Food For Thought: Janganlah bertegar hati

Janganlah bertegar hati!

Pada pagi hari ini saya duduk sambil membaca Kitab Mazmur. Saya menemukan satu ayat yang sangat menyentuh hati, bunyinya adalah: “Hari ini, janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah suara Tuhan” (Mzm 95:8ab). Ada tiga hal yang membantu saya untuk merenung lebih dalam lagi, yakni:

Pertama, perkataan jangan bertegar hati. Tuhan menyadarkan saya bahwa saya juga bertegar hati di hadirat-Nya. Saya merasa yakin bahwa bukan hanya saya, tetapi kita semua pasti sudah mengalami sendiri yang namanya bertegar hati atau memiliki hati yang keras. Ada kalanya orang memahami ekspresi bertegar hati ini mirip dengan berkeras kepala, ‘berkepala batu’, tidak mudah untuk mematuhi perintah mereka yang memiliki hak untuk memerintah. Banyak orang masih bertegar hati kepada Tuhan seperti bangsa Israel di padang gurun. Bertegar hati adalah bagian dari hidup manusiawi kita. Kita membaca dalam surat kepada umat Ibrani: “Kalau pada hari ini kamu mendengar suara Allah, janganlah kamu berkeras kepala, seperti leluhurmu, ketika mereka memberontak terhadap Allah.” (Ibr 3:15).

Kedua, Perkataan dengarkanlah suara Tuhan. Tuhan menciptakan kita sebagai manusia normal yang memiliki dua telinga dan satu mulut. Ini berarti kita harus banyak mendengar dan sedikit berbicara. Saya sendiri merasa bahwa banyak kali mulut saya dua sedangkan telinga saya satu. Namun pada pagi hari ini saya diingatkan lagi bahwa kalau saya mendengar dengan baik maka saya dapat menjadi orang yang patuh atau taat. Kalau saya menjadi orang yang patuh maka saya mampu mengasihi. Maka di sini ada tiga kata penting dalam Bahasa Inggris: EAR, hEAR, hEARt artinya mereka yang bertelinga untuk mendengar pasti dapat mengasihi. Banyak kali orang cenderung berbicara banyak meskipun isinya terbatas dan sedikit mendengar atau bahkan tidak mendengar.

Ketiga, kapan? Banyak kali kita suka menunda-nunda pekerjaan kita. Namun berkaitan dengan larangan supaya jangan bertegar hati tetapi mendengar suara Tuhan, adalah hal yang urgent di hadirat Tuhan. Maka waktunya adalah hari ini bukan besok atau lusa. Pengalaman bermetanoia sering mengalami penundaan sebab ada kecenderungan untuk menunda sehingga masih ada kemungkinan menikmati dosa yang sama.

Tuhan bernubuat melalui nabi Yehezkiel begini: “Akan tetapi kaum Israel tidak mau mendengarkan engkau, sebab mereka tidak mau mendengarkan Aku, karena seluruh kaum Israel berkepala batu dan bertegar hati.” (Yeh 3:7). Pada hari ini kita coba berbenah diri untuk menjadi lebih baik lagi. Gunakanlah waktu sebentar untuk mendengar suara Tuhan dan biarkanlah dia memberikan hati yang baru, bukan hati yang tegar. Tuhan sendiri menjanjikannya melalui nabi Yehezkiel: “Aku akan memberimu sebuah hati yang baru, dan roh yang baru akan Aku taruh di dalammu; dan Aku akan membuang hati yang keras dari tubuhmu dan memberimu hati yang lembut.” (Yeh 36:26). Tuhan tidak pernah ingkar janji!

Saya mengakhiri permenungan pagi ini dengan mengutip perkataan Khalil Gibran berikut ini: “Cinta membuat jalan keras menjadi lunak dan membalikkan kegelapan menjadi cahaya, serta kehormatan yang berada di hadapan jiwa menggalakkannya dari gairah dan keinginannya. Cinta diberikan Tuhan dalam hati. Kehormatan dicurahkan oleh hukum-hukum manusia menuju pikiran.”

Pada hari ini kita membaca baik-baik perkataan Tuhan ini: “Hari ini, janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah suara Tuhan” (Mzm 95:8ab).

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply