Homili 30 Januari 2021

Hari Sabtu, pekan Biasa ke-3
Ibr. 11:1-2,8-19;
Mzm. MT Luk. 1:69-70,71-72,73-75;
Mrk. 4:35-41

Awas, ada badai di dalam Gereja 

Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi Gereja Paroki Yohanes Bosco, Danau Sunter, Jakarta Utara. Saya pernah menjadi gembala di sini pada tahun 2009-2012. Saya sempat mengambil foto di dalam Gereja dan mempostingnya di media sosial saya. Seorang umat mengomentari postingannya saya: “Romo, Gereja-gereja kita sangat megah, sayang sekali, di masa pandemi ini menjadi kosong. Ini sungguh badai bagi gereja kita. Apakah Tuhan memang sedang tidur?” Saya tersenyum dengan perkataan sederhana tetapi mendalam dan membuat saya berbangga dan berefleksi. Saya merasa bangga karena masih ada umat yang merasa memiliki gereja di tengah pandemi. Ini berarti dia masih beriman! Luar biasa dan jempolku buatnya. Saya juga mengatakan bahwa Tuhan tidak tidur. Tuhan tetap melihat kita hanya kita yang tidak menyadari bahwa Tuhan melihat kita. Kalau saja Tuhan tidur maka kita semua sudah habis. Ternyata kita masih ada dan sedang merasakan kasih dan kebaikan Tuhan.

Pengalaman sederhana ini membantu saya untuk merefleksikan kisah Injil pada hari ini. Tuhan Yesus selalu berkeliling dan berbuat baik. Kali ini Ia mengajak para murid-Nya untuk meninggalkan banyak orang dan bertolak ke seberang danau Galilea. Ia tetap berprinsip untuk mewartakan Kerajaan Allah melalui sabda dan tindakan-Nya. Kali ini Tuhan Yesus membawa para murid untuk masuk ke dalam sebuah pengalaman baru. Ia tidak hanya berbicara melalui perumpamaan-perumpamaan saja. Ia juga menunjukkan ke-Allahan-Nya dengan menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta. Dikisahkan bahwa dalam perjalanan ke seberang danau Galilea, perahu yang mereka tumpangi diserang angin sakal. Penginjil Markys menulis: “Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air.” (Mrk 4:37). Tentu saja situasi di danau amat menakutkan. Orang-orang Yahudi memiliki trauma rohani ketika memikirkan tentang dunia air. Mungkin karena pengaruh air bah yang membaharui segala sesuatu, demikian juga, mereka merasa yakin bahwa di dalam air ada penunggu atau kekuatan gaib yang dapat menghancurkan mereka.

Para murid adalah para nelayan berpengalaman. Ketakutan manusiawi bahwa air memiliki kekuatan ini memang menakutkan. Sebab itu mereka mendekati Yesus dan membangunkan-Nya, karena Ia sedang tidur dengan lelap di buritan perahu. Mereka mengatakan kepada Yesus: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (Mrk 4:38). Yesus bangun dari tidur-Nya, menghardik angin dan danau sehingga danau menjadi tenang seketika. Para murid mendapat pertanyaan dari Yesus: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4:40). Reaksi para murid saat itu: “Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?” (Mrk 4:41).

Kisah Injil ini memang sangat menarik perhatian kita apalagi di masa pandemi ini. Perahu itu ibarat Gereja saat ini yang sedang mengalami terpaan covid-19. Perahu Yesus dan para murid saat itu sempat oleng tetapi Tuhan Yesus menghardik angin taufan itu dan juga danau sehingga suasana menjadi teduh, tak ada suasana yang menakutkan lagi. Gereja saat ini sedang berziarah di dunia dan sedang mengalami suasana yang sama. Covid-19 ibarat angun sakal yang sedang mengamuk dan kita semu merasa seolah-olah Tuhan sedang tidur. Bagi saya kalau kita sungguh percaya kepada Yesus maka badai taufan akan cepat redah di dalam Gereha di tengah dunia kita.

Suasana kepanikan selalu menjadi ujian bagi iman kita. Pandemi covid-19 saat ini juga menjadi ujian bagi iman kita. Kalau saja kita beriman tentu kita tidak akan berteriak-teriak minta tolong seperti para murid yang panik dan membangunkan Yesus. Kita mungkin panik sehingga tidak kosentrasi saat berdoa dan meminta pertolongan Tuhan. Kita mungkin tidak percaya kepada Tuhan meskipun kita mengaku pengikut Kristus dan rajin berdoa. Kalau saja kita mengaku sebagai pengikut Kristus dan rajin berdoa tetapi kita tidak mengimaninya maka sia-sia saja iman kita.

Gereja kita sedang mengalami amukan badai, bukan hanya pandemi covid-19. Berbagai masalah besar di dalam Gereja saat ini seperti masalah ekonomi, ada korupsi di dalam Gereja, masalah pedofilia dan aneka pelecehan seksual yang dilakukan kaum berjubah, pelayanan semakin menipis karena semuanya memiliki orientasi bisnis tertentu. Tentu saja ini adalah Sebagian badai yang ada di dalam Gereja kita. Namun Tuhan ada. Tuhan Yesus tidak pernah tidur. Ia akan menjadikan segala sesuatu baru di dalam diri-Nya.

Apa yang kita butuhkan? Kita butuh iman. Penulis surat kepada umat Ibrani menulis: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr 11:1). Dalam Kitab Suci kita menjumpai sosok penting seperti Abraham yang menjadi model, Bapa bagi kaum beriman. Ia taat dan mengimani kehendak Allah. Ada banyak badai yang dialaminya tetapi ia tetap setia dan mematuhi kehendak Tuhan sepanjang hidupnya. Apakah kita sungguh beriman? Ingat perkataan Tuhan Yesus ini dan renungkan secara pribadi: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4:40). Awas, ada badai di dalam Gereja. Mari kita mengandalkan kuasa Tuhan Yesus.

P. John Laba, SDB