Homili Hari Keenam Oktaf Natal 30 Desember 2019

Hari Senin Oktaf Natal
1Yoh. 2:12-17
Mzm. 96:7-8a,8b-9,10
Luk. 2:36-40

Bertambah besar dan kuat!

Saya barusan mengunjungi sebuah keluarga muda yang memiliki seorang anak balita. Saya membaptisnya dua tahun yang lalu. Ketika tiba di rumah, ia memanggilku uncle Romo, sesuai ajaran kedua orang tuanya. Saya sendiri merasa happy saja ketika dipanggil uncle Romo. Tanpa sadar kedua orang tuanya pun memanggil saya uncle Romo. Sambil duduk dan bercerita bersama, mereka merasa bahagia karena Tuhan sudah memberikan hadia terbaik, seorang putera yang sekarang mulai lancar dalam berkomunikasi dengan semua orang. Banyak orang menilai anak ini lebih cepat berbicara dan berpikir dibandingkan teman-teman sebayanya yang masih belajar untuk berbicara dan berpikir. Saya mengatakan kepada kedua orang tuanya untuk bersyukur sambil membiarkannya bertumbuh menjadi dewasa di dalam keluarga.

Setiap keluarga memiliki pengalaman-pengalaman tertentu terutama bagaimana membangun relasi yang baik antara orang tua dengan anak-anak. Para orang tua pasti berusaha untuk menunjukkan kebanggaan terhadap anak-anaknya sendiri. Ketika mereka bertumbuh sebagai anak yang sehat dan baik, juga memiliki keunggulan tertentu dalam hidupnya maka kata-kata yang keluar dari mulut orang tua adalah adalah apresiasi dan pujian tertentu kepada mereka. Hal ini memang dibutuhkan supaya anak-anak memiliki karakter yang baik. Mereka harus bertambah besar secara fisik dan kuat secara mental di dalam hidup pribadi mereka.

Pada hari ini kita mendengar kisah Tuhan Yesus dipersembahkan di dalam Bait Allah. Maria dan Yusuf menunjukkan jati diri sekaligus tanggung jawab mereka sebagai orang tua yang beriman kepada Tuhan Alla. Sebab itu mereka mengantar Yesus, anak mereka ke Yerusalem untuk dipersembahkan di dalam Bait Allah. Ada perjumpaan yang menakjubkan oleh keluarga kudus dengan nabi Hana, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia menanti dengan penuh kerinduan akan kedatangan Yesus sang Mesias. Penantiannya ini diisi dengan berpuasa dan berdoa. Sebab itu kedatangan sang bayi Yesus memang sangat menyukakakn hatinya. Ia memuliakan Tuhan Allah sebab semua yang dibicarakan para nabi menjadi kenyataan yang dapat dilihat dengan matanya sendiri. Yesuslah yang bagi Hana akan membawa kelepasan bagi bangsa Israel. Maria dan Yusuf menunjukkan tugas dan tanggung jawab mereka dengan membawanya kembali ke rumah mereka di Nazaret untuk dibesarkan. Penginjil Lukas bersaksi: “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” (Luk 2:40). Yesus sungguh-sungguh bertumbuh menjadi sungguh manusia dan sungguh Allah.

Dari keluarga kudus ini kita belajar bagaimana Maria dan Yusuf tidak kenal lelah dalam membesarkan, mendidik dan mengantar Yesus kepada iman. Para orang tua dapat menjadi serupa dengan Maria dan Yusuf untuk membawa anak-anak mereka menjadi semakin dekat dengan Tuhan. Mereka bertumbuh dalam iman, harapan dan kasih kepada Tuhan. Persekutuan dengan Tuhan ini menjadi sebuah kekuatan rohani bagi anak-anak di dalam keluarga. Anak-anak semakin bertambah besar, menjadi kuat, penuh hikmat dan penuh kasih karunia Tuhan.

Bagaimana mewujudkannya?

Yohanes dalam bacaan pertama mencoba untuk membentuk keluarga yang benar-benar katolik. Yohanes menulis suratnya kepada anak-anak sebab dosa mereka diampuni Tuhan karena nama Yesus dan bahwa mereka juga mengenal Bapa. Yohanes menulis surat kepada bapa-bapa sebab mereka telah mengenal Tuhan yang ada dari mulanya. Yohanes menulis kepada kaum muda sebab mereka berani mengalahkan yang jahat, mereka juga kuat dan Firman Tuhan ada di dalam diri mereka.

Santu Yohanes juga mengingat komunitasnya supaya jangan terjebak sehingga mereka mengasihi dunia lebih dari yang lain. Masih banyak orang yang mengasihi dunia dan ini ciri khasnya: “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1Yoh 2:16-17). Keinginan dunia masih menguasai dunia. Keinginan dunia membuat banyak orang semakin jauh dari Tuhan.

Tugas kita pada hari ini adalah membahwa semua orang kepada Tuhan Yesus. Kita berani bersaksi tentang iman kita yang mampu mengasihi semua orang tanpa syarat. Kesaksian hidup kita dapat mengantar orang untuk berambah besar dan menjadi kuat dalam iman, harapan dan kasih kepada Kristus. Para orang tua mendapat porsi untuk mendidik anak-anak kepada iman akan Tuhan Yesus Kristus.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply