Hari Selasa, Pekan VII Paskah
Kis. 19:1-8;
Mzm. 68:2-3,4-5ac,6-7ab;
Yoh. 16:29-33.
Roh Kudus turut bekerja
Kita berada dalam masa novena untuk menyongsong Hari Raya Pentakosta. Ini adalah novena kedua yang dilakukan secara daring. Banyak orang merindukan novena Pentakosta secara luring tetapi situasi pandemi telah membuat kita harus berani untuk menerima kenyataan. Bagi saya hal terpenting bukan soal novena untuk merayakan Pentakosta secara daring atau luring. Hal terpenting bagi saya adalah hati dan pikiran yang selalu terarah kepada Allah Roh Kudus dan berani menaruh harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Allah Roh Kudus adalah Pribadi Ilahi yang boleh dikatakan ‘sering dilupakan’ oleh para pengikut Kristus. Mungkin karena para pengikut Kristus seperti orang-orang katolik selalu menggunakan simbol-simbol yang mendekatkan dengan Tuhan. Kita memiliki patung-patung dan ikon-ikon orang kudus serta isi dan suasana Gereja yang sangat mendukung untuk mendekati Tuhan. Kita harus ingat bahwa kita tidak menyembah patung, kita tidak menyembah orang kudus. Kita menghormati orang-orang kudus dan berdevosi kepada mereka. Kita menyembah Tuhan dan tidak akan pernah menyembah patung dan reliki. Patung dan reliki hanya sebagai tanda yang mengingatkan kita akan kasih dan kebaikan serta kebajikan para kudus yang sudah bersatu dengan Tuhan. Hal yang kiranya mirip dengan kebiasaan kita untuk menyimpan foto sanak keluarga yang sudah meninggal dunia. Ketika melihat foto mereka, kita tidak hanya melihat foto sebagaimana adanya tetapi manusianya yang pernah hidup di tengah-tengah kita.
Kita kembali kepada sosok Roh Kudus sebagai Pribadi Ilahi di dalam Allah Tritunggal Mahakudus dan sedang kita nantikan kehadiran-Nya. Kita selalu mengakui iman kita dengan berkata: “Aku percaya akan Roh Kudus”. Apakah kita menyadari dan percaya kepada-Nya? Apakah kita sudah membiarkan diri dibimbing oleh Roh Kudus? Perlu kita ketahui bahwa ciri-ciri orang-orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah: merupakan pribadi yang taat kepada kehendak Allah, Hidupnya kudus dan tak bercela di hadirat Tuhan, hidupnya berdasarkan Kitab Suci sebagai sabda Allah, bersemangat untuk terus mewartakan Injil, selalu melakukan kehendak Allah dan siap untuk menghasilkan buah-buah roh (Gal. 5:22-23).
Pada hari ini saya tertarik dengan sosok santo Paulus yang menghadirkan Pentakosta kedua di Efesus. Lukas menceritakan dalam Kisah Para Rasul bahwa ketika tiba di Efesus ia menjumpai beberapa murid Tuhan. Ia menanyakan mereka apakah mereka mengenal dan menerima Roh Kudus saat pertama kalinya mereka menjadi orang percaya. Mereka jujur kepada Paulus dengan menjawab: “Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus.” (Kis 19:2) dan mereka juga masih percaya pada baptisan Yohanes Pambaptis. Paulus menjelaskan sosok Yohanes Pembaptis dan misinya maka mereka percaya dan siap untuk dibaptis dalam nama Yesus. Selanjutnya Paulus menumpangkan tangan dan Roh Kudus pun turun ke atas mereka semua. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat (Kis 19:6). Sungguh sebuah Pentakosta baru di Efesus karena doa dan ketekunan Paulus dan orang-orang di sana.
Pengalaman Paulus haruslah menjadi pengalaman kita dalam masa Novena Roh Kudus ini. Percumalah kita mengikuti novena daring atau luring dari berbagai chanel Youtube dan Zoom tetapi kita sendiri belum percaya sepenuhnya atau masih meragukan Roh Kudus, atau bahkan melakukan dosa melawan Roh Kudus. Kita harus berani membersihkan otak kita yang selalu menguji Allah Roh Kudus, misalnya mengikuti novena Pentakosta supaya bisa berbahasa Roh. What? Kalau keinginan ini tidak dipenuhi maka orang itu akan mengadili Tuhan Allah Tritunggal. Inilah sisi-sisi kelemahan kita yang mudah sekali tidak percaya kepada Allah Roh Kudus meskipun kita berpikir bahwa kita percaya kepada Roh Kudus. Mari kita jujur untuk membaharui hati dan pikiran kita supaya relasi dengan Bapa dan Putera dalam Roh Kudus menjadi sungguh nyata.
Roh Kudus menguatkan
P. John Laba, SDB