Homili 25 April 2020 – Pesta St. Markus

Pesta Santu Markus, Penginjil
1Ptr. 5:5b-14
Mzm. 89:2-3,6-7,16-17
Mrk. 16:15-20

Tuhan turut bekerja

Pada hari ini kita merayakan Pesta St. Markus, Penginjil. Siapakah beliau dan apa peranannya bagi Gereja Katolik? Markus sering disapa Yohanes Markus. Ia adalah keponakan Barnabas. Ia ditobatkan dan dipermandikan oleh Petrus sehingga menjadi activis Gereja perdana. Ibunya juga aktif sehingga kadang-kadang rumahnya dipakai untuk keperluan komunitas Gereja perdana. Selanjutnya, Markus menemani Paulus dan Barnabas dalam beberapa perjalanan misioner. Perjalanan misioner pertama adalah ke Antiokia (Kis 12:25), kemudian ke Siprus (Kis 13:4-5). Karena beberapa alasan, Markus kembali ke Yerusalem (Kis 13:13). Ketika hendak melakukan perjalanan kedua, Barnabas mendesak Paulus agar Markus pun ikut serta, namun Paulus menolak saran Barnabas sehingga terjadilah perpecahan di antara keduanya. Paulus selanjutnya pergi ke Asia kecil ditemani oleh Silas sedangkan Barnabas bersama Markus pergi ke Siprus (Kis 15:36-41). Paulus sempat memohon kepada Timotius (2Tim 4:11) agar Markus mengunjunginya di penjara. Di sini dapatlah kita pahami bahwa Paulus sangat membutuhkan Markus.

Dalam suratnya yang pertama, Petrus mengirimkan salam dari Roma, dari “anakku, Markus” (1Ptr 5:13). Hal ini diperkuat oleh tradisi purba dan Injil Markus yang memberikan kepastian bahwa Markus juga merupakan rekan Petrus. Benar, Markus menjadi pembantu Petrus di Roma. Ia menjadi juru bicara Petrus. Tentang hal ini dikatakan bahwa Markus dengan teliti mencatat segala sesuatu yang diingatnya tentang ucapan-ucapan Petrus kepada orang banyak. Ia lalu dikenal sebagai penulis Injil yang tertua, dan singkat. Kemungkinan ia menulisnya di Roma sebelum tahun 60. Dia menulis Injilnya dalam bahasa Yunani yang diperuntukan bagi orang-orang Kristen non-Yahudi. Ada tradisi yang mengatakan bahwa Santo Markus diminta oleh orang-orang Romawi untuk menuliskan ajaran-ajaran Santo Petrus. Ia menulis Injilnya dengan melukiskan hidup Yesus melalui pandang mata Santo Petrus, sang pemimpin para rasul.

Selain sebagai penulis Injil, Markus dikenang sebagai pendiri Gereja di Alexandria, Mesir. Ia sempat menjadi uskup dan nantinya menjadi martir di jalanan kota tersebut. Jenazahnya kemudian dibawa ke Venesia dan relikiunya disimpan di Basilika Santo Markus. Penginjil Markus dilambangkan dengan seekor singa yang bersayap. Lambang ini dikaitkan dengan Santo Yohanes Pembaptis sebagai suara yang berseru-seru di padang gurun, sebagaimana ditulisnya pada awal Injil karangannya. Perkataan Yohanes Pembaptis berkaitan dengan nubuat nabi Yesaya yang dikutipnya pada awal Injilnya, “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah. Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: `Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.’” Nah, “Suara orang yang berseru-seru di padang gurun” mengingatkan kita pada auman singa, dan roh nubuat yang turun ke bumi mengingatkan orang akan “pesan bersayap.” Singa juga melambangkan jabatan rajawi, suatu simbol yang tepat bagi Putra Allah.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini berisi motivasi Tuhan bagi Gereja supaya menyadari dirinya sebagai Gereja misioner sebagaimana pernah dijalani oleh Markus. Sebuah Gereja misioner itu tidak berjalan sendiri, tetapi berjalan bersama Tuhan. Artinya Tuhan turut bekerja dalam Gereja untuk mewujudnyatakan misi Tuhan sendiri. Dikisahkan dalam bacaan Injil bahwa Tuhan Yesus yang bangkit mulia menampakkan diri-Nya kepada kesebelas murid dan memberi komando kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (Mrk 16:15). Komando ini sifatnya imperatif kategoris bagi para murid-Nya. Sama seperti Yesus yang berkeliling dan berbuat baik, demikian oernah dialami sendiri oleh Markus sebagai rekan Paulus dan Barnabas, kini Gereja yang menampakkan wajah para rasul sebagai dasar Gereja bertugas untuk pergi, keluar dari dirinya sendiri, dari tembok dan pintu yang tertutup untuk mewartakan Injil. Injil yang mereka terima dari Yesus harus diwartakan kepada segala makhluk sehingga ada sukacita di dalam hidup mereka.

Proses yang harus dilewati untuk mencapai buah-buah pewartaan Injil adalah: Pertama, supaya setiap orang yang percaya dan dibaptis dapat memperoleh keselamatan sedangkan yang tidak percaya akan dihukum. Kedua, tanda-tanda penting orang percaya adalah mereka mengusir setan alam nama Yesus, berbicara dengan bahasa-bahasa baru, memegang ular, tidak celaka Ketika meminum racun, memberkati dan menyembuhkan orang sakit. Semua hal ini dikatakan Yesus sebelum Ia naik ke surga, dan semua yang dikatakan Yesus dilakukan oleh para murid-Nya sampai tuntas. Gereja sampai saat ini menjalani tugas misioner yang sama untuk mewartakan Injil. Mengapa Gereja tetap kuat dan berhasil dalam misinya? Markus memberi alasan: “Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.” Para rasul tidak sendirian, Tuhan tetap menyertai mereka hingga akhir zaman.

Apa yang harus kita lakukan dalam mewartakan Injil?

Pertama, merasakan penyertaan Tuhan. Kita adalah Gereja misionaris. Kita tidak melakukan tugas kita saja, tetapi tugas yang kita jalani adalah pekerjaan Tuhan di dalam Gereja. Sebab itu kita harus mengandalkan Tuhan bukan mengandalkan diri kita. Dengan demikian nama Tuhan juga dimuliakan bukan nama kita. Tantangan kehidupan misioner adalah popularitas diri sang misionaris sedangkan Tuhan dikesampingkan. Kita misionaris, pekerja sedang yang empunya karya misioner adalah Tuhan.

Kedua, kerendahan hati dalam mewartakan Injil. St. Petrus menasihati: “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.”(1Ptr 5:6) Misionaris yang sombong dalam mewartakan Injil memetik kegagalan. Misionaris dikenal bukan karena kesombongannya tetapi kerendahan hati dalam melayani.

Ketiga, Berpasrah pada kehendak Tuhan. St. Petrus menasihati: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1Ptr 5:7). Ada banyak misionaris yang gagal karena terlalu kuatir akan tanah misi dan kesulitannya. Mereka lupa bahwa Tuhan ‘memelihara’ mereka.

Keempat, Melawan iblis. Seorang misionaris akan mengalami godaan-godaan iblis kapan dan di mana saja. Di saat seperti ini perlu melawan iblis dengan iman, bukan takluk pada iblis (1Ptr 5:8-9). Mengapa melawan iblis dengan iman? Petrus mengatakan: “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin.” (1Ptr 5:10-11).

Dari Markus kita belajar tentang kehadiran Tuhan yang turut bekerja dalam hidup dan karya kita. Mari kita memohon supaya Tuhan menyertai kita dalam tugas dan karya kita. Di saat yang sulit untuk berhadapan dengan covid-19, kita mengandalkan Tuhan supaya dapat menolong sesama yang lain. Salam dari Markus dan ciuman kudus (1Ptr 5: 13-14).

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply