Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?
Pada malam hari ini saya membaca kembali file-file tertentu di laptop saya. Saya menemukan sebuah kutipan dari Khalil Gibran (1883-1931). Penulis dan pelukis dari Lebanon-Amerika ini pernah berkata: “Orang yang kamu pikir bodoh dan tidak penting adalah seseorang yang datang dari Tuhan, yang mungkin mempelajari kebahagiaan dari kesedihan dan pengetahuan dari kegelapan.” Bagi saya, kutipan perkataan Khalil Gibran ini super sekali. Dalam hidup kita setiap hari ada saja pengalaman-pengalaman tertentu seperti ini. Ada orang-orang tertentu yang kelihatan begitu hina di mata manusia ternyata sangat mulia di mata Tuhan. Manusia tidak menjadikannya sebagai sesama, tetapi Tuhan menjadikannya sebagai ‘yang dikasihi’.
Sosok orang-orang di seputar Yesus adalah bukti nyatanya. Ada dua sosok penting yang menarik perhatian saya. Sosok pertama adalah Simon Petrus. Ia memiliki banyak kelemahan. Ia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, padahal sebelumnya dia sudah berjanji supaya tetap mengikuti Yesus kemana pun Dia pergi bahkan bersedia menyerahkan nyawanya bagi Tuhan Yesus. Ternyata ketika melihat Yesus menderita, dia langsung menyerah dan menyangkal sebanyak tiga kali bahwa dia tidak mengenal Yesus. Namun pada akhirnya dia sadar dan membaharui dirinya dengan berkata: “”Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” (Yoh 21:17). Dia mengikuti Yesus dan mengasihi-Nya sampai tuntas. Simon Petrus juga memperhatikan segala sesuatu untuk komunitas Nya. Ia bahkan disalibkan dengan kepada ke bawah karena dia merasa tidak layak di hadirat Yesus. Sesudah kenaikan Yesus ke Surga, ia tetap berkeliling dan melakukan tanda-tanda dalam nama Yesus.
Sosok kedua yang inspiratif adalah St. Paulus. Dia berubah dari Saulus menjadi Paulus dalam perjalanan ke Damsyik. Perubahannya ini sangat radikal. Dia menjadi rasul dalam perjalanan misioner di Palestina dan di Roma. Dia wafat sebagai martir mengikuti jejak sang Gurunya. Banyak orang saat itu memandang Paulus dengan sebelah matanya tetapi hingga saat ini ia menunjukkan wajah Allah berbelas kasih kepadanya. Dia melakukan perjalanan misioner sebanyak tiga kali dan mempersembahkan segalnya bagi Tuhan. Paulus berkata: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Flp 1:21) dan di tempat lain ia berkata: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1Kor 9:16).
Simon Petrus pernah berkata kepada Yesus: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah. ” (Yoh 6:68-69). Ini adalah ungkapan iman Petrus kepada Yesus, manakala ada keraguan di dalam iman para pengikut Yesus di Galilea. Petrus dan teman-temannya tetap teguh kepada Yesus. Memang, Tuhan Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Dialah yang tetap menunjuk Jalan kepada Bapa bagi kita semua. Kita tetap bersatu dengan Tuhan Yesus.
Tuhan memberkati kita,
P. John Laba, SDB