Food For Thought: Lepaskanlah status quomu

Lepaskanlah status quomu!

Banyak di antara kita sudah terbiasa mendengar frasa Bahasa Latin ini: ‘Status quo’. Frasa ini merujuk pada suatu kondisi real kehidupan manusia di mana dalam keadaan sekarang ini tidak ada perubahan apapun dari keadaan sebelumnya. Status quo mengandaikan suatu keadaannya yang tetap. Orang yang mempertahankan status quo berarti orang itu mempertahankan keadaan sekarang yang tetap seperti keadaan sebelumnya. Berkaitan dengan ini, saya secara pribadi juga merasa yakin bahwa semua orang bisa berubah dalam hidupnya. Orang cenderung untuk berubah menjadi lebih baik, lebih dewasa dalam iman dan lain sebagainya. Hanya saja patut kita akui bahwa ada orang yang tidak mau berubah, kaku, keras kepala dan mempertahankan pendapatnya. Orang seperti ini berpikir bahwa kebenaran mutlak ada di tangannya, sedangkan orang lain tidak.

Pada hari kita mendengar suasana Gereja perdana. Sebuah gereja yang saat itu masih dianggap sebagai sebuah sekte dalam agama Yahudi. Ketika berada di bait Allah, mereka juga memisahkan diri dari kelompok kaum Yahudi yang lain. Hal ini terlihat jelas di dalam Bait Allah saat berdoa. Mereka sungguh harus memiliki satu pintu yang harus mereka lewati menuju kepada hidup Kristiani yang sempurna. Satu pintu yang mengarah kepada kehidupan adalah Yesus sendiri. Dialah Pintu dan orang bisa melewati pintu itu supaya memperoleh keselamatan. Yesus berkata: “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” (Yoh 10:9).

Kita kembali ke situasi Gereja perdana. Mereka mengobservasi para rasul terutama Petrus. Mereka yang bersunat merasa diri sudah status quo sehingga mereka menjadi tertutup dan merasa bahwa mereka yang paling benar. Mereka mengobservasi Simon Petrus dengan nada protes karena mereka sungguh membedakan kaum bersunat dan tidak bersunat. Tuhan turut bekerja. Dia membuka wawasan semua orang untuk memahami rencana keselamatan Tuhan. Tuhan menyelamatkan semua orang bukan hanya orang yang bersunat saja.

Banyak kali orang terlalu bertahan pada status quo padahal keliru dan menjadi radikal. Orang itu berpikir bahwa dia yang lebih benar, dia lebih kudus dan lebih berkualitas. Ada juga kesombongan rohani yang seakan menjadikan Tuhan nomor dua dan dia sebagai manusia menjadi nomor satu. Ada pewarta-pewarta Sabda tertentu yang lupa diri dan berpikir bahwa dia melebihi Tuhan. You are nothing! Bahwa dia memiliki kuasa tertentu, itu semua berasal dari Tuhan, di luar itu hanya kuasa kejahatan. Tuhan Yesus berkata: “Sine me nihil potestis facere” (Yoh 15:5).

Contoh lain, ada orang yang berpikir bahwa agamanya yang paling benar, orang lain lebih jahat dari dirinya. Ini adalah contoh-contoh status quo dan bisa mengarahkan orang untuk masuk dalam gerakan radikalisme yang membabi buta. Ternyata itu hanya pikirannya semata. Tuhan melihat hati manusia. Tuhan bersabda: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1Sam 16:7). Tuhan melihat hati manusia maka beranilah melepaskan status quo karena kita bukanlah kebenaran mutlak. Beranilah melepas status quo dan mulailah hidup baru.

Tuhan memberkati kita semua.

PJ-SDB