Homili 1 Mei 2020 – St. Yosef Pekerja

Hari Jumat, Pekan III Paskah
St. Yusuf Pekerja
Kis. 9:1-20
Mzm. 117:1,2
Yoh. 6:52-59

Ekaristi yang menghidupkan

Pada hari pertama bulan Mei ini ada beberapa peristiwa penting yang patut kita renungkan bersama. Pertama, kita mengenang santu Yusuf Pekerja. Sosok santu Yusuf memang sangat inspiratif. Kita semua mengenalnya sebagai suami Bunda Maria dan Bapa pengasuh Yesus Kristus. Profesinya adalah sebagai seorang tukan kayu. Ada sifat-sifat khusus yang dikenakan kepada St. Yusuf, misalnya, pertama, Yusuf adalah seorang pria yang tulus hati (just man), Kedua, Yusuf adalah seorang hamba yang setia (loyal servant). Ketiga, Yusuf adalah seorang hamba yang bijaksana (wise). Gambaran diri Yusuf ini dapat kita temukan di dalam Injil. St. Matius dalam Injil karangannya mengatakan: “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum…” (Mat 1:19). Ketiga sifat khas yang disebutkan di sini menjadi nyata dalam dirinya sebagai seorang pekerja tulen. Yusuf sebagai tukang kayu membentuk Yesus sebagai tukang kayu. Kita ingat sebuah pertanyaan dalam Injil: “Bukankah Ia ini anak tukang kayu?” (Mat 13:55). St. Yusuf menjadi pelindung bagi para pekerja di seluruh dunia.

Kedua, kita mengenal bulan Mei sebagai bulan yang dikhususkan untuk berdevosi kepada Bunda Maria. Setiap pribadi, keluarga, kelompok tertentu mulai mengorganisir devosi mereka kepada Bunda Maria secara online, misalnya berdoa rosario, misa kudus, pengajaran tentang Bunda Maria. Keluarga Salesian Don Bosco mengenang Bulan Mei sebagai bulan yang didedikasikan kepada Bunda Maria Penolong Umat Kristiani sesuai ajaran santu Yohanes Bosco. Setiap hari seorang Salesian mempersembahkan sekuntum bunga bagi Bunda Maria, berupa niat baik, intensi, karya amal kasih dan lainnya. Ketiga, hari ini adalah hari Jumat Pertama. Kita mengenang Yesus yang tubuh-Nya ditombaki di atas kayu salib, dan mengalirlah darah dan air sebagai simbol sakramen-sakramen yang menyelamatkan di dalam Gereja. Banyak saudari dan saudara yang memiliki kerinduan untuk misa Jumper tetapi tidak dapat melakukannya karena covid-19. Namun demikian kasih Kristus tidak akan pudar. Ia tetap hadir dalam Ekaristi yang memberi hidup dan menghidupkan. Ia hadir tersamar namun nyata ketika mengubah hidup kita.

Bacaan-bacaan Kitab Suci yang kita dengar hari ini sangat menguatkan kita semua. Di bacaan Injil, Tuhan Yesus melanjutkan pengajaran-Nya di dalam rumah ibadat di Kapernaum. Pengajaran-Nya perlahan-lahan mendalam dan menakutkan orang-orang pada saat itu. Sebelumnya Yesus mengatakan bahwa roti yang Kuberikan itu adalah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia (Yoh 6:51). Perkataan Yesus ini benar-benar membuat pertengkaran di antara para pendengar yang mengikuti-Nya. Pertengkaran terjadi karena pemahaman mereka terhadap perkataan Yesus ini memang sangat terbatas. Ia berkata: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.” (Yoh 6:52). Saya mengatakan bahwa ini adalah pemahaman harafiah dan sangat manusiwi. Tidak ada kanibalisme dan ini bukan ajaran Yesus saat itu. Hanya saja pemahaman yang harafiah ini meimbulkan pertengkaran di antara mereka.

Reaksi Yesus terungkap dalam pengajaran ini: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” (Yoh 6: 53-58).

Hal-hal penting yang terungkap dalam perkataan Yesus dan sungguh mengubah hidup kita dan membuat kita hidup olehnya adalah: Pertama, Ekaristi memiliki daya menghidupkan. Caranya adalah dengan memakan daging Anak Manusia dan meminum darah-Nya. Kedua, Ekaristi membawa kita kepada kehidupan kekal. Hidup kekal adalah anugerah yang diberikan Yesus karena kita menyambut tubuh dan darah-Nya. Caranya adalah memakan Tubuh dan meminum darah-Nya. Ketiga, Ekaristi itu sungguh nyata sebagai sebuah perjamuan. Tubuh dan Darah Kristus benar-benar makanan dan benar-benar minuman. Maka kalau kita menyantapnya akan mengantar kita kepada kehidupan kekal. Keempat, kita menjadi rasul-rasul Ekaristi. Yesus sebagai Roti hidup adalah utusan Bapa. Dia juga mengutus kita untuk menghidupkan Ekaristi di dalam Gereja.

Apakah Ekaristi sungguh-sungguh mengubah hidup kita? Kita harus berani mengatakan bahwa Ekaristi memiliki kuasa yang besar untuk mengubah hidup kita. Dari Sabda kita memahami kasih Tuhan yang berbicara tanpa henti untuk meneguhkan dan menyempurnakan kita. Dari Ekaristi kita memahami kasih yang tiada batas, kasih yang agung dari Allah yang menjelma menjadi manusia dan mengubah hidup kita untuk menjadi anak-anak Allah. Sabda dan Ekaristi menghidupkan kita di hadapan Allah Tritunggal Mahakudus.

Apa yang harus kita lakukan untuk mengalami kuasa Ekaristi yang menghidupkan?

Satu jawaban yang pasti adalah kita harus bertobat. Kita semua memiliki sisi-sisi yang gelap di dalam hidup ini. Noda dan dosa selalu kita alami dan menandakan bahwa kita adalah orang berdosa. St.Paulus adalah inspirator kita. Ia kejam, melawan hak-hak asasi manusia, khususnya hak-hak minoritas saat itu tetapi Tuhan mengubahnya dengan cahaya kebangkitan. Saulus bertobat menjadi Paulus. Kita merayakan Ekaristi dan Ekaristi harusnya mengubah hidup lama, penuh kegelapan menjadi hidup baru yang penuh dengan terang surgawi. Mari kita berusaha untuk bertobat, mulai dari hal-hal yang kecil. St. Paulus adalah sosok yang dapat mengubah hidup kita untuk hidup hanya bagi Kristus. Mari kita renungkan perkataan Paulus ini: “Aku sudah disalibkan dengan Kristus. Bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam aku. Hidup yang sekarang ini kuhidupi dalam daging adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah, yang mengasihi aku dan telah memberikan diri-Nya untuk aku”. (Gal 2:20).

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply