Food For Thought: Segalanya bagi Tuhan

Segalanya hanya bagi-Mu!

Seorang sahabat barusan merayakan Hari Ulang Tahun Penikahan. Ia memposting di dinding facebooknya foto saat pernikahannya dan fotonya saat ini. Ada perubahan yang luar biasa. Banyak sahabat kenalan dan kolega-koleganya memberikan komentar-komentar yang menyegarkan. Hanya ada satu yang memberi komentar dengan mengulangi rumusan janji perkawinan: “Dihadapan imam dan para saksi saya, ……(nama), menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa…….. (nama mempelai wanita/pria) yang hadir di sini mulai sekarang ini menjadi (istri/suami) saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah janji saya demi Allah dan Injil suci ini.” Dan dia menambahkan: ‘Katakanlah kepada pasanganmu: segalanya hanya bagimu saja’. Saya tersenyum dan memberi jempol kepada yang memberi komentar ini.

Di dalam hidup kita selalu ada peristiwa-peristiwa yang sangat mendidik kepribadian kita. Dalam hubungan dengan semua komentar di dalam dinding Facebook sahabat saya ini, ada yang membangkitkan nostalgia, ada yang cenderung membully, ada yang berkomitmen untuk mengingatkan supaya tetap setia sebagai pasangan hidup sampai saudara maut menjemput. Saya merasa bahwa kalimat singkat ‘segalanya hanya bagi-Mu’ berlaku bagi kami yang menjalani hidup bakti (vita consecrata). Hal yang sama dapat diucapkan ‘segalanya hanya bagimu’ sangat tepat untuk menggambarkan relasi yang ideal sebagai pasangan hidup. Segalanya hanya bagi pasangan hidup dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit menjadi nyata ketika salah seorang di antaranya sakit atau menderita. Pada saat itulah kita melihat siapakah pasangan terbaik baginya.

Dalam masa Paskah ini kita berjumpa dengan sosok para murid Yesus yang setia, seakan berprinsip: “Segalanya hanya bagi-Mu, Tuhan”. Mereka siap membaktikan diri hanya bagi kemuliaan nama Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa. Hal ini mereka tunjukkan, terutama Petrus dan Yohanes yang setia mewartakan Injil, keluar masuk penjara dan siap untuk mati bagi Yesus. Mereka menunjukkan dirinya sebagai pribadi-pribadi yang taat kepada Tuhan. Ketaatan kepada Tuhan Allah merupakan jalan terbaik yang membuka jalan keselamatan. Ketaatan merupakan anugerah kasih Allah bagi manusia.

Yohanes Pembaptis di dalam Injil Yohanes menggambarkan sosok seorang Tuhan Yesus yang datang dari atas. Ia bersaksi: “Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya.” (Yoh 3: 31). Tuhan Yesus menjadi segalanya bagi manusia. Selanjutnya, Yohanes Pembaptis berkata: “Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” (Yoh 3:35-36). Allah Bapa memang luar biasa. Ia menyeragkan segala sesuatu kepada Anak-Nya Yesus Kristus. Ini sungguh suatu relasi yang sangat mendalam.

Pada hari ini kita sama-sama boleh berkata, ‘Segalanya hanya bagi Tuhan’. Kita semua berusaha untuk selalu bertumbuh dalam kasih Tuhan. Kita berusaha untuk menjauhi kegelapan dan mendekati Terang sejati yaitu Yesus Kristus Tuhan kita. Berseralah, berilah dirimu kepada Tuhan.

Tuhan memberkati kita semua.

PJ-SDB