Homili 26 April 2021

Hari Senin Pekan IV Paskah
Kis. 11:1-18;
Mzm. 42:2-3; 43:3,4;
Yoh. 10:1-10

Keselamatan bagi semua orang

Paus Fransiskus pernah menulis surat Apostolik dalam rangka menutup tahun kerahiman Allah yakni ‘Misericordia et Misera’ (Belas kasih dan Penderitaan). Di dalam surat Apostolik ini beliau menulis begini: “Pengampunan adalah tanda yang paling nampak dari kasih Bapa, yang hendak diwahyukan Yesus dengan seluruh hidup-Nya. Setiap petikan Injil ditandai dengan perintah cinta kasih ini yang mengasihi sampai titik pengampunan. Bahkan pada saat terakhir hidup-Nya di dunia, ketika Ia disalib, Yesus mengucapkan kata-kata pengampunan: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34).” (Misericordia et Misera, 2). Warta pengampunan tanpa batas merupakan keunggulan pewartaan Gereja sepanjang zaman karena berasal dari Tuhan yang Maharahim. Kerahiman ditunjukkan dalam diri Yesus Kristus yang menunjukkan wajah kerahiman Allah (Misericordiae Vultus, 1).

Dalam masa Paskah ini kita mendengar warta pengampunan dan pertobatan dari para rasul ketika mereka mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa. Pada hari misalnya, kita mendengar bahwa jemaat yang berada di Yudea dan para rasul merasa heran ketika mendengar bahwa ternyata bangsa-bangsa lain juga sudah mendengar Sabda Tuhan. Sebab itu muncul perselisihan antara jemaat yang bersunat dengan Petrus sebagai kepala jemaat. Mereka mengobservasi kehidupan pribadi Petrus karena mereka menyaksikan keakraban antara Petrus dan juga sempat makan bersama jemaat-jemaat yang tidak bersunat. Observasi jemaat kepada Petrus menjadi kesempatan baginya untuk membuka wawasan mereka tentang pengalaman akan Allah yang dialaminya. Ketika itu ia melihat adaselembar kain yang turun dari langit. Ternyata di dalamnya ada segala jenis binatang berkaki empat, binatang liar, binatang melata dan burung-burung. Petrus diminta untuk menyembeli dan memakannya tetapi ia menolak. Pada akhirnya semua itu ditarik kembali ke langit.

Selanjutnya Petrus dan beberapa orang dalam kuasa Roh Kudus mengunjungi Perwira Romawi bernama Kornelius dan keluarganya. Sebelimnya ada penglihatan yang dirasakan Kornelius. Ia melihat seorang malaikat yang berdiri di rumahnya dan ia diminta untuk menjemput Simon Petrus untuk membawa keselamatan kepada mereka seisi rumah. Dan terjadilah Pentekosta baru di rumah Perwira Kornelius. Simon Petrus bersaksi seperti ini: “Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita. Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?” (Kis 11:15-17).

Penjelasan Simon Petrus membuka wawasan Jemaat Gereja perdana bahwa Tuhan memiliki rencana untuk menyelamatkan semua orang. Tidak terbatas pada kaum bersunat saja. Maka arah hidup mereka berubah karena kesaksian Simon Petrus. Inilah pengakuan mereka di depan Petrus: “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.” (Kis 11:18). Semangat dan kesadaran misioner membuka pikiran Jemaat bahwa Tuhan juga menganugerakan kepada bangsa-bangsa lain pertobatan yang memimpin kepada Tuhan sebagai sumber kehidupan. Ada keselamatan dari Tuhan bagi orang-orang lain. Jadi tidak ada yang namanya status quo. Ini semua karena ada Tuhan yang merupakan gembala yang baik dan sumber hidup manusia.

Dalam bacaan Injil kita mendengar Tuhan Yesus berkata kepada kaum Farisi bahwa Dialah Pintu kepada domba-domba. Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu kepada domba-domba itu.” (Yoh 10: 7). Konsekuensi Yesus sebagai pintu adalah ada keselamatan bagi mereka yang melewati Dia sebagai Pintu. Lebih tegas lagi Yesus berkata: “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” (Yoh 10:9). Dan Yesus juga mengatakan: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yoh 10: 10).

Pada hari ini kita bersyukur kepada Tuhan sebab Ia memiliki kehendak untuk menyelamatkan semua orang, dengan jalan pertobatan. Orang yang mengalami Allah akan bertobat dan berjalan menuju kehidupan. Untuk menuju kepada hidup, mereka harus melewati satu-satunya pintu yaitu Yesus Kristus sendiri. Keselamatan hanya ada di dalam nama Yesus. Tidak ada yang lain. Maka dalam Injil juga Tuhan Yesus menegaskan: “Tetapi Barangsiapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.” (Yoh 10:2-4). Seorang gembala tulen dan baik mengenal domba-dombanya dan domba-domba mengenal suaranya. Mengikuti Paus Fransiskus, para gembala harus berbau domba. Gembala semacam ini dapat membawa kepada sumber keselamatan dan hidup.

P. John Laba, SDB