Homili 3 Pebruari 2021 – Injil Untuk Daily Fresh Juice (DFJ)

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-4
Ibr. 12: 4-7,11-15;
Mzm. 103:1-2,13-14,17-18a;
Mrk. 6:1-6.

Lectio:

Pada suatu ketika, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.

Demikianlah Injil Tuhan kita
Terpujilah Kristus

Renungan:

Yesusku di masa pandemi

Kita sedang berada di tanggal tiga Februari. Kita mengucapkan selamat ulang tahun pertama Corona yang benar-benar mengubah perilaku hidup kita sepanjang satu tahun terakhir ini. Perubahan perilaku yang sifatnya pribadi dan sosial seperti membiasakan diri dengan membersihkan tangan, mengunakan masker, menjaga jarak antar pribadi, mengukur suhu badan, melakukan berbagai test apakah kita mengindap virus corona atau tidak. Perubahan perilaku ini mulai mandarah daging dalam hidup kita. Ada juga perubahan perilaku kita kepada Tuhan: mengurangi kerumunan di dalam tempat ibadah, mengikuti perayaan-perayaan misa secara daring atau online. Ada juga yang tidak berelasi lagi dengan Tuhan karena merasakan sendiri dampak negatif pandemic covid-19 ini. Mereka mengakui diri sebagai pengikut Kristus tetapi dalam hal-hal tertentu tidak lagi percaya, kecewa karena pengalaman manusiawi yang sedang mereka alami sendiri. Mereka bertanya-tanya: Kalau Tuhan itu Mahabaik mengapa mengijinkan Corona merajai dunia dan menelan begitu banyak korban jiwa. Ada yang secara terang-terang kecewa dan menolak Tuhan Yesus dalam hidupnya selama masa pandemi ini.

Fenomena ini membuka wawasan saya untuk merenungkan Injil hari ini. Penginjil Markus secara singkat melukiskan kisah Yesus yang unik dan luar biasa. Dia selalu berkeliling dan berbuat baik dan akhirnya bersama para murid-Nya tiba di kampung halaman-Nya yaitu Nazaret. Ini menjadi kesempatan di mana diusia-Nya yang sudah matang, Ia boleh menunjukkan jati diri-Nya sebagai Anak Allah, Penebus umat manusia kepada orang-orang sekampung halaman-Nya. Bagaimana caranya? Ia mengajar di dalam rumah ibadat pada hari Sabat sehingga membuat sebagian besar jemaat merasa takjub kepada-Nya. Perasaan takjub adalah hal yang baik karena mereka melihat Yesus memang beda dengan hidup sebelumnya.

Lalu apa yang terjadi? Orang-orang di dalam rumah ibadat itu hanya melihat Yesus berdasarkan pengenalan mereka sebelumnya dan latar belakang kehidupan kekuarga-Nya. Inilah pertanyaan-pertanyaan yang menunjukkan kekecewaan mereka kepada Yesus: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” (Mrk 6:2-3). Mereka hanya melihat Yesus dari luarnya saja dan dari latar belakang keluarga-Nya. Dan lebih menyedihkan lagi, orang-orang di dalam rumah ibadat ini merasa kecewa dan menolak Yesus.

Sekarang mari kita masuk ke dalam pengalaman hidup kita. Sebagaimana saya katakan sebelumnya bahwa banyak orang yang mengenal dan mengaku mengiman Yesus, namun di masa pandemi ini mereka merasa kecewa dan menolak Yesus karena pengalaman manusiawi yang keras sebagai dampak dari pandemi ini. Sebelumnya mereka rajin berdoa, sangat aktif di Gereja namun karena mengalami dampak covid-19 maka mereka menolak Tuhan Yesus di dalam hidup mereka. Menyedihkan tetapi itulah pilihan bebas manusia di hadirat-Nya. Maka tentu saja Tuhan Yesus tidak hanya mengatakan: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” (Mrk 6:4) bagi jemaat di dalam Sinagoga saat itu, tetapi bagi kita secara pribadi dan seluruh Gereja masa kini. Tuhan Yesus juga menegur anda dan saya yang selama masa pandemi ini mungkin sadar atau tidak sadar merasa kecewa dan menolak Yesus.

Dari bacaan Injil kita belajar supaya dalam masa pandemi ini kita memperlakukan Yesus-Yesus yang lain, dalam hal ini sesama manusia dengan menghargai hidupnya. Jangan menilai sebuah buku dari tampilan kulitnya. Demikian juga dengan Tuhan dan sesama. Jangan menilai jelek Tuhan kalau anda tidak mengimani-Nya. Jangan hanya melihat hal-hal negatif di dalam diri sesama manusia kalau anda tidak mengenalnya secara pribadi.

Mari kita berusaha untuk tidak mengecewakan Tuhan dalam masa pandemi ini. Jangan sampai Tuhan Yesus juga merasa heran atas ketidakpercayaan kita kepada-Nya. Setiap badai pasti akan berlalu. Teruslah berbuat baik seperti Yesus, meskipun mengalami penolakan di dalam hidupmu.

Doa: Tuhan Yesus Kristus, ampunilah kami apabila dalam masa pandemi ini kami mengecewakan dan menolak-Mu. Semoga melalui sabda-Mu, kami bertobat dan semakin percaya dan mengasihi-Mu. Bunda Maria doakanlah kami anak-anakmu supaya tetap bersatu dengan-Nya. Amen.

PJ-SDB