminta dan menikmati. Lihatlah betapa rapuhnya hidup kita di hadirat Tuhan, pencipta kita. Mari kita bertobat dan memiliki rasa syukur. Bersyukurlah senantiasa kepada Tuhan Allah kita.
PJ-SDB