Food For Thought: Kehendak Tuhan adalah segalanya

Kehendak Tuhan adalah segalanya!

Di masa pandemi ini kita semua pasti terkagum-kagum dengan sosok para dokter, perawat dan relawan. Mereka adalah sosok-sosok yang tidak takut mati. Mereka adalah orang-orang professional yang tidak bermuka duitan tetapi sungguh membaktikan diri demi mempertahankan nyawa manusia yang lain, dan banyak di antara mereka bahkan meninggal dunia karena menyelamatkan sesama manusia yang lain. Mereka memberi warna yang indah bagi dunia kita di masa pandemi ini.

Pada hari ini kita mengenang sosok orang kudus yang hebat. Dialah St. Aloysius Gonzaga. Orang kudus ini berasal dari keluarga ningrat yang berani melepaskan keningratannya, menjadi seorang frater Yesuit dan melayani banyak orang yang terkena wabah pandemi dan kelaparan pada saat itu. Dia bahkan meninggal dunia di masa pandemi karena lelah dalam melayani banyak orang yang sakit, yang meninggal dunia, dimandikannya dan aneka perbuatan kasih lain yang dilakukannya saat itu. Kalau kita membaca kisah hidup Santo Aloysius maka kita akan merasa bahwa dia sedang hidup di tengah-tengah kita saat ini sebagai seorang relawan yang hebat. Dia sungguh menjadi martir cinta kasih bagi banyak orang yang menderita saat itu. Dia menjadi cermin hidup bagi kita saat ini untuk memiliki semangat rela berkorban.

Sosok lain yang sangat menginspirasi adalah Abram. Abram adalah sosok yang beriman dan menunjukkan keimanannya dengan taat pada kehendak Tuhan. Ia mendapat panggilan: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” (Kej 12:1-3). Kita bisa membayangkan bagaimana suasana hati Abram. Panggilannya ini sangat unik. Dia sudah memiliki segalanya, tetapi Tuhan menghendaki supaya dia keluar, pergi ke negeri baru yaitu tanah Kanaan untuk mencari tantangan baru dalam hidupnya. Dia tentu sulit membayangkan negeri baru yang dijanjikan Tuhan tetapi kehendak Allah adalah segalanya. Abram akan menajdi Abraham, bapa kaum beriman. Abram sangat menginspirasi kita untuk taat kepada kehendak Tuhan, meskipun kehendak Tuhan itu belum jelas dan berat.

Di dalam hidup ini, kita akan mengalami banyak hal seperti yang dialami St. Aloysius Gonzaga. Dia berasal dari keluarga bangsawan, menjadi biarawan dan meninggal karena melayani orang kecil di masa pandemi. Abram adalah orang berada, meninggalkan kampung halamannya ke negeri baru untuk mewujudkan seluruh rencana dan kuasa serta kehendak Allah. Kita masing-masing juga berada dalam tangan Tuhan. Tuhan juga menghendaki kita untuk melakukan tugas-tugas istimewa yang sudah menjadi rencana Tuhan bagi kita semua. Maka sikap batin yang perlu kita miliki adalah taat kepada rencana dan kehendak Tuhan. Semakin kita mentaati, kita akan mengasihi dan mengalami kehidupan Tuhan dalam hidup setiap hari. Kita berani meninggalkan zona nyaman dan hidup dalam courage zone.

Hidup bersama Tuhan menjauhkan kita dari energi dan pikiran negatif seperti kebiasaan untuk berpikiran negatif, suka menghakimi, bersikap munafik dan lain sebagainya. Lihat, betapa bahagianya Santo Aloysius Gonzaga dan bapa Abram dalam Kitab Suci. Mereka hidup untuk membahagiakan orang lain. Betapa indahnya! Kita menemukan keindahan yang luar biasa dalam hidup mereka. Dan satu hal yang penting adalah kehendak Tuhan adalah segala-galanya. Kehendak Allah adalah keindahan tertinggi.

St. Aloysius Gonzaga, doakanlah kami. Bapa Abraham, doakanlah kami. Amen.

Tuhan memberkati kita semua,

P. John Laba, SDB