Homili 30 April 2020

Hari Kamis, Pekan III, Paskah
Kis. 8:26-40
Mzm. 66:8-9,16-17,20
Yoh. 6:44-51

Selamanya bersama sang Roti Hidup

Seorang sahabat menceritakan pengalaman uniknya dalam masa ‘di rumah saja’ akibat covid-19. Ia menggunakan waktunya untuk berdoa dan beramal. Ia mendoakan semua orang yang menderita akibat covid-19 dan semakin hari ia mendoakan mereka, ia merasa begitu menyatu dengan orang-orang yang menderita akibat covid-19. Ia mengikuti gerakan amal untuk para korban covid-19. Ia merasa memberi dari kekurangan tetapi dapat membantu orang-orang yang sangat membutuhkan saat ini. Doa dan amal kasih membuatnya begitu rindu untuk bertemu dengan Yesus dalam Ekaristi. Sayang sekali karena untuk memutuskan rantai penyebaran covid-19 ini, ia tidak dapat mendengar Sabda dan menerima komuni kudus di Gereja secara langsung. Namun masih ada sebuah kekuatan yakni ia tetap merindukan kehadiran Yesus dalam hidupnya melalui perayaan Ekaristi meskipun lewat online. Dalam perayaan Ekaristi, ia merasakan adanya sapaan termanis dari Yesus sang Roti hidup, makanan rohani yang menguatkan dan mengantarnya ke surga kelak. Saya senang mendengar sharing pengalaman sahabat ini. Dalam suasana yang sulit, dia masih memiliki kerinduan yang besar untuk selamanya bersama dengan sang Roti Hidup yaitu Yesus sendiri.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini melanjutkan kisah tentang diskursus Yesus tentang Roti Hidup di dalam rumah ibadat di Kapernaum. Sebelumnya Yesus mengatakan bahwa kehendak Bapa adalah supaya setiap orang yang melihat Anak beroleh hidup yang kekal. Kali ini Yesus semakin jelas mengungkapkan dirinya sebagai roti hidup yang telah turun dari surga. Di hadapan orang banyak, Yesus mengatakan: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.” (Yoh 6:44). Perkataan Yesus ini mempertegas jalan hidup kita masih-masing di hadapan Allah Bapa yang menarik kita semua kepada Yesus Putera-Nya supaya percaya kepada-Nya dan memperoleh hidup abadi. Selain percaya dan ditarik kepada Yesus, orang yang sama harus mendengar dan menerima pengajaran-Nya. Ada dua hal penting dalam perkataan Yesus ini: pertama, kemampuan kita supaya mengimani Yesus sebagai Roti hidup yang telah turun dari surga. Kedua, Kita datang kepada Yesus karena ditarik oleh Bapa kepada-Nya. Apakah kita sungguh-sungguh mengimani Yesus sebagai Roti hidup yang mengenyangkan? Apakah kita sungguh percaya bahwa kita ditarik Bapa kepada Putera dalam Roh Kudus?

Roti hidup yang direnungkan selama beberapa hari terakhir ini memiliki daya untuk mengubah hidup kita secara pribadi dan komunitas. Roti hidup bukanlah ‘sebuah’ tetapi ‘seorang’ yang rela wafat bagi kita semua karena kasih. Roti hidup memiliki daya bagi Gereja untuk memperoleh keselamatan. Yesus dengan tegas mengatakan bahwa barangsiapa makan dari padanya, tidak akan mati lagi. Hanya hidup kekal yang ada padanya. Pada akhirnya Yesus terus terang mengatakan: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” (Yoh 6:51). Apakah semua orang yang mendengar bahwa Yesus adalah Roti hidup yang telah turun dari surga semakin mencintai-Nya? Ternyata di antara mereka ada yang sudah menjauh dari-Nya. fakta mengatakan bahwa sense of belonging semakin menipis dan nyaris orang tidak saling kenal, dan sulit untuk membangun persaudaraan sejati. Ini berarti Ekaristi belum berakar di dalam hati kita sebagai pengikut Kristus sebab Ekaristi adalah pengalaman syukur karena Roti Hidup yang mengubah hidup kita dari saat-ke saat untuk menjadi anak Allah.

Bagaimana mewujudkan semangat untuk mewartakan Yesus sang roti hidup?

Lukas dalam Kisah Para Rasul mengisahkan tentang pertemuan bermakna antara rombongan sida-sida dari Etiopia dan Diakon Filipus. Ketika itu daerah Samaria merasakan terang berkat pewartaan Diakon Filipus. Pada suatu kesempatan Tuhan mengutusnya untuk bersaksi di hadapan sida-sida dari Etiopia. Roh Kudus mengingatkan Diakon Filipus untuk mencari dan menemukan rombongan ini. Pada saat itu sida-sida sedang membaca Kitab nabi Yesaya. Inilah nas yang dibacakannya: “Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi.” (Kis 8:32-33). Sida-sida hanya bisa membaca nas ini tetapi tidak mengerti. Tuhan menggunakan Diakon Filipus untuk membuka hati dan pikirannya supaya menerima karunia baru dalam Kristus. Ia membaca Kitab Suci dan menerangkan isi Kitab Suci kepada orang-orang yang menerima perwartaannya. Sida-sida itu akhirnya bersedia untuk dibaptis dan Filipus membaptisnya. Selanjutnya, Filipus melakukan perjalanan misionernya ke Asdod di pinggir Laut Tengah sampai di daerah Kaisarea.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengingatkan kita untuk menerima Yesus sebagai satu-satunya Roti Hidup yang membuat kita memperoleh hidup abadi. Dampak dari Roti hidup bagi hidup peribadi kita adalah menjadi utusan untuk mewartakan Yesus sebagai Ekaristi hidup. Setiap kali merayakan Ekaristi kita mendengar perutusan untuk mengubah dunia, mengubah setiap pribadi dengan hidup kita yang Ekaristis. Yesus Roti Hidup, kuatkanlah kami semua.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply