Food for Thought: Mencintai dan Dicintai

Mencintai dan dicintai

Salah satu acara pentingku hari ini adalah membaptis seorang anak perempuan bernama Chefania Lila Lopes. Upacara pembaptisan berlangsung sederhana di dalam gereja Paroki Maria Auxiladora Comoro, Dili. Chefania di dampingi orang tua dan kerabat, kelihatan bahagia untuk menerima sakramen Pembaptisan. Ada sesuatu yang tersembunyi namun nyata dalam keluarga ini yakni kata cinta. Ada kata cinta antara orang tua kepada anak dan anak kepada orang tua. Ada kata cinta antara Helena ibunya Chefania dan Sandra temannya Helena. Cinta di dalam keluarga antara orang tua dan anak, cinta antara teman dan teman, cinta antara Tuhan dan manusia. Secara singkat peristiwa hari ini benar-benar merupakan ungkapan cinta kasih antara manusia dengan Tuhan dan antara Tuhan dan manusia.

Sakramen pembaptisan merupkan pintu masuk bagi kita untuk mengenal Kristus lebih mendalam lagi. Katekusmus Gereja Katolik mengajarkan bahwa air melambangkan permbersihan dan kehidupan baru. Air ini akan dituangkan tiga kali di kepala calon baptis, menyebut namanya sambil berkata: “Aku membaptis engkau dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Biasanya tidak perlu menyebut ‘amin’ namun umat selalu keliru dan terbiasa menjawab dengan mengucapkan kata amin. Amin berarti saya percaya. Dari sakramen pembaptisan ini, kita semua mulai mengalami cinta kasih Tuhan dan kita pun membalasnya dengan cinta Kasih. Sungguh Allah adalah Kasih dan dengan menerima kasih berarti kita mengalami kasih Allah sendiri. Ini juga menjadi buah pikiran saya tentang Chefania. Ia menerima kasih dan hidup dari kasih Tuhan dan untuk Tuhan. Saya teringat pada sebuah perkataan Yesus di dalam Injil: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Yoh 3:5). Chefania lahir dari air dan Roh. Roh Tuhan membaharuinya dan membaharui keluiarganya.

Saya mengakhiri dengan mengutip perkataan Paus Emeritus, Benediktus ke-XVI. Ia mengatakan: “Anugerah baptisan yang diterima oleh bayi yang lahir, harus diterima dengan bebas dan bertanggung jawab setelah mencapai dewasa nanti. Proses pertumbuhan harus menyiapkan mereka untuk menerima sakramen penguatan yang secara pasti menguatkan baptisan dan membantu mereka menerima meterai Roh Kudus”.

Apakah anda masih mengingat saat menerima sakramen pembaptisan? Air pembaptisan memiliki daya mengubah hidup kita menjadi lebih murni dan suci, lebih baik lagi sebagai manusia. Semoga lilin, minyak, dan air menjadi tanda yang menerangi, menguduskan dan menyucikan. Hanya dengan demikian mencintai dan dicintai menjadi nyata. Paulo Coelho mengatakan: “Mencintai dan dicintai itulah yang utama dalam hidup ini. Selebihnya hanyalah pelengkap saja.”

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply