Food For Thought: Saharing is Caring

Sharing is Caring

Selama masa pandemi ini, kalimat sharing is caring (berbagi adalah kepedulian) selalu diucapkan oleh orang-orang yang berkehendak baik untuk menolong sesamanya. Kalau kita coba menulis kalimat ini di google maka dalam waktu 0,47 detik akan keluar hasil entrinya sebanyak 261.000.000. Artinya kalimat ini sangat bermakna secara tulisan tetapi akan lebih bermakna lagi kalau dipraktekkan dalam hidup setiap hari. Memang, berbagi adalah tanda kepedulian atau tanda perhatian kita kepada sesama manusia yang lain.

Saya selalu merasa bangga dengan kelompok kategorial bernama Kelompok Pelayan Belas Kasih Allah Santo Leopold. Saya sendiri menjadi moderator kelompok Kategorial ini selama delapan tahun terakhir ini. Salah satu komitmen kelompok kategorial ini selama masa pandemi adalah melakukan semangat doa dan karya dalam program 5R2I (Lima Roti dan Dua Ikan). Program ini menjadi wujud pelayan belas kasih Allah dalam masa pandemi dengan membagi sembako atau memberi makan siang kepada para pemulung, ojek online dan lain sebagainya. Namanya pelayan belas kasih Allah maka lintas batas, tanpa memandang siapa yang dilayani kelompok ini. Selama beberapa hari terakhir ini saya sungguh merasa bahwa sharing is caring bukan hanya selogan tetapi sungguh nyata. Kelompok ini menunjukkan sharing is caring untuk saudari dan saudara yang mengalami dampak banjir di NTT. Orang-orang sederhana, tidak takut untuk menjadi miskin karena peduli kepada sesama yang sangat membutuhkan.

Semangat sharing is caring merupakan semangat Gereja sejak awal. St. Lukas melukiskannya ini dengan semangat ‘Cor unum et anima una’ atau ‘semangat sehati dan sejiwa’. Perhatikan kutipan yang menjadi kekuatan bagi Gereja turun temurun: “Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.” (Kis 4:32-35).

Hal yang menarik perhatian kita dari semangat gereja perdana ini adalah mereka merasa diri sebagai pribadi yang merdeka meskipun berada di bawah tekanan orang-orang Yahudi yang lain. Mereka tidak takut untuk menjadi miskin, tetapi berani untuk berbagi sebagai tanda peduli atau perhatian kepada sesama. Mereka tidak berhenti pada semangat berbagi dan peduli, tetapi terus mewartakan sosok Yesus yang berbagi dan peduli dengan menyerahkan nyawa-Nya dan bahwa Dia sungguh bangkit. Ini sungguh sebuah semangat yang harus tetap segar di dalam Gereja.

Dalam masa yang sulit karena pandemi dan bencana ini, kita akan melihat siapakah yang betul-betul menjadi sesama bagi yang lain. Apakah anda dan saya masih menjadi sesama yang lain dengan sharing is caring?

Tuhan memberkati kita semua,

PJ-SDB