Jangan mengotori Gereja!
Sebelum berpisah dengan hari ini, saya coba mengingat-ingat kembali sikap Tuhan Yesus hari ini di dalam Bait Allah di Yerusalem. Penginjil Lukas mengisahkan begini: “Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Luk 19:45-46). Bait Allah adalah tempat untuk berdoa bagi orang-orang Yahudi. Mereka berkumpul bersama sebagai saudara, mendengar Sabda dan menaikan pujian dan syukur dengan menyanyikan Mazmur dan Kidung Pujian kepada Yahwe. Sayang sekali karena orang menggandakan manfaat bait Allah yakni bukan hanya sebagai tempat berdoa tetapi juga tempat untuk berbisnis. Mereka Tanpa malu-malu berdagang di dalam bait Allah, padahal Bait Allah adalah shekinah atau tempat Tuhan Allah bersemayam.
Tuhan Yesus menunjukkan kuasa ilahi-Nya sebagai Anak Allah untuk mengusir semua pedagang yang menjadikan rumah doa sebagai sarang penyamun. Tempat kudus menjadi sarang pendosa. Hal ini terjadi pada masa hidup Yesus. Sekarang marilah kita membayangkan Gereja dan Kapela sebagai rumah ibadah kita saat ini. Suasananya tidak jauh berbeda. Orang masih lupa bahwa Gereja dan Kapel adalah tempat untuk berdoa, tempat untuk bersatu sebagai saudara.
Apa yang terjadi saat ini di dalam Gereja sebagai rumah Tuhan?
Pertama, Gereja sebagai tempat untuk berdoa. Setiap orang katolik datang dan berdoa secara khusuk di depan Sakramen Mahakudus, patung-patung di dalam Gereja dan mengikuti perayaan sakramen-sakramen terutama sakramen Ekaristi. Dari situ setiap peribadi merasa bersatu dengan Tuhan dan bersatu sebagai saudara seiman bersama gembalanya.
Kedua, Namun kelemahan manusiawi tetap menyatu dengan umat Allah. Ada hal-hal tertentu yang terjadi di dalam gereja pada saat Ekaristi atau ibadah berlangsung. Misalnya, orang tidak merasa malu untuk bermain gadget atau handphone selama misa kudus berlangsung. Mengapa tidak sign out untuk satu setengah jam misa kudus? Orang tidak merasa bersalah ketika berpikir atau berbicara tentang orang lain di dalam Gereja. Ini mungkin menjadi saat membenarkan diri sebagai orang yang lebih baik dari orang lain. Orang dapat mencuri uang kolekte di kotak kolekte. Ada umat yang belum membedakan mana pakaian untuk ke Gereja dan mana pakaian olahraga. Kita orang katolik harus merasa malu menyaksikan saudari dan saudara dari Gereja lain yang begitu rapi pergi ke Gereja untuk berjumpa dengan Tuhan. Atau tema-teman Muslim yang begitu rapi ke Mesjid.
Ketiga, Kita tidak dapat menutup mata terhadap kasus-kasus memalukan di dalam Gereja kita. Para gembala, biarawan dan biarawati yang melakukan korupsi keuangan gereja untuk kepentingan pribadinya, para karyawan di gereja, sekretariat atau kantor paroki yang korupsi atau melakukan pemungutan liar di dalam Gereja. Persekutuan doa tertentu heboh karena pinjam meminjam uang, utang piutang yang menghancurkan sesama lain. Ini seperti duri di dalam daging!
Keempat, Paus Fransiskus mengatakan bahwa mengubah gereja menjadi bisnis itu adalah skandal. Orang mudah tergiur untuk untuk berbisnis di dalam Gereja. Para pastor memasang tarif pelayanan. Paus Fransiskus mengutuk para pastor dan orang awam yang mengubah paroki mereka jadi “bisnis” dengan memungut bayaran untuk hal-hal seperti pembaptisan, berkat dan intensi misa. Dia menyebutnya skandal yang sulit dimaafkan. Banyak orang miskin sulit mendapat pelayanan karena duit yang berkuasa. Sungguh menyedihkan gereja seperti ini. Artinya hal-hal administratif boleh ada biaya tertentu tetapi jangan menghalangi orang miskin untuk mengalami rahmat Tuhan. Di tempat lain Paus Fransiskus mengatakan: “Adalah menyakitkan, ketika kita melihat para pastor yang menghasilkan uang dari (menjual) rahmat Tuhan, (dengan mengatakan), ‘Saya dapat membantu Anda, tetapi akan membutuhkan biaya seperti ini’. Keselamatan tidak dapat dibeli, karena Tuhan menyelamatkan kita secara cuma-cuma dan tidak memerlukan bayaran. Sadarilah bahwa Tuhan penuh berkah untuk kita. Dia hanya meminta satu hal: agar hati kita terbuka.”
Kalau saja Tuhan Yesus hidup di antara kita saat ini maka berapa kali Ia harus menyucikan gereja-gereja kita dari borok-borok seperti ini. Seharusnya kita merasa malu ketika Gereja melupakan kepeduliaannya terhadap kaum papa dan miskin. Semangat option for the poor haruslah menjadi cita-cita dan Harapan, sebab inilah pekerjaann Yesus yang harus kita realisasikan di dalam hidup ini sebagai Gereja.
Tuhan memberkati kita semua.
PJ-SDB