Hari Kamis Pekan II Paskah
Kis. 5:27-33;
Mzm. 34:2,9,17-18,19-20;
Yoh. 3:31-36
Saya taat kepada Allah
Saya pernah berbicara dengan seorang misionaris. Ia sudah berkarya di tanah misi selama lebih kurang 40 tahun. Banyak sekali suka dan duka yang dia alami di tanah misi. Suasana perang saudara yang berkecamuk menjadi ancaman serius bagi keselamatannya. Kesulitan dalam mewartakan Injil bagi suku-suku di pedalaman. Semangat hidup menggereja yang masih dalam proses dan penuh perjuangan. Banyak hal yang dia sharingkan dan dia menutup sharingnya dengan mengatakan: “Saya menjalani hidup dan panggilan misionerku karena saya taat kepada Allah yang telah memanggilku”. Saya memandangnya dalam-dalam, wajahnya dan keriput matanya begitu bersinar ke arahku. Ia membawa ketaatan Kristus di dalam dirinya. Kesaksian hidupnya menjadi kekuatan bagi saya untuk setia dalam panggialn hidupku.
Para rasul Yesus adalah misionaris-misionaris ulung seperti Yesus sang Guru mereka. Mereka berani melawan arus ketika mewartakan Injil dan memberi kesaksian tentang kebangkitan Kristus. Maka sebagai pewarta sejati, jaminan mereka adalah penderitaan dan penjara. Ancaman demi ancaman, penindasan demi penindasan mereka alami sendiri dan menghadapinya dengan senyum. Petrus dan Yohanes setelah bebas dengan mengherankan di dalam penjara dan memberitakan seluruh Firman hidup di dalam Bait Allah, kini mereka keluar dan harus berhadapan dengan Sanhedrin atau Mahkamah Agama Yahudi. Reaksi negatif ditunjukkan oleh Mahkamah Agama Yahudi kepada mereka: “Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami.” (Kis 5:28). Tentu saja larangan ini sejalan dengan penindasan bagi kedua murid Yesus ini.
Petrus dan Yohanes tidak gentar menghadapi gertakan Mahkamah Agama Yahudi. Mereka dengan tegas menjawabi Mahkamah Agama Yahudi dengan berkata: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kis 5:29). Mereka tidak behenti di sini. Petrus dan Yohanes malah berani memberi kesaksian di hadapan Mahkamah Agama Yahudi bahwa Allah nenek moyang mereka telah membangkitkan Yesus yang sudah mereka bunuh di atas kayu salib. Bahkan bagi Petrus dan Yohanes, “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.” (Kis 5:31). Tentu saja kesaksian bahwa Yesus sudah dibangkitkan dari kematian dan ditinggikan Allah membuat pihak Mahkamah Agama Yahudi merasa sakit hati.
Pengalaman para Rasul adalah pengalaman Gereja sepanjang zaman. Ada saja larangan untuk membangun rumah ibadah, larangan untuk beribadah masih ada bahkan di negara kita ini. Dunia pernah digemparkan karena pemerintah Malaysia melarang surat kabar ‘the Herald’ menggunakan nama Allah. Bagi pemerintah Malaysia, surat kabar ‘the Herald’ menggunakan kata ‘Allah’, dapat membingungkan mayoritas Muslim dan membahayakan keamanan nasional. Putusan Mahkamah hanya terkait penggunaan kata ‘Allah’ pada surat kabar the Herald dan tidak berlaku untuk kebaktian, misa, maupun Injil yang beredar di seluruh negeri. Pada tanggal 15 Maret 2021 yang lalu, pemerintah Malaysia kembali menggugat putusan pengadilan, yang mengizinkan umat Kristen menggunakan kata “Allah” untuk menyebut Tuhan. Benar-benar sebuah benang kusut!
Dalam bacaan Injil, kita mendengar kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Tuhan Yesus Kristus di hadapan para muridnya. Baginya, Yesus datang dari atas artinya dari surga dan ada di atas segalanya. Dan karena Dia datang dari atas berarti Dialah yang bersatu, yang mengenal Allah Bapa. Yohanes Pembaptis juga mengakui bahwa Yesus yang berasal dari Sorga akan memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorangpun yang menerima kesaksian-Nya itu. Orang yang menerima kesaksian-Nya akan mengakui bahwa Allah adalah benar. Selanjutnya Yohanes Pembaptis berkata: “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya.” (Yoh 3:34-35). Perkataan Yohanes Pembaptis ini membuka wawasan kita akan relasi kasih yang begitu intim antara Bapa, Putera dalam Roh Kudus. Inilah iman kita kepada Allah Tritunggal Mahakudus. Hal ini tentu berbeda dengan orang yang berasal dari bumi karena mereka termasuk pada bumi dan berkata-kata dengan bahasa bumi.
Lalu apa hubungannya dengan ketaatan kepada Allah?
Pikiran kita sebagai manusia masih sangat terbatas. Pengenalan kita akan Yesus juga masih sangat kurang. Sebab itu kita perlu memohon kepada Tuhan untuk menambah iman dan kepercayaan kita. Iman yang mengantar kita kepada keselamatan. Hal yang penting di sini adalah kemampuan kita untuk mendengar Tuhan. Semakin kita mendengar Tuhan, kita akan semakin mentaati-Nya. Semakin kita mentaati-Nya kita akan mengasihi-Nya. Maka benar kata Petrus: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kis 5:29). Dan harapan Yohanes Pembaptis adalah: “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” (Yoh 3:36). Mari kita belajar untuk selalu taat kepada Allah.
PJ-SDB