Kamu akan dikucilkan!
Ada sebuah berita duka pada malam hari ini: dr Diana Tabrani, pengelola Rumah Sakit Tabrani, Pekan Baru, Riau, mengumumkan bahwa Ustaz Tengku Zulkarnain meninggal dunia saat menjalani perawatan Covid-19 di Rumah Sakit Tabrani, Senin (10/5/2021). Tentu saja banyak orang merasa kehilangan sosok ‘kontroversial’ ini karena beliau dikenal dengan ‘label’ istimewa yakni suka nyinyir dalam melawan pemerintahan Jokowi dan kadang terhadap golongan minoritas di negeri ini. Jejak digital tidak dapat dibohongi!
Saya mengingat pada bulan Februari 2021 yang lalu Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) yang diketuai Andriyas Tuhenay merespons twit war antara pegiat media sosial Permadi Arya alias Abu Janda dengan mantan Wasekjen MUI, Tengku Zulkarnain. Tengku Zul dalam twitnya menulis “Di mana mana negara normal tidak boleh mayoritas arogan terhadap minoritas. Apalagi jika yang arogan minoritas.’ Pemahaman GAMKI tentang minoritas adalah kaum minoritas di seluruh Indonesia. Memang, beliau sudah dipanggil Tuhan. Kita perlu mendoakannya semoga Tuhan mengampuninya. Tuhan Yesus memberikan nasihat yang terbaik kepada kita semua: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mat 5:44). Kita harus berani melupakan semua yang sudah dilakukan, musuh sekalipun. Ini baru namanya ‘mengampuni berarti melupakan’.
Gereja memiliki pengalaman yang banyak tentang kemartiran. Tertulianus adalah seorang Bapa Gereja yang pernah mengatakan: “Il sangue (dei martiri) è il seme dei cristiani.” (Apologeticum, 50, 13). Artinya, ‘darah para martir adalah benih Kristiani’. Para martir sendiri mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati dan memberikan segalanya dengan hati yang tidak terbagi untuk Tuhan. Kita mengingat perkataan Tuhan Yesus di bukit Sabda Bahagia: “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat 5:11-12). Karena cinta kepada Yesus dengan hati yang tidak terbagi maka orang berani menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus dari dekat (Luk 9:23).
Tuhan Yesus dalam amanat perpisahan dengan para murid-Nya mengatakan: “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.” (Yoh 16:2). Sebagai kaum minoritas kita tidak bisa menutup mata terhadap tindakan diskriminatif tertentu seperti pelarangan untuk melakukan ibadat, pelarangan dan premanisme di lokasi pembangunan gereja, kesadaran untuk mengkafirkan orang dengan seenaknya saja. Semua ini merupakan pemenuhan dari perkataan Yesus, “Kamu akan dikucilkan”. Pancasila dan UUD 45 sangat indah tetapi masih sulit untuk dilakukan sepenuhnya. Masih banyak orang yang dikucilkan dengan issue ‘sara’. Perkataan Yesus ini sangat menguatkan kita untuk menghayati hidup Kristiani dengan baik. Mengapa? Sebab Dia menyertai kita semua. Tuhan Yesus berkata: “Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.” (Mat 10:19). Maka orang berani mengatakan: “mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku” (Yoh 16:3).
Selanjutnya, Tuhan Yesus berkata: “Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu. Hal ini tidak Kukatakan kepadamu dari semula, karena selama ini Aku masih bersama-sama dengan kamu. (Yoh 16:4). Perkataan Tuhan Yesus ini sungguh menjadi nyata dalam sejarah Gereja. Banyak martir yang menumpahkan darahnya bagi Yesus Kristus yang lebih dahulu mengasihinya. Gereja kita adalah Gereja para martir yang bersaksi sepanjang zaman tentang kasih Tuhan bagi kita semua.
Pikiran kita terarah pada perkataan-perkataan ini: Anda akan dikucilkan di dalam keluarga ketika anda melayani Tuhan di Gereja. Anda akan dikucilkan di dalam Gereja atau masyarakat ketika dengan terang-terangan anda melawan dunia karena anda adalah pengikut Kristus dan ini berati anda bukan berasal dari dunia. Anda, saya, kita adalah milik Tuhan.
Tuhan memberkati kita semua.
P. John Laba, SDB