Homili 16 Juli 2020

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XV
Santa Maria dari Gunung Karmel
Yes. 26:7-9,12,16-19
Mzm. 102:13-14ab,15,16-18,19-21
Mat. 11:28-30

Selalu Belajar dari Yesus

Pada suatu hari saya mengunjungi sebuah keluarga. Ada satu hal menarik yang saya temukan di ruang tamu keluarga itu yakni mereka memiliki sebuah gambar wajah Yesus yang sudah dibingkai dengan rapi. Pada bagian bawah gambar itu tertulis: “Saya belajar dari Yesus”. Saya memperhatikan gambar itu dengan teliti dan menemukan alasan mengapa keluarga ini mau belajar dari Yesus. Ternyata wajah Yesus itu begitu teduh, saat menatap-Nya hati terasa damai. Sorotan mata-Nya benar-benar memancarkan kasih yang besar kepada siapa saja yang memandang gambar ini. Saya berkata dalam hati bahwa keluarga ini memang pandai memilih gambar yang menginspirasi seluruh keluarga dan siapa saja yang berkunjung untuk memiliki damai dalam hati dan mengalami kasih. Yesus menjadi Tuhan dan guru kehidupan bagi mereka.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah Yesus di dalam Injil Matius. Sebelumnya Yesus sang Anak Allah menyatakan syukur kepada Bapa di surga. Dia mengangkat syukur-Nya kepada Allah Bapa sebab rahasia Kerajaan Allah telah dinyatakan kepada orang-orang kecil bukan orang-orang bijak dan pandai. Orang-orang kecil adalah para murid Yesus. Mereka adalah para nelayan sederhana, pemungut cukai dan geriliawan yang siap mengusir penjajah Romawi. Bapa telah menarik mereka, memberikannya kepada Yesus untuk membentuk mereka sebagai rekan kerja-Nya. Orang-orang kecil itu layak di mata Tuhan bukan orang bijak dan pandai yang penih tipu muslihat. Maka bagi mereka rahasia Kerajaan Allah tidak dinyatakan kepada mereka. Orang-orang sederhana ini juga berkenan pada hati Tuhan.

Tuhan Yesus tidak hanya mengungkapkan rahasia Kerajaan Allah yang dinyatakan kepada orang-orang kecil yang berkenan di hati-Nya. Ia juga mengajak orang-orang yang letih lesu dan berbeban berat. Dia berjanji untuk memberi rasa lega kepada mereka. Pikirkanlah ketika kita sedang menghadapi suatu masalah yang berat. Pada saat yang sulit ini kita butuh peneguhan dari Tuhan dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Kita benar-benar membutuhkan sapaan yang meringankan beban dan mememberi sukacita. Kita tidak berjalan sendiri dan menyelesaikan masalah seorang diri. Kita adalah makhluk sosial dan membutuhkan bantuan Tuhan dan orang lain. Maka hal yang baik adalah selalu mengandalkan Tuhan dan pertolongan-Nya yang datang tepat pada waktunya dan juga mengandalkan sesama yang siap untuk menolong. Kita datang kepada Yesus sebab Dia mengasihi kita apa adanya.

Tuhan Yesus meminta kita untuk belajar pada-Nya. Apa yang perlu kita pelajari dari Yesus? Kita belajar tentang segala sesuatu dalam hidup-Nya. Misalnya, Sabda dan karya-Nya sangat menginspirasi seluruh hidup kita. Dalam perjamuan malam terakhir Yesus berekaristi bersama para murid-Nya dan Ia berkata: “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Aku”. Artinya bahwa seluruh hidup kita haruslah mengikuti contoh, ajaran, perkataan dan tindakan Yesus. Kita belajar dari semangat Yesus untuk mengasihi dan mengampuni. Para musuh dikasihi-Nya dan orang-orang berdosa mengalami pengampunan berlimpah. Nah kita menjadikan Yesus sebagai panutan dan belajar terus menerus pada-Nya. Kita belajar pada Yesus yang lemah lembut dan rendah hati. Apakah kita lemah lembut dan rendah hati seperti Yesus sendiri?

Kita tidak hanya belajar pada Yesus yang menjadi guru dan panutan kita. Ia menghendaki supaya kita selalu berjalan bersama-Nya. Kita dapat belajar pada Yesus kalau kita berjalan bersama-Nya dalam setiap waktu hidup ini. Kita merasakan penyertaan-Nya sebagaimana Dia sendiri menjanjikannya: “Aku akan menyertai kalian hingga akhir zaman”. Apakah kita merasakan penyertaan Tuhan Yesus dalam hidup ini? Kalau kita merasakan penyertaan Tuhan maka tentu hati kita akan tenang. Semua gejolak hidup ini akan diselesaikan oleh Tuhan Yesus sendiri. Ia memasang kuk yang rasanya enak supaya kita tetap berjalan bersama Dia. Dalam semangat pemuridan, kuk yang dipasang Tuhan Yesus ini membuat kita tetap dekat, mengalami hidup bersama-Nya dan menjadi semaki serupa dengan Dia dalam segala hal.

Apa yang harus kita lakukan untuk menjadi murid yang terbaik?

Selain hal-hal yang saya sebutkan di atas dapat mendukung kita untuk menjadi murid Yesus yang terbaik, nabi Yesaya dalam bacaan pertama memberi kiat-kiat tertentu yang dapat membantu kita untuk menjadi murid yang terbaik. Pertama, seorang murid yang belajar pada sang Guru harus memiliki rasa syukur dan kerinduan untuk selalu berada dekat dengan sang Guru yang tidak lain adalah Tuhan Yesus sendiri. Hal ini terungkap dalam kidung ini: “Ya Tuhan, kami juga menanti-nantikan saatnya Engkau menjalankan penghakiman; kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau. Dengan segenap jiwa aku merindukan Engkau pada waktu malam, juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi; sebab apabila Engkau datang menghakimi bumi, maka penduduk dunia akan belajar apa yang benar.” (Yes 26:8-9). Apakah kita masing-masing sedang menantikan Tuhan? Apakah kita rajin dan tekun berdoa dengan menyebut nama Tuhan? Apakah kita juga merasa rindu dan mencari Tuhan? Refleksikanlah apa yang sedang terjadi dalam hidupmu.

Kedua, Seorang murid yang terbaik akan terus belajar untuk membangun damai dalam dirinya dan menjadi duta damai bagi sesama. Damai sejahtera itu disiapkan Tuhan. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” (Yoh 14:27). Dan di tempat lain Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” (Mat 5:9).

Ketiga, Seorang murid sejati bertahan dalam penderitaan. Yesaya mengambil contoh seorang wanita yang melahirkan, pasti merasa sakit dan sangat menderita. Kalau kita bertahan dalam penderitaan maka kita juga akan memperoleh kemenangan abadi. Yesaya berdoa: “Ya, Tuhan, orang-orang-Mu yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula. Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorai! Sebab embun Tuhan ialah embun terang, dan bumi akan melahirkan arwah kembali.” (Yes 26:19).

Pada hari ini kita belajar dari Yesus untuk lemah lembut dan rendah hati. Murid yang setia itu akan menunjukkan kelembutan hati dan kerendahan hati bagi semua orang. Orang baik dan orang jahat akan mengalami kelembutan hati sebab kebajikan ini berasal dari Tuhan Yesus sendiri. Orang jahat sendiri akan berubah karena kerendahan hati murid-murid Tuhan. Belajarlah dan belajarlah selalu pada Yesus. Bunda Maria dari Gunung Karmel, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB