Homili 10 Maret 2020

Hari Selasa, Pekan Prapaskah ke-II
Yes. 1:10,16-20
Mzm. 50:8-9,16bc-17,21,23
Mat. 23:1-12

Belajarlah berbuat baik

Adalah Sidney Smith (1771-1800). Beliau adalah seorang penyair berkebangsaan Inggris. Ia pernah berkata: “Kita tidak tahu apa-apa tentang hari esok, urusan kita adalah berbuat baik dan berbahagia pada hari ini.” Perkataan Smith ini memang sederhana namun memiliki pesan yang luar biasa bagi kita semua. Bagi kebanyakan orang, hari ini adalah sebuah anugerah yang patut kita syukuri sedangkan hari esok masih merupakan sebuah misteri. Orang belum tahu apa yang akan terjadi di hari esok. Semuanya masih misteri dan berada dalam rencana Tuhan Allah. Namun demikian, kita tidak dapat mengabaikan hari esok yang dianggap misteri ini. Hal terbaik yang harus kita lakukan mulai saat ini adalah selalu berbuat baik dan berbahagia. Kiranya pemikiran ini sejalan dengan perkataan St. Theresia dari Kalkuta ini: “Hal yang baik yang anda lakukan hari ini mungkin saja akan dilupakan besok. Sekalipun begitu berbuat baiklah apapun yang terjadi.”

Masa retreat agung atau prapaskah merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik dengan melakukan karya-karya amal kasih kepada sesama. Karya-karya amal kasih yang kita lakukan juga menjadi tanda nyata kasih dan kemurahan Tuhan dalam diri kita bagi sesama. Katekismus Gereja Katolik (KGK 2447) membuat pembagian yang jelas tentang karya belas kasih jasmani dan karya belas kasih rohani. Pertama, ada tujuh karya belas kasih jasmani yakni memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minuman kepada orang yang haus, memberi perlindungan kepada orang kepada orang asing, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, melawat orang sakit, mengunjungi orang yang dipenjara, menguburkan orang mati. Kedua, ada tujuh karya belas kasih rohani yakni menasihati orang yang ragu-ragu, mengajar orang yang belum tahu, menegur pendosa, menghibur orang yang menderita, mengampuni orang yang menyakiti, menerima dengan sabar orang yang menyusahkan, berdoa untuk orang yang hidup dan mati. Selama masa prapaskah ini, kita sebagai orang katolik perlu dan harus melakukan karya-karya belas kasih jasmani dan rohani ini. Bagi saya, keempat belas point ini juga menjadi puasa bagi kita. Berpuasa berarti melakukan kebaikan dan mematikan dosa di dalam hidup kita.

Pada hari ini kita mendapat kekuatan dari Tuhan Allah melalui nabi Yesaya. Ketika itu Tuhan bernubuat kepada para pemimpin juga semua orang Sodom dan Gomora. Ia meminta mereka semua untuk memperhatikan pengajaran Allah bagi mereka. Inilah pengajaran Allah yang dimaksud nabi Yesaya: “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!” (Yes 1:16-17). Perkataan Tuhan melalui nabi Yesaya ini kiranya cocok dengan kehidupan kita setiap hari. Kita butuh pengudusan diri di hadirat Tuhan yang Mahakudus dengan menjauhkan segala bentuk kejahatan yang dapat dilakukan kapan dan di mana saja kita berada. Tuhan lebih menghendaki kita untuk berhenti berbuat jahat dan menggantinya dengan belajar untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Hal lain yang patut kita lakukan adalah berlaku adil dan memperjuangkan nasib orang-orang kecil.

Orang-orang Sodom dan Gomora dikenal sebagai orang-orang berdosa. Dosa-dosa mereka merah seperti kirmizi dan kain kesumba. Namun bagi Tuhan, kalau mereka dapat bertobat dari dosa-dosa mereka maka mereka akan memperoleh kebahagiaan. Dosa mereka yang merah seperti kirmizi akan berubah menjadi putih seperti salju, dan kalau merah seperti kain kesumba akan menjadi putih seperti bulu domba. Orang-orang Sodom dan Gomora adalah kita semua saat ini yang masih memiliki concupiscence atau kecenderungan untuk berbuat dosa. Kita butuh pertobatan yang radikal dari kebiasaan berbuat dosa dan salah yang sama, yang warnanya seperti kirmizi dan kain kesumba. Kita seharusnya berubah menjadi putih seperti salju dan buluh domba. Artinya yang seharusnya kita cari di dalam hidup kita adalah kekudusan.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini meminta kita untuk focus dalam hidup kita. Kita focus untuk memberikan keteladanan yang baik kepada sesama manusia. Banyak kali orang boleh berteori tentang banyak hal yang baik namun ia sendiri tidak dapat melakukannya secara nyata. Dicontohkan denga para Ahli Taurat dan kaum Farisi yang sudah menduduki kursi Musa. Mereka berpikir bahwa diri mereka seperti Musa. Musa adalah sahabat Tuhan Allah. Ia memperjuangkan kasih dan kebaikan bagi bangsanya. Dia tidak bersikap legalis tetapi yang dia junjung tinggi adalah kasih dan kebaikan Tuhan Allah. Maka kepada para murid-Nya Yesus mengingatkan mereka untuk mendengar dan melakukan pengajaran para Ahli Taurat tetapi jangan menuruti perbuatan mereka. Para ahli Taurat dan kaum Farisi hanya dapat mengajarkan tetapi tidak dapat melakukannya. Mereka juga selalu memandang rendah orang-orang lain dan tidak berlaku adil terhadap sesama manusia.

Hal-hal lain yang dilakukan oleh para Ahli Taurat dan kaum Farisi adalah bersikap munafik dan superfisial. Hal ini mereka lakukan dalam karya dan doa. Dalam hal berpakaian, mencari tempat terhormat, dan senang di panggil Rabi, Bapa dan pemimpin. Yesus mengoreksi para murid-Nya dengan pesan ini: “Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.” (Mat 23:8-10). Bagi Yesus, hal terpenting adalah kita harus memiliki kebajikan kerendahan hati. Dia sendiri lemah lembut dan rendah hati. Maka harapan-Nya bagi kita terungkap dalam perkataan ini: Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Mat 23:11-12).

Pada hari ini mari kita belajar untuk berbuat baik. Perbuatan baik itu akan menolong kita untuk bertumbuh sebagai manusia yang matang. Perbuatan baik itu mencerminkan bahwa kita adalah orang beriman sebab perbuatan baik itu berasal dari Tuhan. Dialah yang lebih dahulu berbuat baik kepada kita. Pesan Tuhan ini sangat berti bagi kita: “Belajarlah berbuat baik dan usahakanlah keadilan”. Mari kita amalkan Pancasila, kita adil, bangsa sejahtera!

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply