Semua karena kasih karunia
Pada hari ini saya berjumpa dengan sosok dua guru kehidupan di dalam Kitab Suci. Guru kehidupan pertama adalah sosok seorang wanita tanpa nama tetapi memiliki label ‘wanita berdosa di kotanya’ (Luk 7:37). Kita dapat membayangkan betapa menderitanya wanita ini karena semua orang pasti membicarakan zona pribadinya di seluruh kota itu. Namun wanita pendosa ini menunjukkan sebuah kebajikan yang tidak dilihat oleh orang lain pada zamannya, yakni kerendahan hatinya. Orang berdosa yang mengenal diri di hadapan Tuhan sehingga berani merendahkan dirinya di hadirat Tuhan Yesus. Apa yang dilakukannya? Ia menangis karena menyesali dosa-dosanya, berdiri di belakang Yesus dekat kakinya. Ia membasahi kaki Yesus dengan air matanya dan menyeka dengan rambutnya. Ia mencium kaki Yesus dan meminyakinya dengan minyak wangi. Wanita pendosa melakukan ini karena ia mengasihi Yesus. Mengapa ia mengasihi Yesus? Karena dosanya yang banyak dan berat itu diampuni, dilepaskan Yesus. Iman wanita ini sungguh menyelamatkannya.
Sosok kedua adalah sosok St. Paulus. Ia mengenal dirinya dengan baik bahwa dia pernah hidup dalam dosa. Namun panggilan dari Tuhan Yesus Kristus telah mengubah seluruh hidupnya. Roh Kudus sendiri berkata: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” (Kis 13:2). Saulus menyadari tugas perutusannya sehingga ketika merenungkan dan memberikan bukti tentang kebangkitan Yesus, ia berkata: “Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.” (1Kor 15:8-9). Paulus menunjukkan dirinya sebagai sosok yang rendah hati dan mengenal dirinya sebagai orang berdosa. Paulus bahkan mengatakan: “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1Kor 15:1).
Dua sosok inspiratif ini juga mengalami sapaan Tuhan yakni kasih karunia atau rahmat Tuhan. Kasih karunia itu gratis, sebab berasal dari Tuhan. Wanita pendosa dalam Injil Lukas merasakan kasih yang besar dari Tuhan maka ia mengimani-Nya dan bahwa iman itu menyelamatkannya. Orang yang banyak dosanya, ketika sadar ia merasa belum terlambat untuk memohon pengampunan berlimpah. Santu Paulus bersaksi bahwa kasih karunia adalah segalanya. Mengapa ia mengatakan demikian? Sebab ia sendiri mengalami kasih karunia dari awal panggilannya. Cahaya telah mengubah hidupnya. Ia berubah dari Saulus menjadi Paulus.
Bagaimana dengan kita?
Kita masih membutuhkan Tuhan maka seharusnya kita menjaga diri kita sendiri. Kita membangun semangat tobat, mengenal dosa pribadi, mengakuinya dan tidak mengulanginya lagi. Semangat pertobatan yang radikan akan mengubah kita menjadi manusia baru. Semua ini karena kasih karunia dari Tuhan.
Tuhan memberkati kita semua.
P. John Laba, SDB