Perhatian dan Kepedulian
Saya secara pribadi mau mengucapkan selamat memulai puasa bagi saudari dan saudara kaum Muslimin dan Muslimat. Saya menyapa mereka, karena ada di antara mereka juga yang setia membaca tulisan-tulisan saya khususnya Food For Thought. Bagi saudari dan saudara kaum Muslimin dan Muslimat, puasa adalah suatu bagain dari pengamalan ibadah yang dilakukan dengan menahan diri dari segala sesuatu seperti makan, minum, perbuatan jahat yang dapat membatalkan puasa sejak terbitnya matahari hingga terbenamnya, dengan niat baik karena kehendak Allah SWT. Semoga puasa membawa hikmah kekudusan bagi mereka.
Ada satu kata penting yang selama hari-hari terakhir ini yakni perhatian atau kepedulian. Seorang sahabat mengatakan kepada saya bahwa ponakannya yang masih kecil selalu mengulangi kata perhatian dan kepedulian kepada sesama. Dia sampai merasa bingung karena anak yang masih usia dini sudah mengulangi kata perhatian dan kepedulian yang menggugah hidup orang dewasa. Dan saya merasa bahwa kedua kata yakni perhatian dan kepedulian memiliki makna yang mendalam kalau kita berusaha untuk menghayatinya dengan sepenuh hati di dalam diri kita, keluarga dan masyarakat. Saya teringat pada Elbert Hubbard (1859-1915). Penulis berkebangsaan Amerika Serikat ini pernah berkata: “Apapun yang telah anda lakukan untuk diri anda sendiri atau untuk kemanusiaan, jika anda tidak bisa memberikan cinta dan perhatian terhadap keluarga anda sendiri, lalu apa yang sudah anda lakukan dalam hidupmu?”
Saya tertarik dengan perkataan Hubbard ini karena banyak orang memang mudah menaruh perhatian dan kepedulian namun semua ini menjadi alasan baginya untuk tidak memperhatikan dan peduli dengan keluarganya sendiri. Sebagai contoh, banyak orang suka melayani orang lain, memberikan diri dengan sepenuh hati atas nama pelayanan tetapi dia lalai untuk memperhatikan keluarganya sendiri. Akibatnya adalah pertengkaran di dalam rumah sendiri karena terlalu melayani di luar rumah. Ada orang tua yang pandai menasihati orang lain, tetapi dia sendiri tidak mampu menasihati anak-anaknya sendiri sehingga mereka hidup sembarangan. Maka tepat sekali pertanyaan Hubbard: “Jika anda tidak bisa memberikan cinta dan perhatian terhadap keluarga anda sendiri, lalu apa yang sudah anda lakukan dalam hidupmu?” Banyak di antara kita yang ditampar karena perkataan ini!
Bagi saya, kita dapat menaruh perhatian dan kepedulian kepada sesama kalau kita sudah tuntas dalam menaruh perhatian dan kepedulian terhadap diri dan keluarga kita. Prinsip yang penting adalah nomor satu selalu keluarga. Pelayanan pertama dan terutama harus keluarga. Keluargamu beres maka semua yang lain dengan sendirinya akan beres. Sebab memang lebih mudah membereskan sampah orang dari pada sampah di kamar sendiri.
Penulis Amerika Serikat Mitch Albom, pernah berkata: “Sesungguhnyalah, selain keluarga, tidak ada fondasi, tidak ada landasan kokoh, yang memungkinkan manusia bertahan sampai saat ini. Peran keluarga menjadi jelas sekali bagiku setelah jatuh sakit. Tanpa dukungan, cinta, kasih sayang, dan perhatian yang kita peroleh dari keluarga, kita seperti tidak memiliki apa pun. Cinta adalah sesuatu yang paling penting.” Maka keluarga adalah segalanya. Berdoalah dan pertahankanlah keluargamu dengan perhatian dan kepedulianmu.
Tuhan memberkati keluarga-keluarga kita semua. Amen.
P. John Laba, SDB